Sukses

Garuda Indonesia Angkut 14,5 Ton Bantuan untuk Korban Longsor di Papua Nugini

Penerbangan bantuan ke Papua Nugini berangkat dari Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma pada pukul 23.50 WIB, dan dijadwalkan akan tiba di Bandar Udara Port Moresby keesokan harinya pada pukul 08.50 LT.

Liputan6.com, Jakarta - Garuda Indonesia mengoperasikan penerbangan kemanusiaan untuk mengangkut sedikitnya 14,5 ton bantuan kemanusiaan menuju Papua Nugini. Kiriman tersebut diterbangkan dengan menggunakan armada Airbus A330-200.

Dalam penerbangan kemanusiaan tersebut, Garuda Indonesia mengangkut berbagai bantuan kemanusiaan berupa bahan makanan, obat-obatan serta bantuan lainnya bagi masyarakat Papua Nugini yang terdampak bencana tanah longsor. Bantuan kemanusiaan ini merupakan inisiasi dari pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas langsung penerbangan misi kemanusiaan tersebut. Penerbangan bantuan tersebut direncanakan berangkat dari Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma pada pukul 23.50 WIB, dan dijadwalkan akan tiba di Bandar Udara Port Moresby keesokan harinya pada pukul 08.50 LT.

"Perubahan iklim dan pemanasan global telah menimbulkan anomali cuaca, memicu terjadinya berbagai bencana di mana pada tanggal 24 Mei 2024 lalu, telah terjadi bencana tanah longsor yang dahsyat di Provinsi Enga, Papua Nugini. Kita harus membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, karena itu hari ini akan kita kirimkan bantuan kemanusiaan dalam bentuk obat-obatan, makanan tambahan, dan medicine kit," kata Jokowi dikutip dari siaran pers yang dikeluarkan Garuda Indonesia, Selasa (9/7/2024).

 

"Saya berpesan kepada delegasi yang menjalankan misi kemanusiaan ini dapat menjalankan amanah sebaik-baiknya dan pulang kembali ke Tanah Air dalam kondisi sehat," pinta Jokowi.

 

Sementara Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, pengoperasian penerbangan kemanusiaan ini merupakan wujud nyata dari komitmen Garuda Indonesia maskapai pelat merah.

"Kembali dipercaya untuk turut berpartisipasi dalam mendistribusikan inisiasi bantuan kemanusiaan dari pemerintah tentunya menjadi momen penuh arti tersendiri bagi kami. Khususnya dalam merealisasikan dukungan kami untuk menjembatani misi kebangsaan dan wujud solidaritas antarnegara bagi masyarakat Papua Nugini yang saat ini tengah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak," kata Irfan.

Aspek Keamanan

Lebih lanjut, Irfan juga memastikan bahwa penerbangan tersebut telah dilaksanakan melalui koordinasi intensif bersama berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan aspek keamanan dan keselamatan penerbangan dapat terimplementasikan secara maksimal.

"Kami juga ingin menyampaikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan sekaligus sinergi yang telah terjalin dengan berbagai pihak yang telah mendukung kelancaran seluruh proses penerbangan kemanusiaan ini," tuturnya.

"Kiranya kolaborasi berbagai pihak dalam misi kemanusiaan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat Papua Nugini namun juga dapat menyampaikan semangat dan pesan persaudaraan bagi masyarakat dunia," pungkas Irfan.

2 dari 3 halaman

PBB Perkirakan Lebih dari 670 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Papua Nugini

Sebelumnya, Organisasi Internasional untuk Migrasi atau UN Migration memperkirakan jumlah korban tewas akibat tanah longsor di Papua Nugini lebih dari 670 orang.

Serhan Aktoprak, kepala misi badan migrasi PBB di negara kepulauan Pasifik Selatan itu mengatakan, revisi jumlah korban tewas didasarkan pada perhitungan pejabat desa Yambali dan provinsi Enga.

Diperkirakan jumlahnya lebih dari 150 rumah telah terkubur akibat tanah longsor pada Jumat (24/5/2024). Perkiraan sebelumnya adalah 60 rumah.

"Mereka memperkirakan lebih dari 670 orang terkubur di bawah tanah saat ini," kata Aktoprak kepada The Associated Press.

Pejabat lokal awalnya menyebutkan jumlah korban tewas pada Jumat (24/5) sebanyak 100 orang atau lebih. Hanya lima jenazah yang ditemukan pada Minggu (26/5).

Tim tanggap darurat di Papua Nugini memindahkan para penyintas ke tempat yang lebih aman, dikutip dari AP, Minggu (26/5).

Sementara itu, pemerintah kepulauan Pasifik Selatan sedang mempertimbangkan apakah mereka perlu secara resmi meminta lebih banyak dukungan internasional.

Para kru sudah putus asa untuk menemukan korban selamat di bawah tanah dan puing-puing sedalam 6 hingga 8 meter, kata Aktoprak.

"Orang-orang sudah mulai bisa menerima hal ini sehingga ada tingkat kesedihan dan duka yang serius," katanya.

Papua Nugini adalah negara berkembang dan beragam dengan 800 bahasa dan 10 juta orang yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

3 dari 3 halaman

Lokasi Evakuasi untuk Warga

Pihak berwenang mendirikan pusat evakuasi di tempat yang lebih aman di kedua sisi tumpukan puing yang menutupi area seluas tiga hingga empat lapangan sepak bola dan telah memotong jalan raya utama yang melintasi provinsi tersebut.

"Bekerja melintasi puing-puing sangat berbahaya dan tanah masih terus longsor," kata Aktoprak.

Meskipun Papua Nugini berada di daerah tropis, desa ini berada 2.000 meter (6.600 kaki) di atas permukaan laut dan suhunya jauh lebih dingin.

Menteri Pertahanan Papua Nugini Billy Joseph dan direktur Pusat Bencana Nasional Laso Mana terbang dari Port Moresby dengan helikopter ke Wabag pada Minggu (26/5) untuk mendapatkan gambaran langsung tentang apa yang diperlukan.

Aktoprak memperkirakan pemerintah akan memutuskan pada Selasa (28/5) apakah mereka akan secara resmi meminta lebih banyak bantuan internasional.

Amerika Serikat dan Australia, negara tetangga dan penyedia bantuan luar negeri paling dermawan di Papua Nugini, termasuk di antara negara-negara yang secara terbuka menyatakan kesiapan mereka untuk berbuat lebih banyak guna membantu para responden.