Sukses

IMF Ingatkan Lonjakan Utang AS: Berisiko bagi Ekonomi Domestik dan Global

IMF mengingatkan rasio utang Amerika Serikat (AS) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang kian melambung.

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) meminta Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan pajak guna mengekang kenaikan tingkat utang negara itu.

Namun, IMF juga memuji pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan dinamis, serta kemajuan yang dibuatnya dalam mengendalikan inflasi. IMF mengatakan dalam pernyataan penutup untuk tinjauan "Pasal IV" mengenai kebijakan ekonomi AS bahwa defisit dan utang yang tinggi menimbulkan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian negara itu dan global.

"Perekonomian AS telah membuktikan dirinya kuat, dinamis, dan mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi global,” kata IMF.

"Aktivitas dan lapangan kerja tetap sesuai harapan, dan proses disinflasi jauh lebih lancar dibandingkan yang dikhawatirkan banyak orang," ujar Georgiva.

Namun, IMF mengingatkan Washington karena meningkatnya defisit yang jika terus berlanjut, akan membawa rasio utang Amerika Serikat terhadap PDB ke tingkat 140% pada akhir dekade ini.

Peringatan IMF mencakup layanan pensiun, Jaminan Sosial dan perawatan kesehatan.

"Defisit dan utang yang tinggi menciptakan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian AS dan global, yang berpotensi menambah biaya pembiayaan fiskal yang lebih tinggi dan risiko yang semakin besar terhadap kelancaran perpanjangan kewajiban yang jatuh tempo,” jelasnya.

Pernyataan IMF sekaligus merevisi perkiraan pertumbuhan PDB AS 2024 menjadi 2,6% dari perkiraan 2,7% dalam World Economic Outlook lembaga pemberi pinjaman global tersebut pada April 2024. Sementara pertumbuhan AS pada 2025 diproyeksi turun menjadi 1,9%, tidak berubah dari perkiraan April, dan tetap di atas 2% hingga akhir dekade ini.

IMF juga memperkirakan inflasi AS akan kembali ke target Federal Reserve sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025, jauh lebih cepat dibandingkan perkiraan The Fed yang akan kembali ke targetnya pada 2026.

Georgieva menjelaskan, perkiraan IMF lebih optimis karena lintasan inflasi saat ini menunjukkan pengembalian yang lebih cepat ke target, sebagian karena kuatnya belanja konsumen AS yang didorong oleh kekayaan yang diperoleh setelah pandemi COVID-19 mereda dan pasar tenaga kerja mendingin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Catatan dari IMF Untuk AS

Untuk tahun kedua berturut-turut, dana tersebut menetapkan AS menaikkan tarif pajak penghasilan secara progresif, tidak hanya bagi orang Amerika terkaya tetapi juga bagi rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari USD 400.000 per tahun – ambang batas yang Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk tidak melewatinya.

IMF mengatakan AS juga harus mereformasi program pemberian hak, pemotongan yang Biden dan saingannya dari Partai Republik Donald Trump telah berjanji untuk tidak melakukannya, dan menaikkan ambang batas kelayakan Kredit Pajak Penghasilan bagi pekerja yang belum punya anak.

 

3 dari 4 halaman

IMF Singgung Kenaikan Tarif Impor Barang China oleh AS

Georgieva mengatakan, IMF tengah meninjau untuk memberikan jalur kebijakan bagi AS.

"Yang dalam pandangan kami akan memberikan manfaat bagi perekonomian dan masyarakatnya dengan baik," kata Georgiva.

"Ini adalah saat yang tepat di mana Anda dapat berbuat lebih banyak untuk mempersiapkan diri menghadapi risiko di masa depan," ujar dia.

IMF juga mengatakan bahwa peningkatan tarif AS dan hambatan perdagangan lainnya serta meningkatnya penggunaan kebijakan industri yang menguntungkan perusahaan domestik merupakan risiko negatif bagi perekonomian AS dan global, yang berpotensi mendistorsi arus investasi dan melemahkan sistem perdagangan global.

Sebaliknya, dana tersebut meminta Washington untuk mengatasi perbedaan pendapat dengan mitra dagangnya melalui negosiasi dan memperkuat Organisasi Perdagangan Dunia.

4 dari 4 halaman

IMF Kasih Wejangan ke Fed Soal Penurunan Suku Bunga, Ini Isinya

Sebelumnya, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva menyarankan Federal Reserve (The Fed) untuk tetap menunggu menurunkan suku bunga sampai akhir tahun ini.

Georgiva menyoroti AS sebagai satu-satunya negara G20 yang mengalami pertumbuhan di atas tingkat sebelum pandemi, dan pertumbuhan yang kuat menunjukkan risiko kenaikan inflasi yang sedang berlangsung.

"Kami menyadari adanya risiko-risiko positif yang penting," kata Georgieva dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari CNBC International, Jumat (28/6/2024).

"Mengingat risiko-risiko tersebut, kami setuju bahwa The Fed harus mempertahankan suku bunga kebijakan pada tingkat saat ini setidaknya hingga akhir 2024," ujarnya.

Sebagai informasi, suku bunga dana fed fund The Fed saat ini berada dalam kisaran 5,25% hingga 5,50% sejak Juli 2023.

IMF memperkirakan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, yang menjadi ukuran inflasi AS versi The Fed, akan berakhir pada tahun 2024 pada kisaran 2,5% dan mencapai tingkat target The Fed sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025. 

Perkiraan tersebut lebih cepat dari proyeksi The Fed untuk tahun 2026.

Kekuatan Ekonomi ASKekuatan ekonomi AS selama siklus kenaikan suku bunga The Fed dibantu oleh pasokan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas, kata Georgieva, sambil menyoroti perlunya bukti yang jelas bahwa inflasi AS akan turun ke target 2% sebelum The Fed menurunkan suku bunganya.

Meskipun demikian, penilaian IMF yang "lebih optimis” terhadap lintasan penurunan inflasi didasarkan pada indikasi melemahnya pasar tenaga kerja di AS dan melemahnya permintaan konsumen.

"Saya ingin menyadari bahwa pelajaran yang kita peroleh dari (beberapa) tahun terakhir adalah kita berada pada masa yang lebih penuh ketidakpastian. Ketidakpastian ini juga ada di depan. Namun kami yakin bahwa The Fed akan mengatasi hal tersebut, dan tentunya dengan kehati-hatian yang sama seperti yang ditunjukkan selama setahun terakhir," jelas Georgieva.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini