Sukses

Bos PLN Ramal Mobil Listrik China Seharga Rp 1,6 Miliar Bakal Jadi Barang Sejuta Umat di Indonesia

Bos PLN percaya harga mobil listrik ke depannya akan coba menyesuaikan permintaan pasar. Sebagai contoh, ia menyebut mobil listrik Hyundai Ioniq 3 miliknya yang dulu dibeli seharga Rp 790 juta, kini sudah dipasarkan di kisaran Rp 550 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo meyakini kendaran listrik akan menjadi sumber transportasi utama di masa depan. Optimisme ini terpancar setelah dirinya melihat pemakaian mobil listrik di China yang begitu masif. 

Dari hasil kunjungannya ke Negeri Tirai Bambu beberapa waktu lalu, Darmawan menceritakan, ia mendapati adanya mobil listrik yang secara tampilan diklaim lebih mewah dibanding Alphard. 

"Saya datang ke China suatu ketika berkunjung ke sana, ada mobil lebih mewah daripada Alphard. Much more luxurious than Alphard. Mobilnya enak banget ini, kecepatan tinggi tapi sangat stabil. Saya tanya ini mobil apa? ternyata mobil listrik, tapi lebih bagus daripada Alphard," ujarnya dalam acara peluncuran Electricity Connect di Jakarta, Rabu (17/7/2024).

Darmawan tidak menyebut secara spesifik merek mobil listrik yang dimaksud. Namun menurutnya merek dari produsen tersebut akan mulai tersedia di pasar Indonesia pada tahun depan.

Adapun secara detil, EV bersangkutan punya jarak tempuh pakai 900 km dengan harga USD 65.000 per 1 unit. 

"Kalau di bawa ke Indonesia berapa? You add 60 percent. Oh oke, (setara) Rp 1,6 miliar. Sekarang beli Alphard pun Rp 1,6 miliar," ungkapnya seraya menyebut hasil percakapan dengan produsen mobil listrik tersebut.

Ia lantas menghitung ongkos pemakaian mobil listrik yang memakai baterai listrik dengan Alphard yang masih bermodal BBM. 

"Saya hitung-hitung berapa tarif listriknya di sana? Per liter ekuivalennya hanya sekitar Rp 2.800 per kilometer per liter ekuivalen. Harganya sama. Ini kalau dibawa ke sini akan menjadi mobil sejuta umat," kata Darmawan. 

Dia pun percaya harga mobil listrik ke depannya akan coba menyesuaikan permintaan pasar. Sebagai contoh, ia menyebut mobil listrik Hyundai Ioniq 3 miliknya yang dulu dibeli seharga Rp 790 juta, kini sudah dipasarkan di kisaran Rp 550 juta. 

"So in the future ada convergent oil based transport akan bergeser menjadi electric based transport. Dan itu belum kita hitung dalam hitung-hitungan pertumbuhan demand kita," tutur Darmawan. 

2 dari 3 halaman

Analis: 1 dari 7 Mobil Listrik China bakal Bangkrut pada 2030, cuma Merek Ini yang Bertahan!

Sebelumnya, kekhawatiran produsen mobil Barat terhadap derasnya aliran mobil listrik China dengan harga yang agresif sudah bukan rahasia lagi.

Tapi, ada satu hal yang kurang terekspos, yaitu tekanan serupa yang dialami merek mobil listrik China dari para pemain domestik lainnya.

Sejumlah analis memperkirakan hanya 1 dari 7 merek mobil listrik China saat ini, yang mampu bertahan dan menghasilkan keuntungan pada akhir 2030.

Menurut Alixpartners, sebagaimana dikutip dari Carscoops, Senin (15/7/2024), saat ini terdapat 137 merek mobil listrik yang beroperasi di China.

Namun, konsultan otomotif tersebut memprediksi hanya 19 merek yang akan meraup keuntungan pada tahun 2030.

Tingginya angka prediksi kebangkrutan ini disebabkan oleh perang harga brutal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir di pasar domestik China. Perang harga ini tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Pemain dominan seperti BYD memiliki margin keuntungan yang memungkinkan mereka untuk terus menekan harga jual.

Fenomena perang mobil listrik China itu kian menekan para pesaing lokal yang memiliki margin keuntungan tipis, namun terpaksa menurunkan harga jual agar tetap bisa bersaing.

3 dari 3 halaman

Hantaman Perang Harga

Perang harga ini telah menghantam beberapa merek China, termasuk WM Motor yang mengajukan kebangkrutan pada 2023. Alixpartners memperkirakan akan ada banyak lagi yang menyusul.

Dilansir Bloomberg, analis memperkirakan merek-merek yang tidak mampu menghasilkan keuntungan akan terpaksa keluar dari industri mobil listrik (bangkrut) atau mengubah strategi dan hanya mengejar pangsa pasar yang lebih kecil.

Sementara itu, raksasa seperti BYD dan Tesla diprediksi akan semakin memperkuat posisinya.

Video Terkini