Sukses

Apa Itu Daun Kratom yang Risetnya Didorong Jokowi?

Pemerintahan Jokowi masih menanti hasil riset lanjutan dari BRIN yang ditargetkan selesai pada Agustus 2024 terkait daun kratom.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Kementerian Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk meneliti lebih lanjut manfaat tanaman kratom yang disebut memiliki kandungan narkotika.

Demikian disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi tentang legalisasi kratom di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 20 Juni 2024.

“Presiden menekankan yang perlu dioptimalisasi adalah asas manfaat kratom itu,” ujar Moeldoko.

Moeldoko menuturkan, dalam ratas itu dibahas temuan Kementerian Kesehatan kalau daun kratom tidak termasuk kategori narkotika yang berbahaya dan dapat dimanfaatkan antara lain untuk pereda nyeri.

Akan tetapi, pemerintah masih menanti hasil riset lanjutan dari BRIN yang ditargetkan selesai pada Agustus 2024.

Adapun tata kelola dan tata niaga tanaman kratom dibahas oleh pemerintah untuk merespons keluhan dari masyarakat, terutama 18 ribu keluarga di Kalimantan Barat yang sulit ekspor kratom, karena belum ada pengaturna mengenai standardisasi produknya.

Moeldoko menuturkan, selama ini kratom sudah banyak dikonsumsi secara tradisional oleh masyarakat Kalimantan sebagai sumber energi seperti kopi. Ia juga klaim efek kecanduan dari konsumsi kratom cenderung rendah.

"Maka, perlu ada tata kelola, tata niaga, dan legalitasnya, sehingga tidak ada lagi kratom yang mengandung unsur tidak sehat (seperti bakteri) salmonella, ecoli, dan logam berat. Sekarang ini (ekspor kratom) menurun, karena kita belum ada standar, sehingga ada produk yang di-reject dan harganya turun,” tutur dia.

Seiring hal tersebut, apa itu daun kratom?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Itu Daun Kratom?

Mengutip Antara, daun kratom diketahui memiliki kandungan aktif yakni alkaloid mitragynine dan 7-hydroxymitragynine. Kedua bahan aktif ini punya efek sebagai obat analgesik atau pereda rasa sakit.

Senyawa aktif mitragynine yang terkandung dalam kratom inilah yang berpeluang menimbulkan kecanduan seperti mengonsumsi narkotika. Efek yang dirasakan dari konsumsi kratom adalah perasaan relaks dan nyaman, serta euforia berlebihan jika kratom digunakan dengan dosis tinggi.

Apa manfaat daun kratom?

Daun kratom disebutkan banyak tumbuh di wilayah Kalimantan. Daun ini digunakan untuk teh atau diolah menjadi suplemen, yang bermanfaat untuk membantu mengurangi rasa nyeri, meningkatkan kesehatan kulit, dan menaikkan libido. Akan tetapi, efek samping dari penggunaan kratom cukup membahayakan bila tidak sesuai takaran.

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyampaikan kratom belum diatur dalam Undang-Undang Narkotika, sehingga regulasi pemerintah daerah pun belum bisa membatasi penggunaan kratom.

 

3 dari 4 halaman

Budi Daya Tanaman Kratom Tunggu Regulasi

Sementara itu, Kementerian Pertanian masih menanti regulasi tata kelola tanaman kratom, yang disebut memiliki kandungan narkotika tetapi berpotensi besar diekspor lantaran manfaat kesehatannya. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menuturkan,jika sudah ada regulasi dengan demikian daun kratom dapat di-budidayakan.

"Dari sisi pertanian untuk sementara ini masuk ke tanaman hutan, tetapi saran kami nanti kalau regulasinya sudah diatur, mungkin kita bisa budi daya, sehingga nilai ekonomi dan kualitasnya meningkat,” ujar Amran.

Dalam rapat tersebut dibahas penurunan harga kratom yang disebabkan banyak faktor, antara lain kualitas produk, distribusi, dan sebagainya. Jika nantinya pemerintah menetapkan tata kelola kratom di bawah Kementan, Amran menyatakan siap melakukan pembinaan kepada para petani dan membentuk korporasi, sehingga ada jaminan kualitas produk, terutama untuk diekspor.

"Ini tanaman di hutan, nanti bisa kita budi dayakan, bisa kita tata, tetapi dalam bentuk korporasi. Kalau ada koperasi mengelola ini, kita korporasikan, sehingga kualitas dan kuantitas terjamin karena itu syarat untuk ekspor,” tutur Amran.

Arman menilai, dengan adanya regulasi yang jelas, budi daya tanaman kratom bisa lebih berkembang, karena potensi ekonominya sangat besar yaitu pernah mencapai USD 30 per kilogram. “Sekarang ini harganya jatuh 2 dolar hingga 5 dolar, ini terlalu rendah,” kata Amran.

4 dari 4 halaman

Jokowi Minta Kemendag Atur Perdagangan Tanaman Kratom

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuat aturan standarisasi perdagangan tanaman kratom. Hal ini, kata Jokowi, agar kratom yang diekspor tak lagi mengandung efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.

"Tadi arahan Presiden (Jokowi) pertama, supaya Kemenkes, BRIN, dan BPOM lanjutkan riset sesungguhnya (tanaman kratom) yang aman seberapa bagi masyarakat," kata Kepala Staf Presiden Moeldoko kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, 20 Juni 2024.

"Kemendag atur tata niaganya untuk bentuk suatu standardisasi sehingga tak ada lagi kratom produk Indonesia yang kandung bakteri ecoli, salmonella, logam berat," ia menambahkan.

Dia menyampaikan saat ini banyak daun kratom Indonesia yang ditolak oleh eksportir karena mengandung bakteri-bakteri berbahaya. Oleh sebab itu, Moeldoko menekankan pentingnya pengaturan perdagangan tanaman kratom.

"Karena sudah ada eksportir kita di-reject barangnya. Kenapa terjadi? Karena belum diatur tata niaganya dengan baik," ujarnya.

 

Selain itu, Moeldoko menilai perlunya pengawasan proses produksi tanaman kratom agar kualitas produknya terjaga baik. Dia menuturkan aturan tersebut akan ditentukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Berikutnya kemendag akan menentukan eksportir terbatas sehingga semua akan bisa ekspor dan terjaga dengan baik kualitasnya," tutur Moeldoko.

Disamping itu, dia mengatakan bahwa sebanyak 18.000 keluarga di Kalimantan Barat hidupnya bergantung pada tanaman kratom. Tak hanya itu, kata Moeldoko, pertumbuhan pohon kratom dapat menjaga kelestarian lingkungan, yang berbeda dengan ganja.

"Kalau dia (tanaman ganja) kan dicabut, kratom ini pohon besar," tutur dia.

Kratom yang Diekspor Mutunya Buruk

Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa tanaman kratom yang diekspor memiliki mutu yang buruk dan harga murah. Sehingga, pemerintah merasa perlu mengatur tata niaga dan perdagangan kratom untuk menjamin standar dan kualitasnya.

"Kratom kan di ekspor bebas mutunya buruk harganya murah. Tadi rapat memutuskan akan di atur tata niaganya kratom agar Mendag mengatur mengenai eksportir yang terdaftar, sehingga mutu standar akan dikendalikan," ujar dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini