Sukses

Indonesia Gudangnya Anak Muda, Tak Perlu Takut di ASEAN

Pengusaha media, Hary Tanoesoedibjo optimistis Indonesia bakal menjadi negara terbesar di kawasan ASEAN berkat kemampuan dan kompetensi para generasi muda tanah air.

Pengusaha media, Hary Tanoesoedibjo optimistis Indonesia bakal menjadi negara terbesar di kawasan ASEAN berkat kemampuan dan kompetensi para generasi muda tanah air.

"Indonesia memiliki basis generasi muda sangat besar dengan usia di bawah 40 tahun mencapai 70% dari total penduduk, dan 84% di bawah usia 50 tahun. Itu sangat produktif sekali," kata dia saat ditemui di acara Indonesian Young Leaders Forum (IYL) 2013 di Jakarta, Kamis (18/4/2013).

Bila dibandingkan negara lain, sambung Hary, potensi Indonesia untuk merebut pasar ASEAN sangat terbuka lebar.

"Bandingkan dengan negara lain yang sudah edging, seperti negara China. Bahkan di Eropa, jumlah generasi muda di bawah 40 tahun hanya sekitar 5%," ucapnya.       

Dengan basis penduduk dan sumber daya alam yang besar, kata dia, Indonesia mampu untuk menjadi negara terbesar di ASEAN. Dengan catatan, seluruh penduduk Indonesia harus mendapatkan pendidikan yang layak dari segi kuantitas maupun kualitas.

"Generasi muda juga wajib memiliki kesempatan dan semangat untuk meningkatkan produktivitasnya. Dalam hal ini, kesempatan harus diciptakan oleh pemerintah dan mampu mengkomunikasikannya kepada generasi muda dengan baik," ucap dia.

Pendapat senada disampaikan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengaku kerap bingung dengan rasa khawatir sejumlah pihak ketika berbicara seputar Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economy Community (AEC).

"Apa yang harus kita khawatirkan? Semua resources yang terbesar ada di Indonesia," tegas Kalla.

Dengan semua yang dimilikinya, tegas Kalla, Indonesia sebenarnya bisa menjual banyak barang ke negara-negara lain di ASEAN. Hal itu didukung oleh tenaga kerja dan bahan baku yang melimpah. "Jadi tantangan itu ada di diri kita sendiri, bukan Singapura dan bukan Malaysia," ujarnya.

Namun, lanjut Kalla, agar pertumbuhan bisa terus digenjot, perekonomian memang membutuhkan pondasi berupa stabilitas politik dan hukum. "Sayang, hukum kita sudah mendekati hukum rimba, yang kuat menindas yang lemah," pungkasnya.(Fik/Ndw)