Sukses

Harga Minyak Terus Ngegas Dampak Kekhawatiran Perang Israel dan Hizbullah

Harga minyak dunia naik karena tanda-tanda mengarah ke konflik militer antara Israel dan Hizbullah, memicu kekhawatiran konfrontasi antara Iran yang merupakan anggota OPEC. Jika konflik ini meluas maka akan dapat mengganggu pasokan minyak mentah.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut pada perdagangan Jumat. Kenaikan harga minyak dunia ini terjadi karena meningkatnya kekhawatiran akan perang antara Israel dan milisi Hizbullah yang didukung Iran.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) sempat mencapai level tertinggi dalam perdagangan intraday di USD 82,72 per barel, level tertinggi untuk patokan AS sejak 30 April.

Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia naik menjadi USD 87,22 per barel di awal sesi, level tertinggi patokan global dalam dua bulan.

Harga minyak AS telah naik 1% untuk minggu ini dan 5,9% untuk bulan Juni.

Mengutip CNBC, Sabtu (29/6/2024), harga minyak WTI AS untuk kontrak Agustus ditutup USD 81,54 per barel, turun 20 sen, atau 0,24%. Sejak awal tahun hingga saat ini, harga minyak AS telah naik 13,8%.

Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus ditutup USD 86,41 per barel, naik 2 sen. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak yang menjadi acuan global ini unggul sebesar 12,1%.

Sedangkan harga gas alam untuk kontrak Agustus ditutup USD 2,60 per seribu kaki kubik, turun 3,13%. Jika dihitung dari awal tahun sampai saat ini harga gas sudah unggul sebesar 3,4%.

RBC Capital Markets dalam risetnya menuliskan bahwa harga minyak naik karena tanda-tanda mengarah ke konflik militer antara Israel dan Hizbullah, memicu kekhawatiran konfrontasi antara Iran yang merupakan anggota OPEC. Jika konflik ini meluas maka akan dapat mengganggu pasokan minyak mentah.

 

2 dari 2 halaman

Saling Serang Fasilitas Minyak dan Gas

Tiga pejabat pertahanan AS mengatakan kepada NBC News bahwa Pentagon telah memindahkan aset militer lebih dekat ke Lebanon untuk mempersiapkan evakuasi warga AS ketika pertempuran meningkat dan ketika baku tembak lintas batas antara Israel dan Hizbullah meningkat.

Departemen Luar Negeri AS pada Kamis mendesak warga AS untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke Lebanon.

RBC Capital Markets menjelaskan, Hizbullah dapat menargetkan operasi gas lepas pantai Israel jika perang terjadi, dan Israel dapat berupaya menyerang fasilitas minyak Iran.

Ada juga risiko bahwa Iran dapat menyerang kapal tanker di jalur Hormuz atau meninggalkan hubungan dengan Arab Saudi dan menyerang fasilitas minyak kerajaan tersebut.

Bahkan jika détente Iran-Saudi bertahan, “kami tetap tidak akan mengesampingkan risiko terhadap pasokan energi regional dan aset ekonomi penting lainnya jika perang menyebar melampaui perbatasan saat ini,” Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC.