Sukses

Rupiah Ditutup Menguat, Investor Cermati Kebijakan Ekonomi Prabowo

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa, rupiah naik 6 poin atau 0,04 persen menjadi 16.214 per dolar AS

 

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa mengalami penguatan, seiring pasar yang mencermati optimisme Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam memajukan ekonomi Indonesia.

Pada penutupan perdagangan Selasa, rupiah naik 6 poin atau 0,04 persen menjadi 16.214 per dolar AS dari posisi sebelumnya di 16.220 per dolar AS.

"Optimisme Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk melanjutkan program-program yang dijalankan Jokowi serta hasil positif dari dua periode kepemimpinannya, ditambah potensi besar pemangkasan suku bunga The Fed pada September, memberikan harapan besar terhadap pertumbuhan dan kekuatan ekonomi Indonesia yang akan berdampak positif pada nilai tukar rupiah," kata analis Finex Brahmantya Himawan kepada dikutip dari Antara, Selasa (23/7/2024).

Pemerintahan baru Prabowo-Gibran menghadapi tantangan dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 untuk memenuhi janji-janji politik.

Hal ini seperti program makan siang gratis, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta kenaikan gaji PNS. Semua ini masuk dalam anggaran belanja yang membebani APBN, sehingga ruang untuk realisasi program unggulan lainnya menjadi terbatas.

Namun, Presiden terpilih Prabowo tetap optimistis bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 8 persen selama masa kepemimpinannya, dengan melihat hasil program-program yang telah dijalankan oleh Presiden Jokowi selama dua periode.

Joe Biden Mundur

Secara eksternal, pasar tidak memberikan reaksi signifikan terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mundur dari pemilu dan digantikan oleh Kamala Harris pada akhir pekan, dengan pergerakan dolar AS yang tetap stabil meskipun diselimuti ketidakpastian.

Namun, pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate pada September 2024 semakin dekat karena mayoritas pedagang dan investor mendukung penurunan tersebut. Selain itu, survei CBS menunjukkan mayoritas mendukung Donald Trump setelah "insiden penembakan", di mana latar belakangnya sebagai pebisnis diyakini lebih mendukung pemangkasan suku bunga.

Menurut Brahmantya, perlu diwaspadai jika Trump memimpin kembali sebagai Presiden AS, ketegangan dengan China tidak dapat dihindari karena Trump berencana mengeluarkan kebijakan yang merugikan China, seperti menaikkan pajak mobil listrik dari negara tersebut.

Kurs nilai tukar rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa meningkat ke level 16.204 per dolar AS dari sebelumnya 16.228 per dolar AS.

2 dari 2 halaman

Sesuai Prediksi BI

Bank Indonesia mengaku optimis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.

Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.

"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, ditulis Selasa (23/7/2024).

Kinerja Rupiah

Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.

Advertisement Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.

Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.

"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.