Sukses

Anda Termasuk Pelit atau Hemat? Cek di Sini Perbedaannya

Tak ada seorang pun yang dianggap pelit. Akan tetapi, seorang pakar menilai antara hemat dan pelit memiliki garis tipis.

Liputan6.com, Jakarta - Di zaman yang penuh dengan kenaikan harga dan sulitnya mengatur anggaran, para ahli keuangan memberikan tips untuk menjadi lebih hemat - bagaimana cara mengurangi biaya, menghemat bahan makanan, dan menghindari pembelian yang berlebihan.

Namun, meskipun banyak yang memuji orang yang pintar mengatur keuangan mereka, tidak ada yang ingin dianggap pelit. "Ini adalah garis yang sangat tipis," kata seorang pakar etiket dan pembicara utama yang dikenal sebagai Mister Manners, Thomas Farley, seperti yang dikutip dari CNBC, Selasa, 30 April 2024, ditulis Sabtu (6/7/2024).

"Jelas, menjadi pelit merendahkan bagi semua orang sedangkan menjadi hemat dianggap sebagai suatu kebajikan," ia menambahkan.

Perbedaan hemat dan pelit, menurut dia, terletak pada apakah sikap pelit Anda mempengaruhi orang-orang di sekitar. Seseorang yang mampu membeli kursi kelas satu tetapi memilih untuk menghemat uang dengan terbang menggunakan kelas ekonomi, misalnya, hanyalah orang yang hemat, kata Farley.

"Pelit adalah seseorang yang tidak mau membayar sesuai dengan kemampuannya. Seorang miliarder pun bisa menjadi pelit," ujar dia.

"Seseorang yang pelit memiliki uang, tetapi mereka memilih untuk tidak menghabiskannya, sering kali merugikan orang-orang yang membayar sesuai dengan bagian mereka," ia menambahkan.

Bagaimana agar tidak terlihat pelit Tidak ada masalah dengan mengikuti anggaran yang telah dibuat atau memprioritaskan di mana uang akan dibelanjakan - para ahli keuangan mendukung strategi "penganggaran yang ketat". Namun, jika terlihat seperti pelit di mata orang lain, artinya Anda melanggar aturan etika yang baik.

Berikut ini cara untuk menghindari persepsi tersebut:

2 dari 4 halaman

Peka dengan Sekeliling Anda

Agar terhindar dari kesan murahan di depan teman-teman Anda, penting untuk mengetahui bagaimana mereka berperilaku dengan uang, ungkap Farley. Ambil contoh saat makan bersama di restoran.

"Tak ada salahnya membayar sesuai dengan apa yang kamu makan jika itulah yang biasa dilakukan oleh kelompokmu," tutur dia.

Jika teman-teman Anda biasanya membagi pengeluaran secara merata, menghitung uang yang harus dibayarkan setiap kali keluar mungkin akan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Begitu juga, akan terlihat aneh jika kamu menghitung porsi tagihan hingga ke sen terakhir, lalu kemudian memposting tentang liburan mewah di media sosial.

"Tentu saja hal ini akan meninggalkan perasaan tidak enak di hati teman-teman yang merasa seolah-olah kamu mengeluhkan bagianmu, jika keesokan harinya kamu mengunggah foto-foto belanja atau jalan-jalan," kata Farley.

3 dari 4 halaman

Bersikaplah Transparan Tentang Batasan Anda

Jika anggaran Anda tidak mencukupi untuk membeli sesuatu, itu menjadi sebuah pertanyaan yang berbeda. Dalam situasi tersebut, Anda tidak akan dianggap sebagai orang yang pelit jika Anda mengungkapkan sebelumnya Anda tidak mampu membayar untuk hal-hal seperti perjalanan kelompok atau makan di restoran mewah.

Ini bisa berarti menolak undangan atau membuat rencana alternatif yang lebih terjangkau. "Anda mungkin memutuskan untuk tidak pergi ke restoran steak yang Anda tahu akan menghabiskan biaya sebesar 100 dolar per orang," kata Farley.

"Atau mungkin Anda dapat menyarankan tempat seperti food hall di mana setiap orang dapat memilih makanan mereka sendiri. Anda juga bisa menyarankan untuk makan siang daripada makan malam. Ada banyak cara kreatif untuk mengatasi situasi tersebut."

Namun, menurut Farley, menjadi pelit adalah ketika Anda berusaha untuk membayar lebih sedikit, menghindar, atau mengabaikan permintaan pembayaran saat tagihan jatuh tempo.

Lebih baik menetapkan batasan dengan orang-orang dalam kehidupan Anda tentang apa yang dapat dan tidak dapat Anda beli. "Orang-orang yang bijak dalam pengeluaran dan sopan akan sangat jujur tentang hal ini," ujar Farley.

4 dari 4 halaman

'Jangan Menembak Si Empunya Pesan'

Harga-harga semakin melambung di mana-mana, kadang-kadang membuat kita frustasi. Namun, menurut Farley, hal itu bukanlah alasan untuk mengabaikan aturan etiket yang biasa.

Sebagai contoh, pergi ke pernikahan teman di luar negeri bisa membuat anggaran kita terkuras. "Mungkin kita berpikir, 'Kami sudah menghabiskan begitu banyak uang untuk pergi ke sana, jadi kita tidak perlu memberi mereka hadiah,'" tutur dia.

"Namun, itu adalah sikap pelit." Prinsip yang sama berlaku bagi mereka yang merasa bahwa harga makanan atau cappuccino terlalu mahal. "Jangan salahkan pelayan," ujar Farley.

"Pelayan di restoran tidak menentukan harga makanan yang kita pesan. Orang yang menjual muffin tidak menentukan harga tersebut." Menurunkan tip atau memilih untuk tidak memberi tip dalam situasi di mana biasanya kita memberikan tip adalah "tindakan yang bisa dikatakan pengecut," Farley menambahkan.

"Kita sebenarnya menghukum orang yang tidak menentukan harga dan mengambil uang dari kantong mereka pada akhirnya,"

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence