Sukses

Kemenperin: Produksi Semen dari Industri Lokal Cuma Terserap 60%

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, hasil produksi semen di Indonesia hanya berkisar 50-65 persen. Catatan tertinggi ada di 2018 dengan 64 persen.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap masih banyak produksi semen dari industri dalam negeri yang tidak terserap. Bahkan, penyerapannya hanya 58 persen di 2023 lalu.

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, hasil produksi semen di Indonesia hanya berkisar 50-65 persen. Catatan tertinggi ada di 2018 dengan 64 persen.

Menurutnya, kebutuhan semen nasional sebesar 66,8 juta ton di 2023 belum sepenuhnya menyerap semen hasil industri dalam negeri.

"Jadi utilisasi industri semen nasional semenjak tahun 2017 itu memang dibawah 70 persen. Jadi bervariasi antara 50 sekian persen sampai 60 sekian persen dan utilisasi 2023 ini hanya sekitar 58 persen," kata Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Dia merinci, pada 2018 utilisasi semen nasional hanya 64 persen, jumlah ini menjadi yang tertinggi. Kemudian, pada 2020 turun ke 59 persen. Turun lahi ke 57 persen di 2022, dan akhirnya di 2023 lalu sebesar 58 persen.

"Dan utilitasnya jadi berkisar 57-65 persen dalam 2018 hingga tahun 2023," tegasnya.

Kondisi ini, kata dia, bukan disebabkan oleh besaran impor semen ke Indonesia. Dia mensinyalir kondisi ini diakibatkan oleh maraknya pembangunan pabrik-pabrik semen baru. Dalam beberapa waktu terakhir.

Tercatat, ada peningkatan kapasitas produksi dari 2018 hingga 2023 sebesar 10 juta ton. Dalam catatannya, kapasitas produksi dari 16 pabrik semen yang tercatat mencapai 120 juta metrik ton per tahun di 2023.

 

2 dari 3 halaman

Genjot Penyerapan

Lebih lanjut, Putu menerangkan, cara untuk menggenjot penyerapan hasil produksi tadi adalah adanya pembangunan. Utamanya, pada proyek-proyek yang digarap oleh pemerintah, BUMN, BUMD, hingga perusahaan swasta.

"Peningkatan kebutuhan semen akan terjadi perkembangan dengan adanya pembangunan infrastruktur konstruksi dan sebagainya. Nah ini akan meningkatkan pemanfaatan semen di dalam negeri," katanya.

Dia menegaskan, impor bukan menjad ancaman rendahnya penyerapan semen produksi lokal. Tapi, kapasitas produksi dari pabrik semen yang ada yang belum sebanding dengan kebutuhan rata-rata nasional.

"Tidak ada impor, impor kecil, sangat kecil kemungkin importasinya itu mungkin digunakan untuk uji dan sebagainya, namun sangat kecil. Sementara kebutuhan di dalam negeri memang tidak terlalu besar dibandingkan kapasitas industri tersedia," tegasnya.

 

3 dari 3 halaman

Ekspor Kecil

Di sisi lain, pemanfaatan semen untuk ekspor juga terbilang sangat kecil. Pada 2023 lalu, hanya 1,35 juta ton semen yang dikirim ke luar negeri.

"Tren ekspor 2018, itu ekspornya kalau semen ini relatif stabil sih. Data ekspor dari 2018 sampai 2023 jadi antara 1,3 sampai 1,8 juta ton ekspor semen," katanya.

Sedangkan, untuk ekspor setengah jadi atau klinker dinilai masih potensial untuk bisa diekspor.

"Tahun 2018, ekspor clinker itu 4,8 juta (ton), tahun 2023 9,7 (juta ton) bahkan sempat 10 juta di 2021. Jadi ada kenaikan yang cukup signifikan sejak tahun 2018 untuk ekspor klinker," tuturnya.

Semen sendiri telah diekspor ke beberapa negara, seperti Timor Leste, Sri Lanka, hingga Maldives. Sementara, klinker diekspor ke Bangladesh, Australia, Taiwan, Filipina, Brunei Darussalam, hingga Malaysia.