Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Senin, 3 Juni 2024 mengajukan subsidi listrik sebesar Rp 88,36 triliun pada RAPBN 2025.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu menjelaskan target pelanggan subsidi listrik pada 2025 sebesar 42,08 juta.
Baca Juga
Nantinya, subsidi listrik ini akan disalurkan kepada golongan yang berhak, rumah tangga miskin dan rentan, serta mendorong transisi energi yang lebih efisien dan adil.
Advertisement
Jisman mengungkapkan total anggaran subsidi listrik pada 2025, sekitar 45-46% atau Rp 38,18 triliun hingga Rp 40,16 triliun diperuntukan rumah tangga dengan daya 450 VA. Kemudian sebesar 18% atau Rp 15,75 triliun hingga Rp 16,68 triliun untuk alokasi subsidi listrik rumah tangga 900 VA.
Adapun subsidi untuk bisnis kecil sebesar Rp 9,39 triliun hingga Rp 10,18 triliun atau setara 11,31% sampai 11,52% dari total subsidi.
“Golongan industri kecil mendapatkan alokasi subsidi listrik sebesar Rp 5,93 triliun hingga Rp 6,51 triliun atau setara 7,15% hingga 7,37%,” jelas Jisman, Senin (3/6/2024).
Anggaran Lebih Besar dari 2024
Tak hanya itu, pemerintah juga mendapat subsidi listrik sebesar Rp 0,36 triliun hingga Rp 0,39 triliun dan untuk golongan sosial sebesar Rp 11,16 triliun hingga Rp 13,08 triliun.
Jumlah anggaran subsidi listrik dalam RAPBN 2025, lebih besar hingga Rp Rp15,12 triliun dari APBN 2024 yang sebesar Rp 73,24 triliun. Besaran subsidi ini berdasarkan asumsi inflasi sekitar 1,5 hingga 3,5%.
Kemudian nilai kurs sebesar Rp 15.300 hingga 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), dan harga jual minyak mentah di Indonesia atau Indonesian Crude Oil Price 75-85 USD/barrel.
PLN Hitung Subsidi Listrik 2025, Tembus Segini
PT PLN (Persero) menyiapkan rencana alokasi subsidi listrik 2025 senilai Rp 83,08 triliun. Alokasi ini dihitung untuk menyalurkan listrik bersubsidi kepada sekitar 42 juta pelanggan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, nilai subsidi Rp 83,08 triliun ini keluar berdasarkan perhitungan asumsi makro ekonomi dalam RAPBN 2025, yakni nilai tukar rupiah Rp 15.100 terhadap dolar Amerika Serikat, harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD 80 per barel, dan inflasi 2,5 persen.
"Subsidi tersebut 64,95 persen atau Rp 53,96 triliun untuk pelanggan rumah tangga, yaitu 35,22 juta pelanggan," jelas Darmawan dalam sesi rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (30/5/2024).
Selain pelanggan rumah tangga, ada empat golongan lain yang berhak menerima subsidi listrik. Mulai dari golongan sosial sebanyak 2,13 juta pelanggan, bisnis 4,29 juta pelanggan, industri 0,24 juta pelanggan, dan pemerintah 0,20 juta pelanggan.
Adapun golongan rumah tangga mendapat alokasi subsidi terbesar, Rp 54 triliun. Disusul golongan sosial semisal sekolah dan rumah ibadah sebesar Rp 12,2 triliun, bisnis Rp 9,4 triliun, industri Rp 5,9 triliun, dan pemerintah Rp 1,6 triliun.
Lebih lanjut, Darmawan memastikan PLN menyalurkan subsidi listrik tepat sasaran. Termasuk dengan mengintegrasikan data pelanggan dengan web service Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial.
Kemudian, perseroan juga melakukan sampling langsung ke lapangan dengan 10.000 data pelanggan dari total 89 juta pelanggan, guna menjamin subsidi listrik benar-benar tepat sasaran.
"Kami juga melakukan kunjungan lapangan ke rumah pelanggan, baik (listrik golongan) 450 VA dan 900 VA yang DTKS, kami hanya ingin memastikan subsidi ini sudah tepat sasaran," tegas Darmawan.
Advertisement