Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya penurunan tingkat kemiskinan, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Secara angka, angka kemiskinan di desa turun lebih besar daripada perkotaan.
Namun, Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi mengatakan, masih terjadi disparitas yang cukup lebar antara perkotaan dan pedesaan.
Baca Juga
"Pada Maret 2024, tingkat kemiskinan di pedesaan mencapai 11,79 persen. Sementara di perkotaan 7,09 persen," ujar Imam, Senin (1/7/2024).
Advertisement
Secara tahunan dibandingkan kondisi Maret 2023, terjadi penurunan tingkat kemiskinan pedesaan sebesar 0,43 persen poin. Sementara di perkotaan turun sebesar 0,20 persen poin.
Begitu pun jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19, tingkat kemiskinan pedesaan pada Maret 2024 lebih rendah 0,81 persen poin jika dibandingkan September 2019.
Namun, Imam menambahkan, tingkat kemiskinan perkotaan pada Maret 2024 masih lebih tinggi 0,53 persen poin jika dibandingkan kondisi September 2019.
Â
"Jika dibandingkan kondisi sebelum pandemi, maka tingkat kemiskinan di pedesaan sudah lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi. Sementara tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan masih lebih tinggi daripada kondisi sebelum pandemi," tuturnya.
Â
Lebih lanjut, ia juga memaparkan jurang ketimpangan antara si kaya dan si miskin yang masih lebar, dengan indikator rasio gini sebesar 0,379 persen per Maret 2024. Kendati begitu, angka tersebut lebih rendah dibandingkan Maret 2023 sebesar 0,388.
Kawasan perkotaan jadi wilayah dengan ketimpangan tertinggi di angka 0,399. Sementara rasio gini di pedesaan lebih rendah sebesar 0,366.
Â
25,27 Juta Orang Indonesia Masih Miskin hingga Maret 2024, Lebih Rendah Sebelum COVID-19
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penduduk miskin turun 0,68 juta jiwa menjadi 25,27 juta jiwa pada Maret 2024. Jumlah penduduk miskin ini merosot 0,33 persen dibandingkan Maret 2023.
Hal itu disampaikan Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/7/2024). "Pada Maret 2024, ini mengalami penurunan atau lebih rendah dibandingkan Maret 2023 yaitu persentase penduduk miskin turun 0,33 persen poin, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 0,68 juta orang," ujar dia.
Imam menuturkan, tingkat kemiskinan pada Maret 2024 ini sudah lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi covid-19. Meskipun, jumlah penduduk miskin RI sempat meningkat pada masa pandemi covid-19.
"Setelah sempat meningkat pada masa pandemi sebelumnya tingkat kemiskinan terus menurun sejak Maret 2021," kata dia.
Dalam catatan BPS, garis kemiskinan pada Maret 2024 ditetapkan sebesar Rp 582.932 per kapita. Angka ini naik 5,9 persen dibandingkan Maret 2023.
Â
Advertisement
Banyak di Jawa
Berdasarkan komponen, pengeluaran makanan masih mendominasi garis kemiskinan di RI mencapai 74,44 persen. Sementara komoditas non-makanan menyumbang 25,56 persen.
Berdasarkan wilayah, berdasarkan data BPS, pada Maret 2024, penduduk miskin masih terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumatera. Adapun, penurunan tingkat kemiskinan terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 0,57 persen poin dari 13,29 persen pada Maret 2023 menjadi 12,72 persen pada Maret 2024.
Dengan perkembangan tersebut, jumlah penduduk miskin turun 3,06 juta orang atau turun 2,22 poin persentase dalam 10 tahun terakhir. Atau data-rata penduduk miskin turun 300 ribu orang per tahun.Â
"Tingkat kemiskinan 9,03 persen merupakan yang terendah dalam 1 dekade terakhir," ujar dia.