Sukses

60% UMKM Hadapi Tantangan Berat Ini, Apa Itu?

Lebih dari 60% UMKM menghadapi tantangan dalam mengelola rantai pasokan mereka secara efisien, terutama dengan keterbatasan arus kas.

Liputan6.com, Jakarta KoinWorks mengumumkan peluncuran Impact Report 2023 yang berjudul "Leveling Up the MSME Ecosystem" bersama Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) diikuti dengan diskusi panel pada 19 Juni 2024.

Acara peluncuran edisi kedua dari laporan tahunan ini juga menandai dimulainya inisiatif 'Play It Forward' KoinWorks untuk terus menghasilkan dampak positif bagi masyarakat, dengan menghadirkan beberapa pembicara dari sektor fintech, modal ventura, dan ekonomi berkelanjutan.

Seperti yang dijelaskan dalam Impact Report KoinWorks, pada sektor-sektor seperti FMCG; pertanian; dan kesehatan, kecepatan, efisiensi, dan kelincahan sangat penting dalam bisnis. Lebih dari 60% UMKM menghadapi tantangan dalam mengelola rantai pasokan mereka secara efisien, terutama dengan keterbatasan arus kas.

“Visi kami adalah agar UMKM tidak hanya masuk ke pasar sebagai pengecer tetapi menjadi bagian integral dari ekosistem produksi domestik,” kata Chief of Impact & ESG KoinWorks Angelique Timmer dalam keterangan tertulis, Minggu (30/6/2024).

“Fokus kami adalah pada dukungan di tingkat ekosistem. Kami bermitra dengan pemain kunci UMKM, penggerak UMKM, dan lembaga keuangan tradisional untuk meningkatkan seluruh rantai pasokan. KoinWorks juga terlibat dalam program inkubasi UMKM yang diinisiasi oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Kolaborasi ini penting dalam menciptakan pertumbuhan berkelanjutan untuk meningkatkan seluruh ekosistem UMKM," lanjut dia.

Dia mengingatkan bahwa memperkenalkan praktik ESG ke dalam sektor fintech penting untuk mendorong akuntabilitas yang kuat dalam operasional bisnis mereka. Sebagai contoh, Angelique menyoroti bagaimana KoinWorks tidak hanya memberikan dukungan dalam bentuk pembiayaan kepada UMKM, namun untuk memastikan akuntabilitas dan penggunaan dana yang efektif, KoinWorks juga menyediakan berbagai edukasi, di antaranya adalah koleksi video KoinLearn dan komunitas KoinPreneur.

Inisiatif ini membekali UMKM dengan wawasan dan pengetahuan berharga untuk membantu mereka mengembangkan bisnis. 

Secara umum, inisiatif ini bertujuan untuk memberikan dampak sosial yang lebih luas bagi UMKM, termasuk meningkatkan akses ke pembiayaan berkelanjutan, mendorong kolaborasi dan pertukaran pengetahuan dalam komunitas, menyediakan solusi digital untuk pertumbuhan, dan membantu UMKM menyederhanakan pelaporan keberlanjutan.

"Konsep inilah yang mendorong KoinWorks untuk aktif membantu UMKM di tingkat ekosistem dalam menerapkan ESG untuk bisnis mereka. Kami menyadari bahwa UMKM lokal harus memiliki akses ke pembiayaan berkelanjutan dan peluang bisnis," tambah Angelique.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

84% UMKM Indonesia Dapat Utang dari IMF, Tapi Bukan International Monetary Fund

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus berupaya agar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mampu bertahan, tumbuh dan berkembang. Salah satunya membantu memfasilitasi dengan memanfaatkan akses pembiayaan alternatif melalui platform teknologi finansial.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjelaskan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki kaitan yang sangat erat dengan UMKM. Sebab, 70% pelaku wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia berasal dari UMKM. Namun permodalan masih menjadi salah satu kendala besar bagi para UMKM.

"Selama ini hanya 16% yang terlayani dengan perbankan, sementara 84% masih menggunakan pendanaan atau pembiayaan dari IMF singkatan dari Istri, Mertua, dan Family," ucap Sandiaga usai membuka Kick Off Fintech Financing for Tourism and Creative Economy (FIFTY) 2024 di Bogor, Selasa (7/5/2024).

Dengan melihat tingkat penetrasi internet Indonesia yang menyentuh angka 79,5%, kata dia, hal ini bisa dioptimalkan sebagai momentum percepatan transformasi digital bagi para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan akses pembiayaan alternatif melalui platform teknologi finansial.

Tak cuma pembiayaan, pelaku UMKM juga nantinya bakal mendapat pelatihan dan pendampingan agar usaha mereka berkembang.

"Para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang ingin mengakses pembiayaan alternatif melalui teknologi finansial dapat mendaftar melalui website FIFTY untuk mendapatkan pendampingan dan pelatihan dalam meningkatkan kapasitas usaha agar usahanya dapat terus tumbuh danberkembang," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

FIFTY

Fintech Financing for Tourism and Creative Economy (FIFTY) adalah sebuah platform untuk mengakses pembiayaan teknologi finansial baik dari P2P Lending maupun securities atau equity crowdfunding yang telah berizin dari OJK.

Ini bertujuan untuk membantu para pelaku usaha sektor pariwisata dan ekonomikreatif agar lebih mudah mendapatkan pembiayaan sekaligus pelatihan dan pendampingan secara terstruktur serta masif agar usahanya bisa scale up dengan lebih pesat.

Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan program FIFTY bagi pelaku usaha parekraf agar dapat mengembangkan usaha dengan cara mengakses pembiayaan alternatif melalui teknologi finansial baik dari P2P Lending maupun Securities/ Equity Crowdfunding yang telah berizin OJK.

Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf, Anggara Hayun Anujuprana mengatakan bahwa masih sulitnya pelaku usaha parekraf untuk mengakses pembiayaan menjadi alasan utama diselenggarakannya program ini.

"Melalui kegiatan ini diharapkan pelaku usaha parekraf lebih mudah mendapatkan pembiayaan teknologi finansial baik P2P lending maupun securities/equity crowdfunding yang telah berizin OJK, melalui Pelatihan dan pendampingan Business matching," kata Hayun.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini