Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Kamis ini. Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah penantian investor dan pelaku pasar akan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Pada Kamis (20/6/2024), nilai tukar rupiah turun 18 poin atau 0,11 persen menjadi 16.383 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.365 per dolar AS.
Baca Juga
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, pada perdagangan Kamis ini rupiah dibuka merosot menjelang keputusan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Advertisement
"Hari ini pasar menantikan hasil rapat RDG BI. Kali ini sebagian pelaku pasar ada yang memprediksi BI akan mengambil kebijakan kenaikan suku bunga untuk meredam pelemahan rupiah," kata dia dikutip dari Antara.
Kebijakan kenaikan suku bunga tersebut memang sedikit banyak bisa meredam pelemahan tapi di tengah sentimen terhadap dolar AS yang masih kuat, penguatan rupiah mungkin tidak besar dan masih berpeluang melemah.
Di sisi lain, potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini karena pelaku pasar kelihatannya masih terpengaruh dengan sikap bank sentral AS atau The Fed yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Ariston menuturkan potensi pelemahan ke arah 16.450 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 16.350 per dolar AS untuk hari ini.
Tekanan Rupiah
Sedangkan sebelumnya ekonom sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan perang dagang antara Uni Eropa, AS dengan Tiongkok yang semakin panas. Uni Eropa menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil listrik.
Ibrahim menuturkan, hal ini membuat Tiongkok sedikit kewalahan karena saat ini Tiongkok adalah salah satu negara yang gencar melakukan produksi mobil listrik. Sehingga ada kemungkinan besar akan melakukan perlawanan dengan memberikan pajak bea impor besar untuk barang dari Eropa.
"Ini yang membuat ketegangan sehingga dolar AS menguat dan berdampak pada melemahnya Rupiah,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Rabu (19/6/2024).
Bisa Sentuh 16.500 per Dolar AS
Meskipun begitu, Ibrahim mengungkapkan ada jeda hari libur perayaan Idul Adha di Indonesia membuat Rupiah kembali menguat walaupun hanya sebesar 36 poin. Namun, tidak menutup kemungkinan pekan ini Rupiah akan kembali melemah disebabkan oleh berbagai sentimen.
"Bisa saja ini kembali lagi mengalami pelemahan di minggu ini ada neraca perdagangan yang akan dirilis minggu ini. Ada yang bilang terjadi surplus ada yang bilang defisit tetapi informasi perang dagang ini sudah tidak terdengar lagi. Sehingga membuat pasar sedikit lebih tenang pada perdagangan hari ini,” ujar Ibrahim.
Selain itu, Ibrahim menjelaskan nilai Rupiah terhadap dolar AS skenario terburuknya bisa mencapai level 16.500, tetapi menurut dia Bank Indonesia (BI) diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini. Kenaikan suku bunga ini dilakukan BI untuk kembali menstabilkan nilai tukar Rupiah.
"Kenaikan suku bunga ini dipandang tidak memungkikan bagi para ekonom tetapi dalam kondisi saat ini di mana Rupiah sudah tembus 16.300 sebaiknya BI menaikkan suku bunga untuk menjaga nilai Rupiah,” tutur Ibrahim.
Advertisement
BI Naikkan Suku Bunga
Ibrahim mengungkapkan, BI pada awal 2024 mengatakan ada kemungkinan untuk menaikan suku bunga hingga 6,75 persen dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Jika BI menaikan suku bunga 25 poin bulan ini, maka suku bunga BI berada di level 6,50 persen.
"Masih ada sis 25 poin untuk BI menaikan suku bunga hingga mencapai 6,75 persen. 25 poin ini menjadi senjata BI jika Rupiah menembus level Rp 16.500,” pungkas Ibrahim.