Sukses

Kuasai 80% Saham Mandiri Inhealth Bisa Memperbesar Skala Bisnis IFG Life

Selain aset Mandiri Inhealth yang cukup besar, perusahaan itu pun memiliki portofolio proteksi kesehatan yang kuat, sehingga melengkapi cakupan bisnis IFG Life.

Liputan6.com, Jakarta Aksi korporasi pengambilalihan 80% saham PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth) oleh PT Asuransi Jiwa IFG atau IFG Life berpeluang memperbesar skala bisnis anggota holding BUMN asuransi, penjaminan, dan penjaminan IFG tersebut. Kontribusi perusahaan BUMN terhadap industri asuransi jiwa pun bisa semakin kuat.

Seperti diketahui, IFG Life mengambilalih 80% saham Mandiri Inhealth, yang sebelumnya dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Kimia Farma Tbk, dan Indonesia Financial Group (IFG).

Selanjutnya Mandiri Inhealth akan resmi bergabung dalam ekosistem holding IFG melalui IFG Life sebagai pemegang saham pengendali. Adapun setelah akuisisi, Bank Mandiri mencatatkan porsi kepemilikan 20% saham di Mandiri Inhealth.

Pengamat Asuransi dan Dosen Program MM-Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM Kapler Marpaung menilai bahwa terdapat peluang IFG Life untuk tumbuh lebih besar setelah mengakuisisi Mandiri Inhealth.

Selain aset Mandiri Inhealth yang cukup besar, perusahaan itu pun memiliki portofolio proteksi kesehatan yang kuat, sehingga melengkapi cakupan bisnis IFG Life.

“Setelah mengakuisisi Mandiri Inhealth, IFG Life memang tidak langsung menjadi yang terbesar di sektor asuransi jiwa Tanah Air, akan tetapi ke depannya bisa terus lebih besar,” ujar Kapler Marpaung.

Mandiri Inhealth, dengan program layanan managed care yang diusungnya, merupakan salah satu dari pemain kuat di industri asuransi kesehatan.

2 dari 3 halaman

Kinerja

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa (AAJI) pada triwulan I/2024, Mandiri Inhealth tercatat sebagai perusahaan asuransi dengan capaian market share di industri asuransi kesehatan kumpulan sebesar 35% dan memiliki lebih dari 1,8 juta peserta.

Mandiri Inhealth per 31 Desember 2023 tercatat memiliki total aset senilai Rp2,82 triliun, atau tumbuh 5,78% (year on year/yoy) dari Rp2,66 triliun pada tahun sebelumnya.

Pada periode yang sama, perseroan membukukan pendapatan premi sebesar Rp3,43 triliun atau naik 15,84% (yoy) dari Rp2,97 triliun.  

Perseroan juga tergolong perusahaan yang sangat sehat yang terlihat dari tingkat risk based capital (RBC) Mandiri Inhealth sebesar 733% pada 2023, jauh di atas ketentuan minimal OJK yakni 120%. Hal itu menunjukkan kondisi keuangan dan bisnis Mandiri Inhealth yang sangat sehat.

Kapler melihat bahwa akuisisi perusahaan yang sehat dan baik pertumbuhannya, sejatinya bukan hal yang mudah. Di sana, terdapat peranan Bank Mandiri maupun pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sehingga proses pengambilalihan saham Mandiri Inhealth bisa berjalan baik.

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Harus Terdepan

Kapler menilai bahwa perusahaan BUMN tidak mesti menjadi yang terbesar di industri asuransi jiwa, tetapi harus terdepan dalam memastikan keamanan dan proteksi kepada para nasabah, demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi.

Dia juga menilai bahwa perusahaan asuransi harus kembali kepada prinsip mendasarnya, yakni memberikan proteksi bagi masyarakat. Hal itu sejalan dengan semangat IFG Life dalam mendorong produk asuransi tradisional yang menguatamakan proteksi.

“Perusahaan asuransi jiwa harus benar-benar kembali ke prinsip-prinsip asuransi yang mendasar. Model pemasaran dan strateginya harus betul-betul menjadi lebih profesional. Prudent underwriting tidak boleh ditawar-tawar,” ujar Kapler.