Liputan6.com, Jakarta - harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 2% menjelang libur 4 Juli. Pada bulan lalu harga minyak mentah AS telah naik lebih dari 6% yang didorong oleh kekhawatiran perang Timur Tengah akan meluas dan ekspektasi peningkatan bahan bakar di musim panas.
Namun, asosiasi pengendara AAA mengatakan, meskipun harga minyak mentah terus meningkat, harga rata-rata satu galon bensin mencapai USD 3,49 secara nasional, turun sekitar 5 sen dari bulan lalu.
Baca Juga
Asosiasi pengendara AAA melihat permintaan bahan bakar melemah tetapi harga benson di SPBU bisa naik dengan rekor 60 juta wisatawan diperkirakan akan memulai liburan menjelang 4 Juli yang merupakan Hari Kemerdekaan AS.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (2/7/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Agustus dipatok USD 83,38 per barel, naik USD 1,84 atau 2,26%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak AS telah naik 16,3%.
Untuk harga minyak Brent kontrak September dipatok USD 86,60 per barel, naik USD 1,60 atau 1,88%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak acuan global ini telah naik 12,4%.
Sedangkan harga gas alam kontrak Agustus sebesar USD 2,47 per seribu kaki kubik, turun 4,73%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas turun 1,43%.
Spekulan pasar minyak telah menambah posisi beli karena yakin bahwa harga yang akan naik karena adanya ketegangan antara Israel dan milisi Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon
“Terbukti menjadi pendorong utama pergerakan harga yang kuat akhir-akhir ini,” tulis analis komoditas TD Securities kepada kliennya.
“Namun, peningkatan premi risiko ini kemungkinan hanya akan mendukung harga, bukan memicu reli baru,” kata analis tersebut.
Dampak Badai Beryl
Analis senior Price Futures Group Phil Flynn mengatakan, musim cuaca Atlantik masih menjadi perhatian, dengan Badai Beryl yang melanda Karibia sebagai badai Kategori 4.
Sedangkan Direktur Eksekutif Energi Mizuho Securities Bob Yawger mengatakan bahwa Badai Beryl kemungkinan tidak akan berdampak pada operasi minyak dan kilang di Teluk.
Yawger menrincikan, harga bensin akan meningkat jika badai menghantam fasilitas kilang di sepanjang Gulf Coast, sementara harga minyak akan turun karena barel yang tidak terpakai menumpuk.
JPMorgan, sementara itu, memperkirakan defisit cairan minyak global sebesar 1 juta barel per hari, atau bph, pada kuartal ketiga dan penarikan besar-besaran sebesar 1,9 juta barel per hari pada bulan Agustus. Investasi kembali tersebut memperkirakan Brent akan mencapai USD 90 per barel pada bulan September.
Advertisement