Sukses

Tenaga Kerja AS Melonjak, Bagaimana Prediksi Suku Bunga The Fed?

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan, pengusaha menambahkan 272.000 pekerjaan pada Mei 2024. Jumlah ini di atas harapan pekerjaan baru sebanyak 185.000.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah tenaga kerjadi Amerika Serikat (AS) meningkat secara tak terduga pada bulan lalu. Hal ini terus bertentangan dengan prediksi perlambatan dan menimbulkan pertanyaan baru mengenai kapan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan turun.

Mengutip BBC, Minggu (9/6/2024), Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan, pengusaha menambahkan 272.000 pekerjaan pada Mei 2024. Jumlah ini di atas harapan pekerjaan baru sebanyak 185.000.

Kenaikan yang lebih besar dari perkiraan terjadi meski biaya pinjaman berada pada level tertinggi dalam lebih dari 20 tahun, dan analis prediksi hal ini akan bebani ekonomi.

Adapun bank sentral AS telah menaikkan suku bunga secara tajam sejak 2022 untuk melawan inflasi, yang mengukur laju kenaikan harga.

The Federal Reserve (the Fed) menyebut kuatnya lapangan kerja sebagai tanda ekonomi dapat menangani tingkat suku bunga saat ini.

Analis menilai, rilis data ketenagakerjaan AS terbaru melemahkan data lain yang menunjukkan tanda-tanda pelemahan dan akan perkuat argumen pembicaraan mengenai pemotongan biaya pinjaman merupakan hal terlalu dini.

"Data hari ini menunjukkan the Fed harus menunggu lebih lama sebelum pemotongan pertama dapat dipertimbangkan,” ujar Head of Fixed Interest Quilter Cheviot, Richard Carter.

Ia menuturkan, realisasi data tersebut berpotensi untuk mengambil tindakan apapun tahun ini oleh pemangku kepentingan.

Adapun Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Kanada mengumumkan penurunan suku bunga pada pekan ini. Hal ini sebagai bagian dari upaya global untuk menurunkan biaya pinjaman karena guncangan inflasi yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina mulai memudar.

 

2 dari 4 halaman

Inflasi Masih Membayangi

Namun, di Amerika Serikat (AS), the Federal Reserve mengatakan, pihaknya ingin lebih banyak keyakinan kalau biaya pinjaman yang tinggi akan memperlambat perekonomian dan membantu mengurangi tekanan yang mendorong kenaikan harga.

Inflasi di Amerika Serikat (AS) telah turun tajam sejak 2022, tetapi kemajuannya tampaknya terhenti dalam beberapa bulan terakhir. Data terbaru menunjukkan inflasi 3,4 persen pada April dibandingkan dengan target the Fed sebesar 2 persen.

Analis menuturkan, kenaikan upah yang dilaporkan pada Jumat kemungkinan akan menambah kekhawatiran kalau inflasi mungkin tidak kembali ke target 2 persen secepat yang diharapkan.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, rata-rata upah per jam naik 0,4 persen dari April-Mei 2024, laju ini meningkat lagi setelah beberapa bulan melambat. Selama 12 bulan terakhir, upah naik 4,1 persen. Ekonom prediksi, kenaikan sebesar 3,9 persen.

Meski merupakan kabar baik bagi pekerja, analis menuturkan, angka-angka tersebut kemungkinan akan membuat the Fed berhenti sejenak saat memperdebatkan apakah akan mengurangi biaya pinjaman.

3 dari 4 halaman

The Fed Bakal Pertahankan Suku Bunga Tinggi

Mereka berupaya menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan risiko membiarkan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lama dapat memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih parah.

"Laporan ini berarti the Fed akan mempertahankan suku bunga pada level tertinggi saat ini selama beberapa bulan lagi,” ujar Ian Shepherdson dari Pantheon Macroeconomics.

Namun, ia prediksi akan terjadi pelemahan dalam beberapa bulan mendatang dengan tingkat pengangguran yang dihitung memakai survei berbeda dari angka ketenagakerjaan naik menjadi 4 persen dari 3,9 persen pada April 2024.

Shepherdson prediksi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada September, dan melakukan penurunan yang lebih agresif pada bulan-bulan berikutnya.

"Ketika pasar tenaga kerja berubah, the Fed akan terlihat terlalu berhati-hati,” ujar dia.

Perekrutan tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) telah mengejutkan analis dengan kekuatannya selama lebih dari satu tahun. Ketahanan itu yang sebagian didukung oleh belanja pemerintah dan gelombang imigrasi telah meningkatkan harapan kalau negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini dapat menghindari penurunan yang dapat diakibatkan oleh biaya pinjaman yang relatif tinggi.

4 dari 4 halaman

Fokus the Fed

Baru-baru ini, beberapa data menimbulkan pertanyaan. Ekonomi tumbuh pada tingkat tahunan hanya sebesar 1,3 persen dalam tiga bulan pertama 2024, turun tajam dari tiga bulan sebelumnya seiring melambatnya pertumbuhan belanja konsumen.

Ekonom Capital, Paul Ashworth menuturkan, rekrutmen tenaga kerja meski dalam beberapa bulan terakhir pada akhirnya bisa terbukti lebih lemah dari perkiraan saat ini,peningkatan lapangan kerja yang lebih besar dari perkiraan pada Mei akan meredakan kekhawatiran ekonomi berada pada posisi terbawah secara tiba-tiba.

“The Fed akan tetap fokus pada risiko positif terhadap inflasi dibandingkan risiko negatif terhadap perekonomian riil,” ujar dia.