Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra buka suara terkait keterlambatan penerbangan kepulangan jemaah haji. Dia turut meminta maaf atas keterlambatan yang terjadi.
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) menyoroti terlambatnya penerbangan beberapa kelompok terbang (kloter) jemaah haji yang dilayani Garuda Indonesia. Bahkan, disebut ada delay penerbangan hingga 12 jam.
Baca Juga
"Berkenaan dengan berbagai masukan dan sorotan yang disampaikan pemangku kepentingan terkait mengenai kelancaran operasional haji, kami tentunya akan terus melakukan berbagai improvement aspek operasional guna memastikan aspek ketepatan waktu layanan penerbangan haji senantiasa terjaga," ucap Irfan Setiaputra dalam keterangannya, Kamis (27/6/2024).
Advertisement
Dia mengamini ada beberapa catatan yang disampaikan kepadanya terkait terlambatnya kloter jemaah haji kembali ke Tanah Air. Irfan menegaskan, pihaknya tengah sibuk memperbaiki layanan yang diberikan.
"Kami memohon maaf karena tidak memberikan jawaban dan tanggapan mengenai berita yang muncul di publik dan media, karena kami berupaya untuk meminimalisir polemik berkepanjangan tersebut dan kami akan lebih memfokuskan diri dalam memastikan proses percepatan corective actions berjalan dengan lancar," bebernya.
Dia juga turut menyampaikan permohonan maaf kepada para jemaah haji yang terdampak atas penyesuaian jadwal penerbangan pada fase pemulangan ini. Termasuk kepada berbagai stakeholder layanan Haji utamanya Kementerian Agama RI.
"Kami berkomitmen untuk terus memastikan kelancaran operasional penerbangan haji berjalan dengan maksimal khususnya dengan senantiasa mengedepankan aspek keselamatan penerbangan," ucap Irfan Setiaputra.
Komplain Kemenag
Diberitakan sebelumnya, Ketua Komnas Haji Kemenag, Mutolih Siradj menyalahkan Garuda Indonesia atas perubahan rute kepulangan jemaah haji. Ada 46 kloter jemaah yang mulanya berangkat dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, berubah titik pulang melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Untuk diketahui, pergerakan jemaah haji Indonesia terbagi dalam dua gelombang. Pertama, jemaah haji dari Tanah Air mendarat di Bandara AMAA Madinah, lalu ke Madinah, Makkah, baru pulang melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah. Kedua, jemaah haji dari Tanah Air mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, lalu ke Makkah, Madinah, baru pulang melalui Bandara AMAA Madinah.
"Perubahan jadwal penerbangan yang mendadak sangat merepotkan, bukan saja bagi jemaah tetapi tentu petugas dan berpotensi menambah beban biaya (cost) diluar skema," kata Mustolih dalam keterangannya.
Advertisement
Layanan Petugas Jadi Tak Optimal
Dia bilang, perubahan rute kepulangan itu bisa membuat jemaah kelelahan dari jauhnya jarak tempuh. Di sisi lain, berpotensi menimbulkan biaya-biaya tambahan.
Dia juga menyoroti perlu adanya perubahan sisten khusus yang dilakukan Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi soal rute yang berubah tadi.
"Perubahan ini memecah konsentrasi petugas. Dalam kondisi normal, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Bandara, semestinya terkonsentrasi mengawal pemulangan jemaah haji gelombang I di Jeddah. Akibat perubahan rute, petugas harus membagi pelayanan di Madinah. Hal ini bisa berdampak menurunnya layanan petugas sehingga tidak optimal," bebernya.