Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat nilai ekspor produk perikanan Indonesia mencapai USD 2,71 miliar atau sekitar Rp 43,9 triliun pada semester I 2024.
Capaian tersebut menandai kenaikan 1% year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, impor perikanan Indonesia mencapai USD 0,22 miliar atau sekitar Rp 3,5 triliun atau sekitar 8,09% terhadap nilai ekspor.
Baca Juga
Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Menteri KKP, Hendra Yusran Siri membeberkan, Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia.
Advertisement
"(Ekspor perikanan) terbesar tetap ke Amerika Serikat walaupun turun 7,5% dibandingkan tahun lalu, sebesar USD 889,39 juta, Tiongkok USD 556,04 juta, Uni Eropa USD 193,35 juta, nilai ekspor ke negara ASEAN secara keseluruhan USD 353,93 juta, dan Jepang USD 285,47 juta," papar Hendra dalam konferensi pers di kantor KKP, Jakarta pada Rabu (24/3/2024).
Apabila dibandingkan dengan periode sama 2023, penurunan ekspor terjadi pada ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang, sedangkan ekspor ke Tiongkok, ASEAN, dan Uni Eropa meningkat masing-masing 9%, 16,5%, dan 18,9%.
Hendra juga mengungkapkan, neraca perdagangan sektor perikanan mengalami surplus sebesar USD 2,49 miliar, tumbuh 6,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"PNBP kita di sektor perikanan mencapai Rp.963,64 miliar. Rasio ekspor ikan dan hasil perikanan diterima oleh negara tujuan ekspor kita adalah 99,9 persen," paparnya.
Adapun realisasi di luar indikator kinerja realisasi Kredit Usaha Rakyat (UKR) mencapai Rp3,64 triliun yang disalurkan kepada 67,116 debitur. Selanjutnya, Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) mencapai Rp152,61 miliar ke 95 debitur di 64 kabupaten/kota.
"Realisasi anggaran kita sudah mencapai 49,74 persen dari pagu efektif sebesar Rp.6,524 triliun. Kinerja KKP ini adalah angka makro," ujar Hendra.
Â
KKP: Neraca Dagang Ikan RI Surplus Rp 40,76 Triliun pada Semester I 2024
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan neraca perdagangan perikanan Indonesia mendapatkan surplus sebesar USD2,49 miliar pada periode Januari sampai Juni 2024. Nilai surplus tersebut setara Rp40,76 triliun atau naik 6,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Neraca perdagangan kita mengalami surplus 2,49 miliar dolar Amerika," kata Staf Ahli Menteri Kelautan Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP, Hendra Yusran Siry, dalam konferensi pers Kinerja KKP Semester I 2024 di Gedung KKP, Jakarta, Rabu (24/7/2024).
Dalam catatannya, surplus diperoleh dari realisasi kinerja ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 2,71 miliar. Realisasi nilai ekspor tersebut setara Rp44,24 triliun atau naik 1,0 persen dibandingkan periode sama 2023.
Sementara nilai impor perdagangan perikanan Indonesia mencapai USD 0,22 miliar. Nilai impor ini setara Rp3,58 triliun atau sekitar 8,09 persen dari total eskpor perikanan Indonesia.
Total Produksi
Secara keseluruhan total produksi ikan di semester I 2024 sebanyak 11, 81 ton. Di sisi lain, sumbangan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)dari sektor kelautan dan perikanan mencapai 963,64 miliar hingga semester I 2024.
Selanjutnya realisasi anggaran KKP hingga Juli 2024 mencapai Rp3,24 triliun. Hendra mengatakan, realisasi anggaran KKP tersebut setara 49,74 persen dari total anggaran sebanyak Rp6,52 triliun.
"Dengan demikian, ini beberapa capaian makro dari Kementerian Kelautan dan Perikanan," pungkas Hendra.
Advertisement
Neraca Perdagangan RI Tembus USD 15,45 Miliar pada Semester I-2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif periode Januari hingga Juni 2024 neraca perdagangan Indonesia mencapai USD15,45 miliar atau mengalami penurunan sebesar USD 4,46 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Jika dilihat lebih rinci, secara kumulatif neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD25,55 miliar atau lebih rendah sekitar USD3,16 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas mencapai USD 10,11 miliar atau lebih besar USD 1,31 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Jika dilihat menurut negara, defisit neraca perdagangan nonmigas kumulatif terbesar hingga Juni tahun ini terjadi dengan Tiongkok sebesar USD 5,43 miliar, kemudian dengan Australia USD USD 2,28 miliar, Thailand USD 2,16 miliar.
Â
Juni 2024
Di sisi lain, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 mengalami surplus sebesar USD2,39 miliar. Capaian tersebut memperpanjang catatan surplus selama 50 bulan beruntun sejak Mei 2020.
"Pada Juni 2024 nercaa perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD2,39 miliar, atau turun sebesar USD 0,54 miliar secara bulanan, dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya.
Surplus neraca perdagangan Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD4,43 miliar, dimana komoditas yang menyumbangkan surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), besi dan baja (HS72), dan beberapa komoditas lainnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement