Liputan6.com, Jakarta - Industri pertambangan emas sedang berjuang untuk mempertahankan pertumbuhan produksi, ditengah ketersediaan logam kuning yang semakin menipis.
"Kami telah melihat rekor produksi tambang pada kuartal pertama tahun 2024 naik 4% YoY. Namun gambaran yang lebih besar, menurut saya, mengenai produksi tambang adalah, secara efektif produksi tambang mencapai titik stabil sekitar tahun 2016, 2018 dan kami tidak melihat adanya pertumbuhan sejak saat itu," kata Kepala Strategi Pasar Dewan Emas Dunia (WGC) John Reade, dikutip dari CNBC International, Senin (10/6/2024).
Baca Juga
Data asosiasi perdagangan internasional menunjukkan, produksi tambang emas hanya naik tipis 0,5% pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Advertisement
Pada tahun 2022, pertumbuhan produksi emas menyentuh 1,35% YoY, tahun sebelumnya sebesar 2,7%, sedangkan pada tahun 2020, produksi emas global mencatat penurunan pertama dalam satu dekade hingga 1%.
"Saya pikir ada cerita yang luar biasa: setelah 10 tahun mengalami pertumbuhan pesat sejak sekitar tahun 2008, industri pertambangan kesulitan untuk melaporkan pertumbuhan produksi yang berkelanjutan," ungkap Reade.
Deposit emas baru juga semakin sulit ditemukan di seluruh dunia karena banyak wilayah prospektif yang telah dieksplorasi.
"Semakin sulit untuk menemukan, mengizinkan, membiayai, dan mengoperasikan emas," bebernya,
Penambangan emas skala besar membutuhkan banyak modal, dan memerlukan eksplorasi dan pengembangan yang signifikan, membutuhkan waktu rata-rata 10 hingga 20 tahun sebelum sebuah tambang siap berproduksi, menurut WGC.
Bahkan selama proses eksplorasi, kemungkinan suatu penemuan berkembang menjadi pengembangan tambang sangatlah rendah, karena hanya sekitar 10% dari penemuan emas dunia mengandung cukup logam untuk menjamin penambangan.
Â
Pembukaan Tambang Butuh Waktu yang Tak Singkat
Sekitar 187.000 metrik ton emas telah ditambang hingga saat ini, dan sebagian besar berasal dari Tiongkok, Afrika Selatan, dan Australia. Cadangan emas yang dapat digali diperkirakan sekitar 57.000 ton, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.
Selain proses penemuan, semakin sulitnya mendapatkan izin pemerintah dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya telah membuat penambangan semakin sulit, tambah Reade.
Mendapatkan izin yang diperlukan sebelum perusahaan pertambangan dapat mulai beroperasi juga memakan waktu beberapa tahun.
Selain itu, banyak proyek pertambangan direncanakan untuk daerah terpencil yang memerlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air, sehingga menimbulkan biaya tambahan dalam pembangunan tambang dan pembiayaan operasi, kata Reade.
Harga emas mengambil jeda setelah reli ke rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir didukung oleh kuatnya permintaan yang dipimpin oleh Tiongkok. Harga emas saat ini diperdagangkan pada $2,294.3 per ons.
Advertisement