Sukses

Angkasa Pura II Pastikan Sistem IT Maskapai Sudah Kembali Normal

Pgs SVP of Corporate Secretary AP II Cin Asmoro menuturkan, sistem IT milik AP II sebagai operator 20 bandara sama sekali tidak mengalami gangguan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II (AP II) menginformasikan sistem teknologi dan informasi (information and technology) milik maskapai saat ini sudah kembali normal. 

Pgs SVP of Corporate Secretary AP II Cin Asmoro mengatakan, pada pagi ini, 20 Juli 2024, seluruh bandara AP II melaporkan sistem IT dua maskapai nasional yakni AirAsia Indonesia dan Citilink sudah dapat digunakan kembali untuk memproses keberangkatan penumpang pesawat. 

"Sistem IT milik beberapa maskapai kemarin sempat mengalami gangguan, dampak dari gangguan sistem IT secara global. Adapun sistem IT milik AP II sebagai operator 20 bandara sama sekali tidak mengalami gangguan atau tetap normal," ujar dia , Sabtu (20/7/2025).

"Pada pagi ini, 20 Juli 2024, sistem IT beberapa maskapai tersebut sudah kembali normal. Seluruh maskapai sudah memproses keberangkatan penumpang pesawat dengan menggunakan sistem IT mereka," imbuh Cin. 

Cin menuturkan koordinasi yang baik di antara stakeholder berhasil meminimalkan dampak dari gangguan sistem IT yang dialami maskapai. 

"Kami berterima kasih atas dukungan seluruh pihak termasuk penumpang pesawat sehingga dampak dari gangguan sistem IT yang terjadi kemarin dapat diminimalisir," ungkap dia. 

Adapun saat terjadi gangguan sistem IT maskapai, AP II menyiagakan lebih banyak personel aviation security (Avsec) serta customer services, dan membuka lebih banyak konter check in untuk memperlancar proses keberangkatan penumpang pesawat. 

Untuk diketahui, AP II saat ini mengelola 20 bandara, yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung).

Selanjutnya, Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkalpinang), Silangit (Tapanuli Utara), Kertajati (Majalengka), Banyuwangi (Banyuwangi), Tjilik Riwut (Palangka Raya), Radin Inten II (Lampung), H.A.S Hanandjoeddin (Tanjung Pandan), Fatmawati Soekarno (Bengkulu), dan Jenderal Besar Soedirman (Purbalingga).

2 dari 4 halaman

Penerbangan, Bank, Stasiun Televisi hingga Pasar Saham Kolaps Gara-gara Gangguan IT CrowdStrike

Sebelumnya, layanan keuangan, stasiun televisi hingga penerbangan di seluruh dunia tengah kolaps, imbas insiden gangguan pada raksasa keamanan siber CrowdStrike. Perusahaan terkena masalah saat melakukan pembaruan perangkat lunak pada teknologi terbarunya.

CEO perusahaan George Kurtz memastikan jika perusahaannya secara aktif bekerja mengatasi layanan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows. Sementara host Mac dan Linux tidak terpengaruh.

“Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber. Masalahnya telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah dilakukan,” katanya di media sosial melansir CNBC, Jumat (19/7/2024).

Di sektor penerbangan, perjalanan udara sangat terpukul karena pesawat dilarang terbang dan pelayanan yang tertunda sehingga menyebabkan penumpukan penumpang di bandara.

Maskapai United Airlines memperkirakan gangguan jadwal penerbangan akan terus berlanjut sepanjang hari Jumat waktu setempat.

Layanan lain yang terganggu adalah sektor perbankan dan penyedia layanan kesehatan. Dua bank besar di Afrika Selatan, Capitec dan Absa, mengaku layanan pelanggan akan terganggu akibat gangguan teknis tersebut.

Stasiun televisi juga tidak bisa beroperasi. Di Inggris, Bursa Saham London ikut merasakan dampaknya. Secara garis besar dunia usaha di seluruh dunia bergulat dengan permasalahan IT yang terjadi. 

 Secara terpisah, layanan cloud Microsoft dipulihkan setelah adanya gangguan operasi, meskipun banyak pengguna terus melaporkan masalah tersebut. Imbas kejadian ini, harga saham CrowdStrike anjlok sekitar 10%.

3 dari 4 halaman

Minta Maaf

Kurtz meminta maaf kepada mereka yang terkena dampak. “Saya ingin memulai dengan mengatakan kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan terhadap pelanggan, wisatawan, siapa pun yang terkena dampak hal ini, termasuk perusahaan kami,” jelas dia.

Dia mengakui saat ini sistem sedang melakukan pembaruan, dan pembaruan tersebut memiliki bug perangkat lunak di dalamnya dan menyebabkan masalah dengan sistem operasi Microsoft.

"Dan kini kami bekerja sama dengan setiap pelanggan untuk memastikan bahwa kami dapat menghadirkan mereka kembali online,” tambah dia.

Kurtz menambahkan bahwa pembaruan tersebut merupakan hal yang normal dan merupakan bagian dari proses rutin perusahaan untuk mencegah risiko keamanan, namun ia mencatat bahwa penyelidikan akan diperlukan untuk melihat hal apa yang salah.

Konfirmasi ini muncul setelah meluasnya laporan masalah teknis, dengan banyak pengguna Microsoft di seluruh dunia menghadapi masalah “layar biru”.

4 dari 4 halaman

Bursa Saham Kembali Normal

Sebelumnya, gangguan IT skala besar global baru-baru ini picu kekacauan di banyak negara. Termasuk berbagai layanan publik. Namun beberapa bursa efek global tampak sudah beroperasj secara normal setelah kejadian tersebut.

Para pejabat di New York Stock Exchange dan Nasdaq mengatakan mereka sudah beroperasi pada hari Jumat, meskipun masalah CrowdStrike telah melanda banyak hal mulai dari maskapai penerbangan, bank, hingga banyak bisnis lain di seluruh dunia.

"Pasar NYSE beroperasi penuh dan kami memperkirakan pembukaan normal pagi ini,” kata juru bicara bursa, dikutip dari CNBC International, Sabtu (20/7/2024).

Demikian pula Nasdaq yang merupakan tempat perdagangan favorit bagi saham-saham teknologi yang sedang naik daun, mengatakan pihaknya telah berhasil melewati masalah yang disebabkan oleh pembaruan yang diterapkan oleh CrowdStrike, sebuah perusahaan keamanan siber global.

"Pasar Eropa dan pra-pasar AS kami beroperasi normal. Kami memperkirakan pasar AS akan dibuka normal,” kata Nasdaq.

Namun, ada masalah lain. Indeks Russell AS, yang mencakup indeks saham berkapitalisasi kecil Russell 2000 yang diawasi ketat, tidak melakukan perhitungan setelah pasar dibuka. Snafu tampaknya teratasi keesokan paginya.

"Karena masalah teknis pihak ketiga, kami saat ini mengalami dampak pada platform real-time kami, yang mencegah klien mengakses dan menerima data,” kata FTSE Russell dalam sebuah pernyataan.

Gangguan tersebut rupanya memengaruhi indeks real-time FTSE Russell. Tim FTSE Russell lantas secara aktif menyelidiki masalah ini untuk menyelesaikannya sesegera mungkin.

Sementara CrowdStrike sendiri sahamnya diperdagangkan lebih dari 10% lebih rendah pada aksi sore hari. Meskipun indeks Russell tidak diperbarui pada platform digital, berbagai indeks dihitung tanpa gangguan. Layanan pulih sekitar pukul 10:54 ET setelah terhenti selama sekitar empat jam.