Sukses

Populix: Nilai Transaksi Tertinggi QRIS Sentuh Rp 3 Juta dalam Satu Kali Pembayaran

Laporan riset terbaru Populix menyebutkan, setengah dari responden (50%) memakai QRIS minimal sekali dalam seminggu di toko offline.

Liputan6.com, Jakarta - Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini telah menjadi salah satu inovasi metode pembayaran yang masif digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak diluncurkan Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia pada Agustus 2019.

QRIS tak hanya membawa dampak signifikan pada transaksi harian masyarakat, tetapi juga inovasi dalam dunia bisnis. Hal tersebut terungkap dalam laporan riset terbaru Populix berjudul “Understanding QRIS Usage and Its Impact on Daily Transaction” yang memperlihatkan bahwa sebanyak 94% responden pernah menggunakan QRIS untuk transaksi pembayaran dalam satu bulan terakhir, terutama untuk pembelian makanan dan minuman.

"Terlihat pada hasil riset kami bahwa setengah dari responden menggunakan QRIS setidaknya sekali dalam seminggu dengan nilai transaksi tertinggi mencapai hingga lebih dari Rp 3 juta. Hal ini menunjukkan tingginya frekuensi dan kenyamanan bertransaksi digital melalui QRIS, serta kemampuannya dalam mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan pembayaran,” ungkap Co-Founder & CEO, Populix, Timothy Astandu seperti dikutip dari keterangan resmi, ditulis Kamis (26/6/2024).

Riset menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia (7 dari 10) masih lebih memilih berbelanja di toko fisik (offline). Meskipun uang tunai masih menjadi metode pembayaran paling umum untuk transaksi offline, QRIS dengan cepat mendapatkan daya tarik, terutama di kalangan pekerja kantoran dan Gen Z.

Setengah dari responden (50%) menggunakan QRIS setidaknya sekali dalam seminggu di toko offline, dengan pekerja kantoran menggunakannya beberapa kali dalam seminggu (36%) dan Gen Z menggunakannya setiap hari.

Penetrasi tinggi ini cenderung didorong oleh kemudahan dalam penggunaan (49%), kecepatan transaksi (42%), serta adanya program promosi atau diskon untuk transaksi menggunakan QRIS (33%).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Transaksi Tertinggi

E-wallet dan bank digital menjadi dua platform utama untuk penggunaan QRIS. Selain populer untuk transaksi kecil dengan nominal kurang dari Rp 500 ribu, QRIS juga dapat menangani pembayaran yang lebih besar. Responden menyatakan pernah melakukan transaksi tertinggi mencapai hingga lebih dari Rp 3 juta, terutama untuk tagihan restoran dan belanja kebutuhan sehari-hari.

Laporan juga mengidentifikasi peluang untuk adopsi QRIS yang lebih luas di masa depan dengan 56% responden menyatakan pasti akan menggunakan metode pembayaran QRIS jika disediakan oleh penjual. Bahkan, 73% menyatakan akan lebih sering menggunakannya, dan 65% menyatakan akan mengeluarkan nilai transaksi yang lebih besar di masa depan.

Timothy menambahkan, QRIS memainkan peran kunci dalam memperkuat fondasi ekonomi digital Indonesia, meningkatkan inklusi keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

"Oleh karena itu, peningkatan infrastruktur sangat penting untuk memastikan transaksi yang lancar, cepat, dan aman,” tutur dia.

 

3 dari 4 halaman

Transaksi QRIS Melonjak Tinggi, ATM Mulai Tak Laku

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja transaksi sistem pembayaran tetap tumbuh kuat. Pada April 2024, transaksi BI-RTGS meningkat 18,65% (yoy) mencapai Rp13.112,22 triliun.

"Transaksi BI-FAST tumbuh 56,70% (yoy) sehingga mencapai Rp612,90 triliun," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2024 di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Rabu (22/5/2024).

Untuk nominal transaksi digital banking tercatat Rp 5.340,92 triliun atau tumbuh sebesar 19,08% (yoy) dan nominal transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 33,99% (yoy) sehingga mencapai Rp90,44 triliun.

Selanjutnya, BI mencatat nominal transaksi QRIS tumbuh 194,06% (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant 31,86 juta.

Sementara itu, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D turun sebesar 12,49% (yoy) mencapai Rp619,19 triliun. Nominal kartu kredit masih meningkat 11,67% (yoy) mencapai Rp34,39 triliun. 

Selain itu, dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) juga meningkat 2,64% (yoy) sehingga menjadi Rp1.058,23 triliun.

 

4 dari 4 halaman

Stabilitas Sistem Pembayaran

Perry menyampaikan, stabilitas infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran tetap terjaga. Dari sisi infrastruktur, kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) terjaga dengan baik, aman, dan andal yang didukung oleh kondisi likuiditas dan operasional yang memadai.

"Dari sisi struktur industri, interkoneksi sistem pembayaran dan ekosistem EKD terus meluas, didorong oleh integrasi pelaku industri yang memanfaatkan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) dalam meningkatkan kualitas layanan digital kepada masyarakat," ujarnya.

Bank Indonesia pun berkomitmen memastikan ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk daerah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.