Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD menunjukkan penguatan pada Selasa, 11 Juni 2024.
"Mata uang AS (dolar) didukung oleh imbal hasil Treasury yang lebih tinggi setelah data pekerjaan domestik yang secara mengejutkan kuat pada akhir pekan lalu, yang memicu penurunan dramatis taruhan terhadap penurunan suku bunga Fed tahun ini," ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan di Jakarta, dikutip Selasa (11/6/2024).
Baca Juga
Ibrahim mengutip perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, bahwa inflasi harga konsumen AS akan turun menjadi 0,1% dari 0,3% bulan lalu, dan tekanan harga inti akan tetap stabil pada bulan ini di 0,3%.
Advertisement
"Diperkirakan tidak ada perubahan kebijakan pada akhir pertemuan kebijakan dua hari The Fed yang berakhir pada hari Rabu, namun para pejabat akan memperbarui proyeksi ekonomi dan suku bunga mereka," paparnya.
Para pejabat The Fed telah menunjukkan sifat yang lebih hawkish sejak rilis data terakhir pada bulan Maret 2024, ketika proyeksi median adalah pengurangan tiga perempat poin pada tahun ini.
"Pasar saat ini memperkirakan hanya pemotongan sebesar 37 basis poin pada bulan Desember," beber Ibrahim.Â
Sementara itu, pasar di Asia tengah menanti keputusan Bank of Japan terkait kebijakan suku bunganya pada hari Jumat mendatang (14/6). Namun, banyak analis dan investor memperkirakan penurunan pembelian obligasi BOJ sebesar 1 triliun yen (USD 6,4 miliar) menjadi sekitar 5 triliun yen per bulan, menyusul laporan media yang mengisyaratkan perubahan tersebut dari Reuters dan media lainnya.
Rupiah melemah pada Selasa, 11 Juni 2024
Rupiah ditutup melemah 8 point dalam perdagangan Selasa sore (11/6), dan sebelumnya sempat melemah 13 point dilevel Rp. 16.291 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.282.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 16.280 - Rp.16.350," Ibrahim memperkirakan.
Â
Disclaimer: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi dari seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Kinerja Penjualan Eceran Diperkirakan Meningkat
Ibrahim lebih lanjut mengungkapkan bahwa kinerja penjualan eceran pada mei 2024 diprakirakan meningkat.
Perkiraan itu didukung oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2024 yang mencapai 233,9 atau secara tahunan tumbuh 4,7% (yoy).
"Peningkatan ini menunjukkan adanya perbaikan dalam daya beli masyarakat dan juga efektivitas kebijakan ekonomi ttersebut didorong oleh Subkelompok sandang, Kelompok makanan, Minuman, dan tembakau, serta Suku Cadang dan Aksesori," katanya.
Meskipun demikian, secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terkontraksi 1,0% (mtm) sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat pasca-Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.
Kontraksi lebih dalam tertahan oleh beberapa kelompok yang masih tumbuh positif, yaitu Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, bebernya.
Â
Advertisement
Inflasi Diramal Ikut Melambung di Periode Juli-Oktober 2024
Pada April 2024, IPR tercatat mencapai 236,3 atau mengalami kontraksi sebesar 2,7% (yoy). Namun, kontraksi lebih dalam tertahan oleh Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang mencatatkan pertumbuhan positif.
Secara bulanan, penjualan eceran tumbuh 0,4% (mtm), terutama didorong oleh Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau sejalan dengan kegiatan masyarakat saat HBKN Idulfitri.
"Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Juli dan Oktober 2024 diprakirakan meningkat," kata Ibrahim.
"Ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juli dan Oktober 2024 yang masing-masing tercatat sebesar 142,5 dan 142,0, lebih tinggi dari IEH bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 140,1 dan 134,5," jelasnya.