Sukses

CEO Jaringan Supermarket Amazon Ini Ungkap Tanda Red Flag yang Dimiliki Karyawannya

CEO EO jaringan supermarket milik Amazon, Whole Foods, Jason Buechel menuturkan, fleksibilitas menjadi salah satu sikap yang harus dimiliki karyawan.

Liputan6.com, Jakarta - Dari sekian banyak tipe orang di tempat kerja , ada satu yang paling tidak disukai Jason Buechel yang menjadi CEO jaringan supermarket milik Amazon, Whole Foods.

Karyawan tersebut adalah "seseorang yang selalu merasa paling tahu jawaban untuk segala hal," kata Buechel sebagaimana yang dikutip dari CNBC, Kamis (27/6/2024) "Seseorang yang berpikir bahwa hal ini harus persis seperti ini karena hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Hal ini akan selalu terjadi seperti ini."

Buechel menambahkan, terlalu terpaku pada satu cara dalam melakukan sesuatu, atau tidak mempertimbangkan sudut pandang orang lain, dapat menghambat pertumbuhan maupun mempersulit perusahaan Anda. 

Buechel menghabiskan waktu 11 bulan untuk bersiap menjalankan Whole Foods sebelum mengambil alih perusahaan pada September 2022 dengan belajar dari dan bekerja sama dengan salah satu pendiri John Mackey, yang telah menjadi CEO merek tersebut selama 42 tahun. Ia mengatakan tidak selalu menjadi orang yang paling mudah beradaptasi.

"Saya terkadang bisa saja menjadi orang seperti itu di masa lalu saya dalam hal-hal tertentu," kata Buechel. "Namun saya belajar bahwa Anda harus fleksibel, terutama di dunia saat ini. Tuntutan pelanggan kami selalu berubah setiap saat, banyak hal yang selalu mengubah bisnis."

Misalnya, dinamika tim. Karyawan baru, keluar masuknya karyawan, dan promosi berarti tim di tempat kerja selalu berubah. Atasan yang mudah beradaptasi dapat secara konsisten menyesuaikan diri dengan personel baru mereka, dan karyawan yang mudah beradaptasi dapat secara proaktif menemukan cara-cara baru untuk berkontribusi.

Selain itu, pikirkanlah umpan balik yang konstruktif. Jika Anda tidak menerapkan kritik atasan secara aktif terhadap pekerjaan yang dilakukan, Anda akan terlihat tidak fleksibel dan tidak bisa menerima kritik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fleksibilitas saat Bekerja Itu Penting

Fleksibilitas adalah sifat yang berharga di banyak tempat kerja. Misalnya, CEO Amazon, Andy Jassy mengatakan, orang hanya bisa sukses jika mereka melepaskan mentalitas sok tahu. 

"Saat Anda merasa sudah mengetahui semuanya, maka saat itulah [Anda mulai] melepasnya," ujar Jassy dalam podcast "The Path" di LinkedIn bulan lalu.

Rangkullah kesempatan baru untuk belajar dan selalu merasa ingin tahu, saran Jassy. Hal ini dapat membantu untuk tetap aktif dalam karier dan hobi, membuat Anda lebih bahagia, dan membantu untuk mengelola lika-liku yang tak terelakkan di sepanjang perjalanan profesional dengan lebih baik.

"Ada beberapa orang yang sampai pada titik tertentu dan hampir merasa takut untuk belajar," kata Jassy, seraya menambahkan orang-orang yang paling berprestasi adalah "pembelajar yang sangat tekun."

"Perbedaan terbesar antara orang-orang yang saya ajak bekerja sama pada tahap awal karier saya dan apa yang mereka lakukan sekarang adalah seberapa hebatnya mereka dalam belajar," kata Jassy.

Ada dunia penuh dengan pengetahuan, peluang, dan hubungan baru yang bisa Anda buka "jika mau membuka diri."

 

 

3 dari 4 halaman

Amazon Didenda Rp 98,1 Miliar karena Langgar Puluhan Ribu Aturan di California

Sebelumnya, regulator tenaga kerja negara bagian California mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengenakan denda terhadap Amazon senilai USD 6 juta atau sekitar Rp 98,1 miliar, terkait pelanggaran undang-undang yang membatasi penggunaan kuota produktivitas gudang.

Melansir CNBC International, Kamis (20/6/2024) Kantor Komisaris Perburuhan California mengatakan pihaknya menyelidiki dua fasilitas Amazon di Moreno Valley dan Redlands, yang berlokasi di bagian timur Los Angeles. Mereka menemukan total 59.017 pelanggaran undang-undang Kuota Gudang di negara bagian tersebut.

Dilaporkan, kuota produktivitas telah menjadi sumber kekhawatiran umum di kalangan pekerja Amazon.

"(Amazon) gagal memberikan pemberitahuan tertulis mengenai kuota," kata kantor Komisaris Tenaga Kerja California.

Sementara itu, pihak Amazon mengklaim mereka tidak memerlukan kuota karena menggunakan sistem evaluasi peer-to-peer.

"Sistem peer-to-peer yang digunakan Amazon di kedua gudang ini adalah jenis sistem yang dicegah oleh undang-undang Kuota Gudang," kata Komisaris Tenaga Kerja Lilia Garcia-Brower dalam keterangannya.

Di California, Undang-undang Kuota Gudang mulai berlaku pada 2022 dan mewajibkan pengusaha untuk mengungkapkan kuota produktivitas kepada karyawan dan lembaga pemerintah, serta disiplin apa pun yang mungkin dihadapi pekerja jika tidak memenuhi kuota tersebut.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Hadapi Pengawasan Ketat

Undang-undang tersebut juga melarang pengusaha mewajibkan karyawan gudang untuk memenuhi kuota yang tidak aman yang mencegah mereka mengambil waktu makan dan istirahat yang diwajibkan negara atau menggunakan kamar mandi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Amazon dalam beberapa tahun terakhir menghadapi pengawasan ketat dari regulator atas cara mereka memperlakukan karyawan gudang dan pengirimannya.

Pada 2022, regulator keselamatan Washington mendenda Amazon karena dianggap sengaja melanggar undang-undang keselamatan tempat kerja dengan mengharuskan karyawan bekerja dengan kecepatan tinggi sehingga menempatkan mereka pada risiko terkena gangguan muskuloskeletal, atau masalah seperti keseleo dan ketegangan yang sering kali disebabkan oleh tugas yang berulang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini