Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengajukan subsidi listrik sebesar Rp83,02 triliun–Rp88,36 triliun untuk RAPBN 2025, lebih tinggi hingga Rp15,12 triliun dari APBN 2024 yang sebesar Rp73,24 triliun.
“Untuk kebutuhan subsidi listrik pada era APBN tahun anggaran 2025 sebesar Rp83,02–Rp88,36 triliun,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR di Senayan, Jakarta, Senin.
Baca Juga
Jisman mengatakan bahwa angka tersebut diperoleh dengan asumsi kurs rupiah sebesar Rp15.300–Rp16.000 per dolar AS, asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) sebesar 75–85 dolar AS per barel, serta inflasi sebesar 1,5–3,5 persen.
Advertisement
“Ini sesuai dengan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2025 yang kami peroleh pada tanggal 6 Mei 2024,” kata Jisman.
Ia memaparkan, yang menjadi target pelanggan subsidi yakni sebesar 41,08 juta, dengan penerima subsidi terbesar berasal dari kalangan rumah tangga yang menggunakan daya sebesar 450 VA, yakni sebesar 45,46–45,99 persen dengan perkiraan anggaran Rp38,18 triliun–Rp40,16 triliun.
Penerima Subsidi
Lebih lanjut, terdapat penerima subsidi berupa rumah tangga dengan daya sebesar 900 VA dengan anggaran subsidi sebesar Rp15,75–16,68 triliun; bisnis kecil sebesar Rp9,39 triliun–10,18 triliun; industri kecil Rp5,93–6,51 triliun; pemerintah Rp0,36–Rp0,39 triliun; sosial Rp12,16 triliun–Rp13,08 triliun; dan lainnya sebesar Rp1,24 triliun –Rp1,34 triliun.
Jisman menambahkan, kebijakan subsidi listrik tersebut haruslah diberikan kepada golongan yang berhak. Untuk subsidi listrik rumah tangga, kata dia melanjutkan, agar diberikan kepada rumah tangga miskin dan rentan.
“Ketiga, mendorong transisi energi yang lebih efisien dan adil dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, fiskal, dan lingkungan,” kata Jisman.
Perhitungan subsidi listrik dari Kementerian ESDM lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PLN yang sebesar Rp83,08 triliun. Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, maka subsidi listrik 2025 mengalami peningkatan hingga Rp15,12 triliun apabila dibandingkan dengan anggaran pada 2024 yang sebesar Rp73,24 triliun.
PLN Hitung Subsidi Listrik 2025, Tembus Segini
Sebelumnya, PT PLN (Persero) menyiapkan rencana alokasi subsidi listrik 2025 senilai Rp 83,08 triliun. Alokasi ini dihitung untuk menyalurkan listrik bersubsidi kepada sekitar 42 juta pelanggan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, nilai subsidi Rp 83,08 triliun ini keluar berdasarkan perhitungan asumsi makro ekonomi dalam RAPBN 2025, yakni nilai tukar rupiah Rp 15.100 terhadap dolar Amerika Serikat, harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD 80 per barel, dan inflasi 2,5 persen.
"Subsidi tersebut 64,95 persen atau Rp 53,96 triliun untuk pelanggan rumah tangga, yaitu 35,22 juta pelanggan," jelas Darmawan dalam sesi rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (30/5/2024).
Selain pelanggan rumah tangga, ada empat golongan lain yang berhak menerima subsidi listrik. Mulai dari golongan sosial sebanyak 2,13 juta pelanggan, bisnis 4,29 juta pelanggan, industri 0,24 juta pelanggan, dan pemerintah 0,20 juta pelanggan.
Adapun golongan rumah tangga mendapat alokasi subsidi terbesar, Rp 54 triliun. Disusul golongan sosial semisal sekolah dan rumah ibadah sebesar Rp 12,2 triliun, bisnis Rp 9,4 triliun, industri Rp 5,9 triliun, dan pemerintah Rp 1,6 triliun.
Lebih lanjut, Darmawan memastikan PLN menyalurkan subsidi listrik tepat sasaran. Termasuk dengan mengintegrasikan data pelanggan dengan web service Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial.
Kemudian, perseroan juga melakukan sampling langsung ke lapangan dengan 10.000 data pelanggan dari total 89 juta pelanggan, guna menjamin subsidi listrik benar-benar tepat sasaran.
"Kami juga melakukan kunjungan lapangan ke rumah pelanggan, baik (listrik golongan) 450 VA dan 900 VA yang DTKS, kami hanya ingin memastikan subsidi ini sudah tepat sasaran," tegas Darmawan.
Advertisement
PLN Cetak Laba Bersih Tertinggi sepanjang Sejarah pada 2023
PT PLN (Persero) mampu meraih pendapatan usaha Rp 487,38 triliun sepanjang 2023. Jumlah tersebut naik 10,48% jika dibanding tahun sebelumnya. Salah satu pendorong kenaikan pendapatan ini adalah transformasi yang terus dilakukan PLN
Dengan kenaikan pendapatan ini, PLN mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 22,07 triliun pada 2023. Ini adalah keuntungan terbesar dalam sejarah perseroan dan merupakan hattrick rekor laba bersih selama tiga tahun berturut-turut sejak 2021.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan capaian ini merupakan buah dari konsistensi transformasi yang dilakukan oleh PLN dalam tiga tahun terakhir.
“Ini adalah buah manis dari upaya transformasi yang kami lakukan. Kami berhasil mengubah cara pandang dalam memberikan layanan kepada pelanggan. Dulu kami hanya berorientasi pada supply pasokan listrik, sekarang berorientasi pada demand dan kepuasan pelanggan," ucap Darmawan dalam keterangan tertulis, Kamis (30/5/2024).
Pendapatan terbesar diperoleh dari pertumbuhan penjualan listrik sebesar 5,36%, dari 273,76 Terra Watt hour (TWh) pada 2022 menjadi 288,44 TWh pada tahun 2023. Hal tersebut membuat pendapatan dari penjualan tenaga listrik pada tahun 2023 mencapai Rp333,19 triliun atau meningkat Rp22,13 triliun pada tahun 2022.
"Kami tidak lagi sekadar menunggu, tapi sekarang kami turun langsung melihat kebutuhan pelanggan. Kami pastikan PLN siap memenuhi setiap kebutuhan pelanggan," tambah Darmawan.