Sukses

Persiapan Indonesia di World Expo 2025 Osaka, Kementerian PPN/Bappenas Gelar Kompetisi Maskot

Sebagai bentuk persiapan Indonesia berpartisipasi dalam ajang World Expo 2025 Osaka, Kementerian PPN/Bappenas menggelar Kompetisi Maskot Indonesia untuk World Expo 2025 Osaka.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai bentuk persiapan Indonesia berpartisipasi dalam ajang World Expo 2025 Osaka, Kementerian PPN/Bappenas menggelar Kompetisi Maskot Indonesia untuk World Expo 2025 Osaka. Melalui kompetisi yang terbuka untuk umum ini, Indonesia berharap dapat memiliki maskot yang tidak hanya sebagai ikon promosi Indonesia di World Expo 2025 Osaka, tetapi juga sebagai nation branding.

 

“Maskot yang terpilih akan menjadi aset penting dalam upaya kami memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Untuk itu, kami mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dan bersama-sama membentuk citra positif Indonesia di kancah internasional,” ungkap Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Vivi Yulaswati, Selasa (23/7/2024).

Kementerian PPN/Bappenas telah mempersiapkan total hadiah 100 juta rupiah untuk 10 peserta terbaik. Untuk menjaga objektivitas, sejumlah pihak digandeng menjadi tim juri, yaitu spesialis merek dan desain, perwakilan pemerintah, serta masyarakat.

“Kompetisi dibagi ke dalam 3 tahap, dan setiap tahap akan dinilai pakar desain dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI), dan Jakarta Illustration & Creative Arts Fair (JICAF),” jelas Deputi Vivi.

Pada seleksi tahap pertama, tim juri akan menentukan 10 peserta terbaik dan mereka yang terpilih akan diundang untuk menerima penjelasan terkait proses pengerjaan maskot Indonesia dalam World Expo 2025 Osaka. Peserta terpilih juga akan mendapatkan asistensi dari mentor selama dua minggu dengan total empat sesi asistensi.

Setelah itu, para peserta diwajibkan mengirimkan desain terbaik mereka untuk mengikuti seleksi tahap kedua. Pada tahap ini, juri dari spesialis merek dan desain akan menilai dan memilih lima desain terbaik untuk maju ke tahap akhir.

Penjurian akan dilakukan secara luring dengan bobot penilaian 50 persen dari aspek desain dan 50 persen dari aspek merek. Pada tahap terakhir, satu dari lima desain terbaik akan dipilih menjadi pemenang melalui mekanisme voting perwakilan pemerintah dan masyarakat.

Kompetisi maskot resmi dibuka hingga 27 Juli 2024 dengan mengirimkan portofolio desain dan data diri melalui tautan link.bappenas.go.id/MascotCompetition.

“Kompetisi ini tidak hanya bertujuan untuk mencari maskot yang mewakili Indonesia di World Expo 2025 Osaka, tetapi juga sebagai ajang untuk meningkatkan keterlibatan dan kreativitas anak muda dalam membangun identitas bangsa, serta mendorong perkembangan ekonomi kreatif Indonesia,” pungkas Deputi Vivi.

 

2 dari 3 halaman

Kementerian PPN/Bappenas Kolaborasi Bareng YEIBHI dan GETI Cetak Generasi Muda Menuju Green Economy

Yayasan Ekonomi Inklusif Biru Hijau Indonesia (YEIBHI) dan Global Edukasi Talenta Incubator (GETI) berkolaborasi mencetak generasi muda Indonesia yang memiliki kompetensi hijau untuk memasuki era baru dunia dengan fokus pada revolusi menuju Green Economy.

Yaitu sebuah tatanan ekonomi yang tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial yang berkelanjutan.

Kolaborasi YEIBHI dan GETI dituangkan melalui peluncuran perdana pelatihan bertajuk 'Optimalisasi Kompetensi Hijau secara Berkelanjutan' dalam kegiatan Green Economy Expo.

Tema yang diangkat 'Advancing Technology, Innovation, and Circularity' dan diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kementerian PPN/Bappenas mulai hari ini, Rabu (3/7/2024) sampai Jumat 5 Juli 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).

Sebelumnya, YEIBHI dan GETI telah banyak bekerjasama mendampingi generasi muda Indonesia untuk beraksi nyata dalam advokasi, kolaborasi dan kemitraan pengembangan aneka produk sirkular yang ramah lingkungan seperti berbahan biokomposit, hasil daur ulang, pengolahan-pemanfaatan limbah dan pemanfaatan nilai ekonomi keragaman hayati melalui usaha budidaya tanaman hias.

"Kompetensi hijau adalah serangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dimiliki generasi muda dalam menghadapi krisis iklim global sehingga kesejahteraan ekonomi, fungsi sosial dan lingkungan tetap dapat berkelanjutan," ujar Direktur Eksekutif YEIBHI Sunny WH Reetz, melalui keterangan tertulis, Rabu (3/7/2024).

Dia menjelaskan, beberapa kompetensi hijau yang perlu dimiliki angkatan kerja muda dalam menghadapi krisis global di antaranya pemahaman holistik tentang perubahan iklim global dan keberlanjutan, aplikasi pendekatan integrasi 'BLUE dan GREEN Economy', kepemilikan atribut green yaitu skills, abilities, attitudes, behavior dan awareness, juga kemampuan komunikasi dan manajemen keberlanjutan.

"Tidak kalah penting juga bagi angkatan kerja muda untuk dapat aktif mengadopsi gaya hidup berkelanjutan dan menjadi agen perubahan (agent of change)," tambah Sunny.

 

3 dari 3 halaman

Bangun Generasi Muda dengan Kompetensi Hijau

Direktur Business Development GETI Divera Wicaksono menambahkan, titik berat kolaborasi YEIBHI dan GETI untuk generasi muda dengan kompetensi hijau merujuk pada fenomena bonus demografi Indonesia, di mana, antara tahun 2020-2035 diperkirakan hampir seperempat penduduk Indonesia atau 64,16 juta jiwa penduduk adalah pemuda.

Menurut dia, dapat dipastikan, tulang punggung era green economy adalah generasi muda yang saat ini banyak tersebar sudah menjadi pemimpin dalam lembaga pemerintahan, perusahaan swasta atau kalangan start-up bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di seluruh Indonesia dan dunia.

"Untuk melakukan akselerasi lahirnya pemimpin muda dengan kompetensi hijau, perlu didukung dengan format pelatihan dan sarana infrastruktur kelas pelatihan berbasis digital sehingga menjadi lebih menarik dan mampu menjangkau banyak peserta untuk belajar dimana dan kapan saja," kata Divera.

Lalu, dia menjelaskan, pelatihan 'Optimalisasi Kompetensi Hijau secara Berkelanjutan' juga mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

"Sehingga kualitas lulusan pelatihan memiliki tolak ukur yang diakui secara nasional dan internasional terkait pengunaan berbagai instrumen selaras perubahan iklim global," tambah Divera.