Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik lebih dari 1% pada perdagangan Kamis ke level tertinggi dalam dua pekan. Kenaikan harga emas ini terjadi karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang mendorong spekulasi penuurnan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed) di tahun ini.
Mengutip CNBC, Jumat (21/6/2024), harga emas di pasar spot naik 1,33% menjadi USD 2.358,26 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,9% menjadi USD 2.369 per ounce.
Baca Juga
“Pelaku pasar semakin mengharapkan bank sentral AS untuk memulai program pelonggaran kebijakannya. Saya menduga kita mungkin akan mendapatkan beberapa posisi buy di pasar,” kata analis komoditas TD Securities, Bart Melek.
Advertisement
Klaim pengangguran AS turun pada minggu terakhir, data menunjukkan, menunjukkan pasar tenaga kerja secara umum stabil. Pembangunan rumah keluarga tunggal di AS pada Mei turun 5,2% ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 982.000 unit.
Data minggu lalu menunjukkan pasar tenaga kerja bergerak moderat dan ditindaklanjuti dengan data penjualan ritel yang lemah pada hari Selasa, menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi masih lesu pada kuartal II 2024.
“Kenaikan harga logam mulia lebih percaya diri pada akhir pekan ini, menyusul laporan penjualan ritel AS yang lebih lemah awal pekan ini,” kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff, dalam sebuah catatan.
Dalam hitungan CME FedWatch Tool, pelaku pasar saat ini memperkirakan kemungkinan 64% penurunan suku bunga Fed pada bulan September. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Permintaan safe-haven, didorong oleh ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, serta pembelian oleh bank sentral yang terus-menerus berkontribusi pada kenaikan harga emas dari bulan Maret hingga Mei, membawa harga emas di pasar spot ke rekor tertinggi USD 2.449,89 per ounce pada 20 Mei.
Meneropong Harga Emas Dunia hingga 2025
Harga emas dunia alami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini juga membuat instrumen investasi emas menjadi buruan.
Tren kenaikan emas masih terjadi di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Sejumlah pihak meyakini emas masih tetap akan menguntungkan untuk dijadikan investasi. Mengutip laman Business Insider Presiden Yardeni Research perkirakan harga emas bisa naik hingga menjadi USD 3.500 pada akhir 2025. Artinya harga emas ini bisa naik hingga 50 persen dari harga di pasar spot pada. Mei 2024.
Dia menuturkan, tren kenaikan harga emas ini dipicu oleh inflasi yang memiliki pola seperti pada 1970-an. Saat itu, harga-harga barang mulai melonjak dan mendorong harga emas dunia dari USD 35 per ounce ke puncak tertinggi saat itu USD 665 per ounce.
"Harga emas melonjak di level tertinggi bulan lalu. Siklus kenaikan mengingatkan kita pada inflasi besar pada 1970-an, ketika harga emas melonjak," tutur dia.
Dengan pola sama, harga emas diperkirakan menembus level USD3.000-3.500 per ounce pada 2025. Kenaikan ini sekitar 50 persen dari harga logam mulia yang dijual pada 2024.
"Ini akan menjadi target realistis untuk emas hingga tahun 2025," tegasnya.
Melansir laman Antam, harga emas pada perdagangan Kamis pagi, 20 Juni 2024 mengalami kenaikan Rp6.000 per gram. Dengan ini harga logam mulia dengan berat 1 gram dijual Rp1.355.000.
Advertisement