Liputan6.com, Jakarta TikTok, platform video pendek populer global milik ByteDance dikabarkan akan terjun ke sektor layanan lokal Asia Tenggara. Hal ini memungkinkan penggunanya di Indonesia dan Thailand membeli voucher untuk restoran, penerbangan, dan hotel melalui tautan diumpan mereka.
Dikutip dari SCMP, Selasa (16/7/2024), pemilik restoran dan pedagang di kedua negara tersebut didorong untuk bergabung dengan "Layanan Lokal TikTok" di platform media sosial tersebut.
Baca Juga
TikTok juga berencana untuk merambah ke kategori rekreasi, yang memungkinkan pengguna memperoleh kupon untuk penerbangan dan hotel yang disediakan oleh penyedia layanan pihak ketiga, menurut sumber yang berbasis di Indonesia yang menolak disebutkan namanya karena inisiatif tersebut belum dipublikasikan. Di situs web rekrutmen resmi TikTok, ada hampir 30 lowongan terkait untuk bisnis layanan lokalnya di Singapura , Jakarta, dan Bangkok.
Advertisement
Dengan kantor pusat ganda di Singapura dan Los Angeles, TikTok mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada South China Morning Post pada hari Jumat bahwa operasi layanan lokal di Thailand dan Indonesia masih dalam tahap pengujian.
Ia menambahkan bahwa hanya beberapa pengguna di pasar tersebut yang dapat melihat penawaran layanan lokal dari pedagang di feed mereka, berdasarkan algoritma rekomendasi aplikasi. Di Asia Tenggara, TikTok juga berencana bekerja sama dengan operator mapan untuk layanan lokal sesuai permintaan seperti pengiriman makanan.
Inisiatif terbaru TikTok di Asia Tenggara menunjukkan bagaimana induk perusahaannya, ByteDance, secara strategis memperluas aliran pendapatan platform tersebut, mengikuti langkah aplikasi saudaranya di Tiongkok, Douyin , yang merambah layanan lokal sesuai permintaan dan belanja daring di daratan Tiongkok.
Pada bulan Januari, ByteDance menyelesaikan kesepakatan senilai USD 1,5 miliar yang menggabungkan TikTok Shop dengan Tokopedia milik GoTo Group. Indonesia merupakan salah satu pasar awal bagi ambisi e-commerce ByteDance, dan sejauh ini yang terbesar.
Â
Aplikasi Belanja Online China Meresahkan UMKM Lokal, Pemerintah Diminta Pasang Mata
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Sarman Simanjorang meminta pemerintah terus pasang mata terhadap masuknya aplikasi online belanja dari China, Temu. Sebab itu berpotensi mengancam masa depan para pelaku usaha UMKM.
"Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kominfo agar cermat dan ekstra mengawasi masuknya aplikasi Temu asal China yang akan mengancam kelangsungan UMKM dan industri dalam negeri," ujar Sarman dalam pesan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat (21/6/2024).
Sarman mensinyalir Temu punya model bisnis dari pabrik langsung ke konsumen (factory to consumer), yang bakal membuat harga barang nantinya jauh lebih murah seperti pernah ditawarkan TikTok Shop. Sehingga nantinya akan memastikan jutaan UMKM dan industri dengan produk sejenis.
Ia menilai, model ini tentu tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui PP Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan, dimana tidak diperbolehkan pabrik langsung menjual ke konsumen harus melalui distributor agen agen yang ditunjuk.
"Kehadiran aplikasi Temu memiliki dampak ancaman serius dan amat serius bagi masa depan UMKM dan industri kita. Untuk itu pemerintah harus benar benar memproteksi dan memastikan aplikasi ini jangan sempat muncul di dunia e-commerce Indonesia," pintanya.
Â
Advertisement
Aplikasi Belanja Online
Menurut dugaannya, aplikasi belanja online ini bakal menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, baik sandang maupun pangan yang tentunya banyak diproduksi oleh UMKM maupun pelaku industri lokal.
"Jika ini sampai terjadi akan sangat mengancam lapangan pekerjaan dan dari sisi kualitas dan kehalalannya juga tidak terjamin," tegas Sarman.
Kadin Indonesia dan kelompok pengusaha lain mendukung penuh Kementerian UKM, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika agar terus memonitor masuknya aplikasi ini, dan memastikan jangan sampai masuk.
"Deteksi dini harus dilakukan,karena mereka pasti akan melakukan berbagai cara untuk masuk pasar e-commerce Indonesia. Kita mengajak masyarakat agar cermat berbelanja online,jangan terjebak dengan harga murah," pungkas Sarman.
Aplikasi Temu asal China Bikin Menteri Teten Khawatir, Sudah Masuk Indonesia? Ini Penjelasan Kemendag
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan mencatat aplikasi asal China, Temu belum masuk ke Indonesia. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Isy Karim menegaskan belum ada izin atas aplikasi Temu beroperasi di Indonesia.
Diketahui, aplikasi Temu menjadi sorotan setelah Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melihat adanya sinyal ancaman masuknya aplikasi China itu ke Indonesia. Menurut dia, hal itu bisa mengganggu pasar produk UMKM lokal.
Senada, Isy Karim mengatakan, kalau aplikasi e-commerce itu belum masuk ke Indonesia. Dia mengaku sudah mengecek ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Temu itu sebenarnya belum mendaftar di kita saya juga sudah mengecek ke Kominfo itu belum masuk," ujar Isy, ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (19/6/2024).
Dia menuturkan, model bisnis yang dijalankan Temu adalah melakukan suplai barang dari pabrik ke pelanggan (factory to customer) secara langsung. Hal ini yang menurut dia tidak cocok dengan kebijakan perdagangan di dalam negeri.
"Itu bertentangan dengan PP 29 Tahun 2021. Jadi kalau setiap kegiatan dari factory ke consumer harus ada perantaranya, ada harus distributor. Jadi tidak bisa dari pabrik langsung ke konsumen," ungkapnya.
Dia pun menegaskan, hingga saat ini Kemendag belum menerbitkan izin operasi untuk aplikasi Temu sebagai ecommerce di Indonesia.
"Sampai sekarang belum ada izinnya, kita akan pantau terus secara intens," tegas Isy Karim.
Â
Advertisement