Liputan6.com, Jakarta - Delegasi Thailand yang dipimpin oleh Ketua Komisi Pembangunan Politik, Komunikasi Massa, dan Partisipasi Publik Parlemen Thailand Parit Wacharasindhu bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Thailand ingin belajar dari Indonesia dalam menggabungkan upaya pertumbuhan ekonomi dan demokratisasi, pengembangan electric vehicle, Program Kartu Prakerja untuk pengembangan SDM, hingga penggunaan desentralisasi sebagai mesin pertumbuhan nasional.
Baca Juga
Airlangga menjelaskan, bahwa Indonesia termasuk negara yang mempunyai tiga zona waktu, jadi kunci dari desentralisasi adalah perlu pertumbuhannya tidak terpusat. Indonesia ingin setiap daerah memiliki pertumbuhan yang sama sehingga pembangunan tidak hanya terjadi di Pulau Jawa saja, tetapi juga di sekitar Indonesia bagian timur dan barat.
Advertisement
"Salah satu yang kami lakukan yakni mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus. Kami memiliki hampir 22 kawasan ekonomi khusus di seluruh Indonesia, dan salah satu kebijakan Indonesia adalah Indonesia sedang mengembangkan hilirisasi industri,” kata Menko Airlangga.
Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa untuk industri manufaktur, Indonesia telah meluncurkan Indonesia 4.0. Indonesia juga telah berfokus dalam moineral kritis yang baru dua tahun lalu Amerika Serikat dan Eropa menyadari pentingnya mineral kritis tersebut.
Swasembada Energi
Selain itu, Airlangga juga menjelaskan bahwa Indonesia memproduksi 50 juta ton CPO dan sedang mengembangkan biodiesel 35. Menurut Menko Airlangga, kuatnya Thailand dalam memproduksi gula, termasuk gula mentah, di fase selanjutnya Thailand dapat membangun etanol yang dapat menjadi peluang kerja sama lain antara Indonesia dan Thailand.
“Kita perlu melakukan investasi yang meningkatkan swasembada energi di negara-negara ASEAN. Dan saya pikir itu penting untuk sektor ini. Jadi, menurut saya dalam dua isu tersebut, mengenai kelapa sawit dan karet alam, saya kira kita harus bekerja sama,” ujar Menko Airlangga.
Selanjutnya terkait EV, Menko Airlangga mengatakan bahwa mineral kritis antara lain nikel, tembaga, kobalt, dan alumunium yang merupakan bahan baku energi baru terbarukan terdapat di Indonesia. Menko Airlangga dalam kesempatan tersebut menerangkan bahwa terdapat peluang kerja sama Indonesia dan Thailand dalam rantai pengembahan kendaraan listrik.
Advertisement
Digitalisasi
Kemudian dari sektor digitalisasi, di bawah kepemimpinan Indonesia pada Keketuaan ASEAN 2023, telah diluncurkan perjanjian kerangka ekonomi digital (DEFA) yang salah satunya diharapkan dapat memudahkan dalam bertransaksi.
“Jadi dengan semangat ASEAN, kita ingin lebih mengintegrasikan antar manusia serta menjalin hubungan ekonomi antar negara-negara ASEAN. Untuk digitalisasi sendiri, dengan perjanjian kerangka ekonomi digital, ekonomi ASEAN bisa meningkat menjadi 2 triliun dolar (USD),” ungkap Menko Airlangga.
Dalam pertemuan tersebut Menko Airlangga juga menjelaskan lebih detail hal-hal lain yang ditanyakan oleh Delegasi Thailand, salah satunya terkait kebijakan yang mendukung UMKM. Menko Airlangga juga menjelaskan tentang dukungan Indonesia terhadap start-up yang tidak hanya melalui pendanaan tetapi juga pelatihan. Dalam pertemuan tersebut Indonesia dan Thailand terbuka atas potensi kerja sama yang bisa dijalin antar kedua negara.
“Di ASEAN, jika Indonesia dan Thailand bekerja sama, saya pikir banyak hal yang bisa kita capai untuk ASEAN kita,” pungkas Menko Airlangga.