Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun lebih dari USD 2 pada Jumat, 19 Juli 2024, dan sentuh level terendah sejak pertengahan Juni. Harga minyak lesu di tengah investor mengamati kemungkinan gencatan senjata di Gaza. Di sisi lain, dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat mendorong nilai minyak semakin turun.
Mengutip CNBC, Sabtu (20/7/2024), harga minyak mentah Brent turun USD 2,48 atau 2,9 persen menjadi USD 82,63 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) atau harga minyak WTI merosot USD 2,69 atau 3,3 persen menjadi USD 80,13.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuturkan, gencatan senjata yang telah lama diupayakan antara Israel dan kelompok militant Palestina Hamas sudah di depan mata. Memakai analogi sepak bola, Ia yakin saat ini berada pada jalur lebih baik dalam upaya membangun perdamaian dan stabilitas.
Advertisement
"Saya yakin kita berada dalam garis 10 yard dan bergerak menuju garis gawang dalam mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan gencatan senjata, memulangkan sandera,” kata dia.
Perang di Gaza telah menyebabkan investor memperhitungkan premi risiko saat memperdagangkan minyak karena ketegangan mengancam pasokan global. Jika gencatan senjata tercapai, pemberontak Houthi yang didukung Iran dapat mengurangi serangan mereka terhadap kapal komersial di Laut Merah karena kelompok itu menyatakan serangan tersebut untuk mendukung Hamas.
"Geopolitik mulai sedikit mereda sehingga hal ini akan mengguntungkan kita, menyusul berita gencatan senjata ini,” ujar Chief Economist Matador Economics, Tim Snyder.
Di sisi lain, Mahkamah Tertinggi PBB mengatakan, pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan pemukiman di sana adalah ilegal dan harus dicabut sesegera mungkin sehingga semakin meningkatkan harapan berakhirnya konflik itu.
“Indeks dolar AS naik setelah data pasar tenaga kerja dan manufaktur AS yang lebih kuat dari perkiraan minggu ini sehingga menekan harga minyak,” ujar Analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Sentimen Ekonomi China
Mata uang AS yang lebih kuat mengurangi permintaan minyak dalam mata uang dolar AS dari pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Sementara itu, para pejabat China mengakui daftar tujuan ekonomi yang ditekankan kembali pada akhir pertemuan Partai Komunis minggu ini memiliki “banyak kontradiksi yang kompleks”, yang menunjukkan adanya jalan bergelombang dalam implementasi kebijakan.
Ekonomi China tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebesar 4,7% pada kuartal kedua, menurut data resmi, sehingga memicu kekhawatiran atas permintaan minyak negara tersebut.
Memberikan dukungan terhadap harga, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan jumlah rig minyak turun satu menjadi 477 minggu ini, terendah sejak Desember 2021.
Di sisi lain, gangguan teknologi global mengganggu operasional di berbagai industri, dengan maskapai menghentikan penerbangan, beberapa lembaga penyiaran tidak mengudara, dan sektor perbankan hingga layanan kesehatan terkena masalah sistem.
Sementara itu, dua kapal tanker minyak berukuran besar terbakar setelah bertabrakan di dekat Singapura. Singapura adalah pusat perdagangan minyak terbesar di Asia dan pelabuhan bunker terbesar di dunia. Perairan di sekitarnya merupakan jalur perdagangan penting antara Asia dan Eropa serta Timur Tengah dan merupakan salah satu jalur laut global tersibuk.
Advertisement
Stok Merosot Selama 3 Minggu, Bagaimana Gerak Harga Minyak Dunia?
Sebelumnya, harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Kamis, 18 Juli 2024 setelah melonjak 2,6 persen pada perdagangan sebelumnya seiring persediaan minyak mentah turun dalam tiga minggu berturut-turut.
Mengutip CNBC,Jumat (19/7/2024), persediaan minyak mentah komersial AS turun 4,9 juta barel pada pekan lalu, meski stok bensin naik 3,3 juta barel dan permintaan bahan bakar kendaraan melemah 615 ribu barel per hari.
Berikut gerak harga energi pada perdagangan Kamis, 18 Juli 2024:
- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus sebesar USD 82,82 per barel turun 3 sen. Year to date, harga minyak WTI melonjak 15,6 persen.
- Harga minyak Brent untuk kontrak September tercatat USD 85,11 per barel atau naik 3 sen. Year to date, harga minyak Brent melambung 10,5 persen.
- Harga bensin RBOB untuk kontrak Agustus tercatat USD 2,51 per gallon, atau naik 1 sen atau 0,6 persen. Year to date, harga bensin melambung 19,7 persen.
- Harga gas alam untuk kontrak Agustus tercatat USD 2,12 per ribuan kaki kubik, atau naik 9 sen (4,42 persen). Sejak awal tahun, harga gas alam merosot 15,4 persen.
Sentimen Geopolitik
Head of Commodity Strategy TD Securities, Bart Melek menuturkan, persediaan minyak yang turun, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, permintaan musiman dan harapan suku bunga yang lebih rendah semua terjadi bersamaan. Hal ini mendorong harga minyak lebih tinggi dalam beberapa pekan terakhir.
“Namun, kami tidak memperkirakan reli saat ini akan berkelanjutan,” ujar Melek.
Melek menambahkan, harga West Texas Intermediate (WTI) dan Brent diperkirakan turun masing-masing menjadi USD 78 per barel dan USD 82 per barel, pada awal 2025 seiring pasar surplus dan ketegangan geopolitik mereda.
“Namun, pasar akan bergejolak karena badai, ketidakpastian di Timur Tengah, kebijakan di China dan pernyataan dari OPEC semuanya berpotensi menggerakkan (harga minyak-red),” ujar Melek.
Advertisement