Liputan6.com, Jakarta Donald Trump mengungkapkan ia akan mengizinkan Ketua Federal Reserve Jerome Powell untuk menyelesaikan masa jabatannya di bank sentral, jika dia memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.
Hal itu diungkapkan Trump dalam sebuah wawancara dengan outlet media Bloomberg Businessweek.
Baca Juga
"Saya akan membiarkan dia melakukan apa yang dia lakukan, terutama jika menurut saya dia melakukan hal yang benar," ungkap Donald Trump dalam wawancara itu, dikutip dari CNBC International, Rabu (17/7/2024).
Advertisement
Komentar-komentar ini menandai perubahan sikap mantan presiden AS tersebut, yang diketahui memiliki hubungan yang tegang dengan pemimpin The Fed.
Pada 2019, Donald Trump mengkritik bank sentral AS dan pemimpinnya, bahkan ketika para pembuat kebijakan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun itu, yang akhirnya mencapai kisaran target 1,5% hingga 1,75%.
Saat itu, Trump menilai, AS berada pada posisi ekonomi yang tidak menguntungkan dibandingkan negara-negara lain yang memiliki suku bunga lebih rendah.
Pada bulan Februari 2024, Trump mengatakan kepada Fox Business bahwa dia tidak akan menunjuk kembali Powell untuk memimpin The Fed.
"Saya pikir dia politis," ucap Trump kepada jurnalis fox, Maria Bartiromo.
"Saya pikir dia akan melakukan sesuatu yang mungkin membantu Partai Demokrat, jika dia menurunkan suku bunga," sebutnya.
Presiden AS Joe Biden menominasikan Jerome Powell untuk masa jabatan empat tahun kedua sebagai ketua The Fed pada Mei 2022. Powell juga merupakan gubernur The Fed dan jabatan tersebut akan dipegangnya hingga 31 Januari 2028.
Bos The Fed Buka-bukaan soal Rencana Turunkan Suku Bunga
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat tidak akan menunggu sampai inflasi mencapai 2% untuk menurunkan suku bunga.
Melansir CNBC International, Selasa (16/7/2024) Powell merujuk pada gagasan bahwa kebijakan bank sentral bekerja dengan kelambatan yang panjang dan bervariasi.
"Implikasinya adalah jika Anda menunggu sampai inflasi turun hingga 2%, Anda mungkin menunggu terlalu lama, karena pengetatan yang Anda lakukan, atau tingkat pengetatan yang Anda miliki, masih belum berjalan. dampaknya yang mungkin akan mendorong inflasi di bawah 2%," kata Powell dalam kegiatan Economic Club of Washington D.C.
Sebaliknya, The Fed mencari keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan kembali ke level 2%, jelas dia.
"Yang meningkatkan kepercayaan terhadap hal tersebut adalah data inflasi yang lebih baik, dan akhir-akhir ini kita mendapatkan sebagian dari data tersebut," imbuh bos The Fed,
Advertisement
Tidak Ada Risiko Hard Landing
Powell juga melihat, hard landing terhadap perekonomian AS bukanlah skenario yang mungkin terjadi.
Ini merupakan pidato publik pertama Powell sejak laporan indeks harga konsumen AS pada Juni 2024 menunjukkan penurunan inflasi, dengan harga-harga sebenarnya turun secara bulanan.
Powell mengatakan, pada awal kemunculannya, dia tidak bermaksud memberikan sinyal apa pun tentang kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya. Pertemuan kebijakan bank sentral berikutnya akan diadakan pada akhir Juli.
Powell menyampaikan pernyataan tersebut sebagai bagian dari diskusi dengan David Rubenstein, ketua Economic Club Washington, D.C., dan salah satu pendiri The Carlyle Group, tempat ketua The Fed sebelumnya bekerja.
Kisaran target suku bunga dana federal saat ini adalah 5,25% hingga 5,50%. Angka tersebut naik dari kisaran 0% hingga 0,25% selama pandemi Covid-19, dan kisaran 1,50%-1,75% sebelum krisis pandemi tersebut.
IMF Kasih Wejangan ke Fed Soal Penurunan Suku Bunga, Ini Isinya
Sebelumnya, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva menyarankan Federal Reserve (The Fed) untuk tetap menunggu menurunkan suku bunga sampai akhir tahun ini.
Georgiva menyoroti AS sebagai satu-satunya negara G20 yang mengalami pertumbuhan di atas tingkat sebelum pandemi, dan pertumbuhan yang kuat menunjukkan risiko kenaikan inflasi yang sedang berlangsung.
"Kami menyadari adanya risiko-risiko positif yang penting," kata Georgieva dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari CNBC International, Jumat (28/6/2024).
"Mengingat risiko-risiko tersebut, kami setuju bahwa The Fed harus mempertahankan suku bunga kebijakan pada tingkat saat ini setidaknya hingga akhir 2024," ujarnya.
Sebagai informasi, suku bunga dana fed fund The Fed saat ini berada dalam kisaran 5,25% hingga 5,50% sejak Juli 2023.
IMF memperkirakan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, yang menjadi ukuran inflasi AS versi The Fed, akan berakhir pada tahun 2024 pada kisaran 2,5% dan mencapai tingkat target The Fed sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025.
Perkiraan tersebut lebih cepat dari proyeksi The Fed untuk 2026.
Kekuatan Ekonomi AS
Kekuatan ekonomi AS selama siklus kenaikan suku bunga The Fed dibantu oleh pasokan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas, kata Georgieva, sambil menyoroti perlunya bukti yang jelas bahwa inflasi AS akan turun ke target 2% sebelum The Fed menurunkan suku bunganya.
Meskipun demikian, penilaian IMF yang "lebih optimis” terhadap lintasan penurunan inflasi didasarkan pada indikasi melemahnya pasar tenaga kerja di AS dan melemahnya permintaan konsumen.
"Saya ingin menyadari bahwa pelajaran yang kita peroleh dari (beberapa) tahun terakhir adalah kita berada pada masa yang lebih penuh ketidakpastian. Ketidakpastian ini juga ada di depan. Namun kami yakin bahwa The Fed akan mengatasi hal tersebut, dan tentunya dengan kehati-hatian yang sama seperti yang ditunjukkan selama setahun terakhir," jelas Georgieva.
Advertisement