Sukses

Indonesia Mau Jadi Negara Maju, Sri Mulyani: Belajar dari Korea Selatan dan Taiwan

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melihat dua negara yang berhasil menjadi negara maju dengan genjot investasi dan manufaktur.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap kunci sukses untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Ada dua faktor yang mempengaruhi, yakni iklim investasi dan kinerja manufaktur Indonesia.

Dia memberikan contoh suksesnya negara lain yang berhasil menjadi negara maju dengan menggenjot kedua aspek tersebut. Pertama, ada Korea Selatan yang mampu menjaga produktivitasnya dalam jangka panjang.

"Apabila kita belajar dari negara-negara yang berhasil menjadi negara maju dan bisa menghindar dari middle income trap seperti Korea Selatan, maka diperlukan produktivitas tinggi yang konsisten dalam 15 tahun menuju negara maju," ungkap Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

"Investasi dan peranan sektor manufaktur di Korea Selatan tumbuh di atas 10 persen setiap tahunnya," ia menambahkan

Tak cuma Korea Selatan, Bendahara Negara juga melihat kesuksesan dari Taiwan. Dalam catatannya, Taiwan berhasil menjaga pertumbuhan investasinya hingga 20 persen.

Ditambah lagi, sektor manufaktur negara tersebut berhasil tumbuh konsisten di atas 8 persen.

"Demikian juga dengan pengalaman Taiwan untuk menjadi negara maju investasi bahkan tumbuh 20 persen dan sektor manufaktur tumbuh di atas 8 persen," terangnya.

Dia menuturkan, kedua negara tersebut menjadi contoh produktivitas, iklim investasi, hingga kinerja sektor manufaktur menjadi kunci untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. 

"Hal ini menunjukkan selain kualitas dan produktivitas dari sumber daya manusia maka perbaikan iklim investasi untuk meningkatkan peranan investasi dan pertumbuhan sektor manufaktur menjadi sangat penting bagi perjalanan menuju Indonesia Emas," tegas Menkeu Sri Mulyani.

 

2 dari 4 halaman

Butuh Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti keberlangsungan kebijakan yang tepat untuk mengejar target visi Indonesia Emas 2045. Salah satunya dari besaran kinerja pertumbuhan ekonomi nasional.

Dia mengatakan, selama ini Indonesia sudah tumbuh positif dan konsisten pada angka 5 persen. Namun, membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-8 persen untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terjaga di kisaran 5 persen di tengah berbagai guncangan dunia, perlu diakselerasi menjadi 6-8 persen per tahun untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045," kata Sri Mulyani dalam penyampaian Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF), di Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Senin (20/5/2024).

Dia menjelaskan, dalam satu dekade terakhir banyak tantangan yang dihadapi oleh Indonesia, termasuk ketahanan kas negara sebagai penopangnya. Maka, diperlukan perumusan kebijakan yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian global kedepannya.

Salah satunya dengan merumuskan KEM PPKF yang mampu adaptif dan berkelanjutan seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan anggaran nasional.

"Masih banyak pekerjaan rumah dan agenda pembangunan yang perlu ditangani dan diselesaikan. Cita-cita besar mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 membutuhkan kolaborasi yang kuat dari seluruh komponen bangsa," ujar dia.

3 dari 4 halaman

Transformasi Ekonomi

Bendahara Negara itu menyebut, dengan ambisi pertumbuhan ekonomi 6-8 persen, mensyaratkan keberlanjutan reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas. Tak lupa juga pada aspek tranformasi ekonomi yang telah konsisten dilakukan dalam 10 tahun terakhir.

"Kesinambungan dan sekaligus perbaikan kebijakan menjadi kunci bagi keberhasilan pencapaian Visi Indonesia Emas 2045. Kita tidak bisa lagi bergantung pada kebijakan yang bersifat 'business as usual'," ucapnya.

"Transformasi ekonomi dengan mendorong peningkatan investasi produktif yang menciptakan nilai tambah tinggi sangat diperlukan. KEM PPKF harus terus menjaga daya tarik investasi dengan terus menjaga stabilitas dan prediktabilitas, memperbaiki pemerataan (ekualitas dan inklusivitas) serta harus berkelanjutan," Menkeu Sri Mulyani menambahkan.

 

4 dari 4 halaman

Prabowo Mau Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Ini Strategi Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia berkomitmen akan bersinergi dengan dengan pemerintahan baru Presiden Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto guna mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 8 persen.

Sebelumnya, Prabowo berjanji akan menorehkan angka pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun ketiga pemerintahannya mendatang.

“BI dengan pemerintahan baru tentu akan terus sinergi dalam menjaga stabilitas maupun mendorong pertumbuhan ekonomi, dalam konteks ini melalui pertumbuhan kredit,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, dalam Taklimat Media Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, Senin (3/6/2024).

Sinergi yang akan dilakukan BI dengan Pemerintahan Prabowo nanti yakni meningkatkan pertumbuhan kredit. Lantaran, jika pertumbuhan kredit naik maka akan mendorong pertumbuhan ekonominya juga.

Tambahan Kebijakan

Oleh karena itu, BI melakukan penambahan pengaturan mengenai tambahan besaran Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Dengan penambahan tersebut diyakini mampu mendorong pertumbuhan kredit pada 2024 agar mencapai target, yakni 12 persen.

"Kami masih perkirakan dengan adanya tambahan KLM ini pertumbuhan kredit akan dibatas atas, kan target kita 10-12 persen, dikeseluruhan tahun akan mencapai batas atas 12 persen," ujarnya.

Adapun pada 2025 Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit perbankan dikisaran 11 persen hingga 13 persen, hal itu sesuai dengan hasil Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) akhir 2023 lalu.

"Jadi, ke depan tentu saja kalau ekonomi terus berkembang, demand kredit meningkat diharapkan kredit meningkat. BI akan memberikan likuiditas yang memadai untuk perbankan dalam menyalurkan kredit tentu saja,” pungkasnya.