Sukses

Harga Minyak Kembali Merosot, Apa Penyebabnya?

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kompak merosot pada perdagangan Jumat, 5 Juli 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) merosot pada Jumat, 5 Juli 2024. Namun, harga minyak mentah AS masih membukukan kenaikan mingguan dalam empat minggu berturut-turut seiring penurunan persediaan menunjukkan kenaikan permintaan.

Mengutip CNBC, Sabtu (6/7/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai posisi tertinggi ke posisi USD 84,52 per barel, level tertinggi sejak akhir April 2024, sebelum merosot. Harga minyak WTI naik sekitar 2 persen pada pekan ini. Sedangkan harga minyak global Brent bertambah 0,15 persen.

Berikut adalah harga energi pada penutupan perdagangan Jumat pekan ini:

  • Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus sentuh USD 83,16 per barel, turun 72 sen atau 0,86 persen. Hingga kini, harga minyak WTI bertambah 16,1 persen.
  • Harga minyak Brent untuk pengiriman September ke posisi USD 86,54 per barel, merosot 89 sen atau 1,02 persen. Hingga kini, harga minyak global menguat 12,3 persen.
  • Harga bensin RBOB untuk kontrak Agustus USD 2,56 per gallon, susut 3 persen atau 1,31 persen. Hingga kini, harga bensin menguat 22,1 persen.
  • Harga gas alam untuk pengiriman Agustus mencapai USD 2,32 seribu kaki kubik, turun 9 sen atau 3,85 persen. Hingga kini, harga gas lebih rendah 7,5 persen.

Analis pasar minyak prediksi pasar akan lebih ketat pada kuartal III seiring meningkatnya permintaan bahan bakar pada musim panas. Data persediaan AS tampaknya mengkonfirmasi perkiraan itu dengan stok minyak mentah turun 12,2 juta barel dan bensin merosot 2,2 juta barel pada pekan lalu.

“Dengan persediaan minyak mulai menurun sebagai akibat dari kuatnya permintaan dan terbatasnya pertumbuhan pasokan, investor mulai membangun eksposur minyak lagi,” ujar Analis UBS Giovanni Staunovo.

 

2 dari 4 halaman

Prediksi Perminyaan Minyak Global

UBS prediksi permintaan minyak global akan tumbuh 1,5 juta barel per hari, di atas tingkat pertumbuhan jangka panjang 1,2 juta barel per hari. Bank tersebut prediksi penurunan persediaan yang lebih besar dalam beberapa pekan ke depan. Hal ini seiring OPEC+ terus mengurangi produksi hingga September.

“Oleh karena itu, kami masih yakin Brent kemungkinan akan mencapai USD 90 barel pada kuartal ini,” ujar Staunovo.

JPMorgan juga prediksi, harga minyak Brent akan mencapai USD 90 per barel pada Agustus, dan paling lambat September 2024.

3 dari 4 halaman

Harga Minyak pada 4 Juli 2024

Sebelumnya, harga minyak turun pada awal perdagangan hari Kamis (Jumat waku Jakarta) setelah data ketenagakerjaan dan aktivitas bisnis AS keluar lebih lemah dari yang diharapkan, yang menjadi tanda-tanda ekonomi mungkin mendingin di negara konsumen minyak terbesar dunia itu.

Dikutip dari CNBC, Jumat (5/7/2024), harga minyak mentah Brent turun 30 sen atau 0,34% menjadi USD 87,04 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 32 sen atau 0,38%, menjadi USD 83,56, karena aktivitas menurun akibat libur Juli di AS.

Di Amerika Serikat, data pada hari Rabu menunjukkan pengajuan pertama untuk tunjangan pengangguran AS meningkat minggu lalu, sementara jumlah orang yang menganggur meningkat lebih lanjut ke titik tertinggi.

Secara terpisah, laporan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan gaji swasta meningkat sebanyak 150.000 pekerjaan pada bulan Juni, di bawah konsensus yang memperkirakan peningkatan sebesar 160.000, dan setelah naik sebanyak 157.000 pada Mei.

 

 

4 dari 4 halaman

Momentum Ekonomi

Dalam tanda lebih lanjut hilangnya momentum dalam perekonomian, indeks ISM Non-Manufaktur, ukuran aktivitas sektor jasa AS, turun ke level terendah empat tahun sebesar 48,8 pada bulan Juni, jauh di bawah konsensus 52,5, di tengah penurunan tajam dalam pesanan.

Namun, data ekonomi yang lebih lemah dapat memperkuat argumen Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) untuk mulai memangkas suku bunga, kata para analis, sebuah langkah yang akan mendukung pasar minyak karena suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan.

“Arah data terkini sesuai dengan bias pelonggaran The Fed,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

“Perlambatan momentum pertumbuhan akan mendukung dorongan disinflasi dalam beberapa bulan mendatang, yang membuka jalan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga," ujar dia.