Sukses

Cara Ikut Program High Spender Pelita Air, Ada Hadiah BMW hingga Kupon Travel Rp 15 Juta

Maskapai anak perusahaan Pertamina Group, Pelita Air meluncurkan program reward yang dikhususkan untuk pelanggan setia maskapai.

Liputan6.com, Jakarta Maskapai anak perusahaan Pertamina Group, Pelita Air meluncurkan program reward yang dikhususkan untuk pelanggan setia maskapai.

"Program ini kita buat karena kita ingin ada semacam reward kepada pelanggan setia kita. Jadi program ini dirancang untuk orang yang sering membeli penerbangan kita melalui website maupun mobile-app. Nanti yang terbesar belanjanya itu akan mendapat hadiah langsung mobil BMW 218i," ungkap Direktur Niaga PT. Pelita Air Service, Asa Perkasa di Jakarta Selatan, Kamis (11/7/2024).

Program hasil kolaborasi antara Pelita Air dan BMW itu berlangsung mulai Juli hingga Desember 2024 dengan hadiah utama yaitu BMW 218i, motor Vespa LX125 I-GET, dan travel voucher senilai Rp 15.000.000,-.

Program ini merupakan inisiatif untuk mendorong pengguna rutin membeli tiket dan barang tambahan seperti pemilihan kursi dan bagasi prabayar.

Program High Spender dapat diikuti siapapun dengan syarat melakukan pembelian tiket dan produk ancillary (seat option. prepaid baggage) sebanyak-banyaknya selama periode program berlangsung.

Cara berpartisipasi dalam program High Spender Pelita Air adalah sebagai berikut:

  • Peserta harus terdaftar sebagai member di channel B2C Pelita Air baik di Website maupun Mobile Apps.
  • Peserta wajib mengisi Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada saat registrasi akun.

Transaksi

  • Transaksi dihitung berdasarkan pembelian tiket dan produk ancillary (seat option, prepaid baggage) selama periode program.
  • Transaksi dihitung hanya jika dilakukan melalui channel B2C Pelita Air(Website dan Mobile Apps).
2 dari 4 halaman

Kabar Teranyar Nasib Pelita Air Gabung Garuda Indonesia Group

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkap kabar terbaru penggabungan maskapai pelat merah. Yakni, Pelita Air Service untuk masuk ke Garuda Indonesia Group.

Arya mengatakan, pada tahap awal ini memastikan posisi Pelita Air ke Garuda Indonesia Group. Pada tahap ini tengah dikaji sejumlah opsi, termasuk membeli kepemilikan dari maskapai anak usaha Pertamina itu.

"Iya, karena belum tahu nih, apakah dibayar, sanggup enggak uang Garuda? Kalau enggak, kepemilikan Pertamina di situ. Apakah masih di anak perusahaannya, join nanti di situ di bawah, anaknya Garuda sama Pertamina, atau dia masuk ke Garuda, kan belum tahu," ujar Arya di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Dia bilang, jika Pelita Air dibagung dengan Citilink melalui skema joint venture (JV) maka akan ada perusahaan baru. Pada opsi ini Garuda tak perlu keluar uang untuk membeli kepemilikan Pertamina atas Pelita Air.

“Kalau bikin JV itu nggak mempengaruhi semua, enggak ada kepemilikan aset nambah nggak nambah, si Garuda nggak perlu kasih uang,” katanya

Sementara, jika Pelita dimerger dengan Citilink, Pertamina akan ikut memiliki saham Ciltilink. Jika demikian, porsi aset Garuda Indonesia akan bertambah. Di sisi lain, aset Pertamina pun akan menjadi perhatian.

“Kalau merger dia gabung (jadi) satu, berarti kan masuk aset Pertamina di situ. Saham Pertamina ada di mana, di Garuda? Kalau merger itu berarti kan nambah modal, kalau nambah modalnya Garuda di situ berpengaruh kepemilikan saham di atas kan,” jelasnya.

 

3 dari 4 halaman

Posisi di InJourney

Setelah negosiasi itu rampung, baru ditentukan posisi Garuda Indonesia Group dalam Holding BUMN Industri Pariwisata dan Pendukung, InJourney. Menyusul telah terbentuknya subholding pengelola bandara.

Ini merujuk pada PT Angkasa Pura Indonesia yang membawahi PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II yang kedepannya juga akan digabung. Sementara itu, untuk posisi maskapai BUMN di InJourney akan dibahas lebih lanjut.

“Nanti kalau sudah oke ini baru masuk skema berikutnya Garuda ada di mana posisinya di InJourney-nya, karena ada (subholdin bandara sendiri, nanti ini gimana, ini gimana,” beber Arya.

 

4 dari 4 halaman

Masih Dibahas

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan proses merger maskapai BUMN masih membahas pada skema-skema yang ada.

"Ya kita terus diskusi, teman-teman sambil terus menunggu finalisasi skemanya," ungkap Irfan, ditemui di Kompleks DPR RI.

Meski begitu, dia bilang, diskusinya sudah mengerucut pada alternatif tertentu. Hanya saja, Irfan belum bisa berbicara banyak mengenai hal tersebut.

"Udah mengerucut ke beberapa alternatif ya kita nunggu arahan dari pemegang saham sih modelnya seperti apa," pungkasnya.