Liputan6.com, Jakarta Rupiah ditutup menguat 46 point pada perdagangan Kamis sore (11/7), walaupun sebelumnya sempat menguat 55 poin di level Rp. 16.194 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.240.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 16.140 - Rp.16.230," ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan pada Kamis (11/7/2024).
Baca Juga
Adapun indeks dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan pada Kamis (11/7) hari ini.
Advertisement
"Dolar diperdagangkan dalam kisaran yang ketat pada hari Rabu setelah kesaksian awal Powell di hadapan Kongres, dengan ketua The Fed menandai melemahnya pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor yang semakin penting dalam memutuskan kapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga," ungkap Ibrahim.
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terbaru mengatakan bahwa penurunan suku bunga tidak tepat sampai bank sentral memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi menuju target 2%.
Namun Powell juga menyebut, peningkatan inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang dihadapi bank sentral AS.
''Ketua The Fed tersebut dapat dianggap sedang mempersiapkan landasan untuk penurunan suku bunga pada bulan September. Powell akan kembali ke Washington pada Rabu malam, dan para pedagang akan mencari penyempurnaan lebih lanjut dalam komentarnya menjelang data penting inflasi konsumen pada hari Kamis," beber Ibrahim.
Di Asia, data inflasi indeks harga produsen Jepang menunjukkan kenaikan pada inflasi pabrik di bulan Juni 2024.
Inflasi tersebut masih relatif lemah, sehingga menambah keraguan mengenai apakah Bank of Japan akan memiliki cukup dorongan untuk terus melakukan pengetatan kebijakan.
Â
Â
Inflasi China
Kemudian di Tiongkok, inflasi negara itu menurun pada bulan Juni, mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen untuk berbelanja.
Inflasi PPI Tiongkok juga membaik, menyusut pada laju paling lambat sejak Februari 2023, namun masih menunjukkan bahwa disinflasi belum berakhir.
Adapun di dalam negeri, Pemerintah mengungkapkan rencana melaksanakan pembatasan BBM bersubsidi mulai 17 Agustus 2024, dengan tujuan mengurangi jumlah pemakaian BBM subsidi, untuk menghindari defisit APBN/
"Defisit APBN menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas keuangan dan keseimbangan anggaran negara. Sedangkan, defisit APBN 2024 diproyeksikan akan lebih besar dari target yang telah ditetapkan.Sehingga, dengan pengetatan penggunaan BBM subsidi, biaya subsidi bisa ditekan, alhasil pemerintah semakin dapat menghemat APBN 2024 dan berencana mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin. Penggunaan bioetanol dapat mengurangi polusi udara dan memiliki kadar sulfur yang rendah," papar Ibrahim.
Advertisement