Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Senin, 10 Juni 2024.
"Indeks dolar menguat pada hari Senin, melanjutkan kenaikan kuat dari hari Jumat setelah laporan nonfarm payrolls yang kuat menunjukkan para pedagang secara tajam mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan September," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan di Jakarta, dikutip Senin (10/6/2024).
Baca Juga
Fokus pasar saat ini berada pada pertemuan The Fed mendatang terkait suku bunga, yang akan diputuskan pada hari Rabu besok (12/6).
Advertisement
Sejauh ini, Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.
"Namun isyarat apa pun mengenai kebijakan di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama setelah tanda-tanda ketahanan inflasi AS dan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini," papar Ibrahim.
Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama mengingat inflasi AS masih tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja.
Adapun data nonfarm payrolls yang kuat pada hari Jumat juga memperkuat gagasan tersebut.
Sebelum keputusan suku bunga The Fed pada hari Rabu, data inflasi indeks harga konsumen utama AS juga akan dirilis minggu ini, dan diperkirakan menunjukkan inflasi tetap jauh di atas target 2% pada bulan Mei.
Di Asia, data produk domestik bruto Jepang menunjukkan pelemahan pada kuartal pertama 2024.
Rupiah melemah pada Senin, 10 Juni 2024
Rupiah ditutup melemah 87 point dalam perdagangan Senin sore (10/6), walaupun sebelumnya sempat melemah 110  point dilevel Rp. 16.282 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.196.
"Sedangkan perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 16.270 - Rp.16.330," ungkap Ibrahim.
Â
Disclaimer: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi dari seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Utang RI Bakal Sentuh Rp.800,33 Triliun 2025 Mendatang
Ibrahim menyoroti utang jatuh tempo pemerintah pada tahun 2025 yang akan mencapai Rp.800,33 triliun.
"Meski utang pemerintah jatuh tempo yang cukup besar kerap menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran, namun utang tersebut tetap dalam koridor aman dengan beberapa catatan. Misalnya, asalkan negara tetap kredibel, persepsi terhadap APBN baik, serta kebijakan fiskal ekonomi hingga politik tetap stabil," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp. 800,33 triliun.Â
Utang tersebut terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo senilai Rp 705,5 triliun dan pinjaman jatuh tempo sebesar Rp 94,83 triliun.
Â
Advertisement
Didorong oleh Pandemi
Jatuh tempo utang pemerintah yang besar adalah akibat dari pandemi Covid-19. Ketika itu, Indonesia butuh hampir Rp 1.000 triliun belanja tambahan. Sementara penerimaan negara turun 19 persen karena ekonominya berhenti.
"Sedangkan, penarikan utang tersebut, melalui skema burden sharing bersama Bank Indonesia (BI), agar neraca BI tetap baik, fiskalnya tetap kredible, politk jua acceptable dengan menggunakan surat utang negara yang maturitasnya maksimum tujuh tahun," tutupnya.