Sukses

PNBP Perikanan Tangkap Jauh di Bawah Target, Ini Biang Keroknya

Terdapat peningkatan produksi di 12 pelabuhan perikanan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dan 66 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Namun meskipun produksi meningkat, PNBP sektor perikanan tangkap di bawah target.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Kapal Perikanan dan alat penangkapan Ikan Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP) Mochamad Idnillah, melaporkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) perikanan tangkap mencapai Rp 533 miliar hingga Semester I-2024. Capaian tersebut masih jauh dari target PNBP perikanan tangkap tahun 2024, yakni sebesar Rp 1,85 triliun.

"Terkait dengan PNBP perikanan tangkap yang saat ini alhamdulillah telah tercapai Rp 533 miliar memang ini masih cukup jauh dari target yaitu Rp 1,85 triliun," kata Idnillah dalam konferensi pers Capaian Kinerja KKP Semester I-2024, di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (26/7/2024).

Di sisi lain, capaian produksi perikanan tangkap pada Semester I-2024 mencapai 3,34 juta ton dari target tahun 2024 sebanyak 6 juta ton. Capaian produksi ini telah mencapai 111,33 persen dari target semester I.

Pihaknya mencatat, terdapat peningkatan produksi di 12 pelabuhan perikanan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dan 66 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Selanjutnya, untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) diawal tahun 2024 banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan pokok masyarakat dan dampak cuaca ekstrem.

 

"Saat ini di semester I sudah diangka 101,62, dan target untuk 2024 adalah 108 untuk NTN," ujarnya.

 

Idnillah menjelaskan Nilai Tukar Nelayan sangat tergantung harga produk perikanan yang dihasilkan nelayan dibandingkan dengan pengeluarannya.

Saat ini, dalam beberapa bulan terkahir bahwa harga produk perikanan masih rendah, dan seiring berjalannya waktu harga ikan sudah mulai normal jika dibandingkan dengan supply yang saat ini beranjak pada volume yang normal.

"Harga ikan cenderung turun karena over supply, kemudian saat ini dikarenakan ada musim yang cukup ekstrim di daerah penangkapan, sehingga volume dari supply yang ada sudah mendekati normal seiring dengan kenaikan harga ikan di pasar," pungkasnya.

2 dari 3 halaman

Indonesia Masih Impor Ikan dengan Nilai Triliunan

Indonesia masih mengimpor beberapa jenis ikan dari sejumlah negara. Namun di Semester I 2024 ini nilai impor ikan tersebut mengalami penurunan.

Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Hendra Yusran Siri menjelaskan, ikan yang diimpor ini belum tersedia di dalam negeri dan diperlukan untuk bahan baku penolong maupun substitusi. 

"Jadi dalam impor pertama ada yang menjadi bahan baku maupun penolong atau substitusi. Nilainya itu macam-macam, karena (ikannya) enggak ada di sini dan tidak bisa digantikan (di Indonesia). Salah satu contoh adalah salmon atau ikan trout," kata Hendra dalam konferensi pers di Kantor KKP, Jakarta pada Rabu (24/7/2024).

Terkait impor ikan salmon, Hendra mencatat, impor ikan salmon mencapai USD 36,55 juta atau Rp 593,4 miliar. Kemudian ada impor ikan makarel senilai USD 30,13 juta atau Rp 489,1 miliar. ada juga impor rajungan sebesar USD 24,58 juta atau sekitar Rp 398 miliar. 

 

3 dari 3 halaman

Impor Lainnya

Selanjutnya, impor kod atau bakalau sebesar USD 16,42 juta atau Rp 266,6 miliar. Kelima, adalah tepung ikan sebesar USD 21,83 juta atau Rp 354,5 miliar.

Hendra lebih lanjut mengungkapkan, terjadi penurunan pada impor komoditas ikan dan bahan baku penolong pada semester I 2024 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan itu terjadi karena banyaknya temuan produk substitusi.

"Ini cukup menggembirakan di sektor perikanan di mana importasi kita mulai turun," ujar Hendra.

Dia merinci, impor ikan salmon turun 7,2%, ikan makarel turun 63,8%, rajungan turun 21,6%, dan ikan kod turun 10,9%.Â