Sukses

Mobil Bekas Kini Lebih Diminati Ketimbang Mobil Baru, Kenapa?

Mobil bekas, kini diburu oleh masyarakat Indonesia. Di Jawa, pada 2023, sekitar 64% pembelian mobil di Jawa merupakan mobil bekas. Adapun penjualan mobil baru di Jawa dan Bali turun 33% pada 2022 dibandingkan 2013.

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Senior LPEM FEB UI Riyanto menegaskan, pasar mobil domestik rata-rata tumbuh 21,3% selama 2000-2013, ditopang oleh kenaikan pendapatan per kapita sebesar 28,2%. Sementara itu, selama 2013-2022, pendapatan per kapita hanya naik 3,65%, sehingga pasar mobil turun rata-rata 1,64% per tahun.

Pada saat yang sama, dia menegaskan, harga mobil terus membubung. Sebagai contoh, harga Avanza G pada 2013 mencapai Rp 160 juta, sedangkan pada 2023 mencapai Rp 255 juta.

Dengan demikian, pertumbuhan pendapatan per kapita tidak bisa menjangkau harga mobil baru. Bahkan, selisihnya makin lebar dari tahun ke tahun.

Imbasnya, dia menuturkan, penjualan mobil bekas tumbuh subur menjadi 1,4 juta unit pada 2023, dari 2013 yang hanya 0,5 juta unit, seiring menurunnya daya beli konsumen dan lonjakan harga mobil baru. Itu artinya, penjualan mobil bekas tahun lalu di atas mobil baru yang hanya 1 juta unit.

Mobil bekas, kata dia, kini diburu oleh masyarakat Indonesia. Di Jawa, pada 2023, sekitar 64% pembelian mobil di Jawa merupakan mobil bekas. Adapun penjualan mobil baru di Jawa dan Bali turun 33% pada 2022 dibandingkan 2013.

Di luar Jawa, pembelian mobil bekas juga mendominasi, mencapai 56% dari total pembelian kendaraan tahun lalu.

“Sebenarnya, mobil bekas bukan tujuan orang. Kalau punya uang, mending mobil baru. Tetapi, perbedaan harga mobkas dan baru makin lebar. Harga mobil bekas juga terdepresiasi cukup tinggi, sehingga tambah subur,” kata dia dikutip Kamis (11/7/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penjualan Mobil Lesu, Ternyata Ini Biang Keroknya

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) buka suara terkait kian mahalnya harga mobil baru di pasar domestik. Akibat, kenaikan harga ini membuat permintaan masyarakat akan mobil baru semakin turun.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyampaikan bahwa tren kenaikan harga mobil di Indonesia dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, bahan baku mobil saat ini masih didominasi asal impor.

"Jadi, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap biaya produksi macam-macam ada raw material (bahan baku) masih banyak diimpor," kata dalam acara Diskusi bertajuk Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil di Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (10/07/2024)Kedua, semakin mahalnya harga mobil baru di Indonesia juga disebabkan oleh biaya logistik. Dalam catatannya, biaya logistik memberikan dampak signifikan terhadap biaya produksi mobil.

Ketiga, kenaikan harga mobil baru juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik akibat perang. Dampak dari perang ini membuat gangguan rantai pasok yang ikut mengerek biaya produksi.

"Kemarin ada perang dan sebagainya Itu logistiknya jadi naik," bebernya.

Keempat, dampak kenaikan harga mobil dipicu oleh tren pelemahan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kukuh menuturkan, tren pelemahan Rupiah diluar prediksi para produsen mobil.

"Itu (pelemahan Rupiah) di luar dugaan seperti nilai tukar rata-rata para pelaku perhitungan paling tinggi Rp15.000, sekarang sudah Rp16.000 lebih dan itu cukup berat," bebernya.

 

3 dari 3 halaman

Minta Dukungan Pemerintah

Dia berharap, adanya dukungan pemerintah untuk meningkatkan permintaan mobil baru di pasar domestik. Misalnya memberikan insentif memberikan insentif fiskal (PPnBM) DTP yang telah memiliki sejarah sukses pada periode 2011 (penjualan domestik tertinggi).

"Kita juga sering berdiskusi dengan Pemda untuk menyesuaikan tarif pajak. Dengan pajak yang tidak terlalu tinggi ini akan mendorong volume penjualan," tandasnya.

Mengutip data GAIKINDO, angka penjualan mobil domestik berada di bawah target 1,05 juta unit sepanjang 2023. Rinciannya, penjualan mobil secara whole sales mencapai 1 juta (1.005.802) unit sepanjang 2023, turun 4 persen dibanding capaian sepanjang 2022 sebanyak 1,04 juta (1.048.040) unit.

Selain itu, penjualan secara retail sepanjang 2023 mencapai 998.059 unit. Angka ini turun 1,5 persen dibanding 2022 yang mencapai 1,01 juta (1.013.582) unit.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.