Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membagikan perkembangan terbaru terkait investasi konsorsium LG Energy Solution (LG) untuk pembangunan pabrik prekursor atau katoda yang menjadi bagian dari ekosistem baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Bahlil menjelaskan feasibility study selesai di Agustus dan akan mulai dibangun pada September. Menurutnya hadirnya pembangunan pabrik katoda LG di Batang menjadi integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai kendaraan listrik. Di mana, akan ada prekursor smelter untuk pengembangan baterai cell di Maluku Utara. Kemudian, ada baterai sel juga di Karawang.
Baca Juga
“Jadi kalau untuk baterai Cell LG itu prekursor smelternya itu ada di Maluku Utara, katoda-nya ada di batang, kemudian baterai cell-nya ada di Karawang jadi jangan semua di Maluku nanti pemerataan tidak pas,” kata Bahlil di acara peresmian Kawasan Industri Terpadu Batang, dikutip Sabtu (27/7/2024).
Advertisement
Adapun Bahlil menargetkan Kawasan Industri Terpadu Batang menjadi lokasi relokasi pabrik asal China yang hengkang akibat perang dagang. Dia mengatakan sejak terjadinya perang dagang antara AS dengan China, belum ada investor asing yang memindahkan pabriknya ke Indonesia.
Kawasan Industri Terpadu Batang
Seperti diketahui, Kawasan Industri Terpadu Batang telah disiapkan dengan infrastruktur dasar dan utilitas yang lengkap, serta didukung dengan konektivitas terlengkap, mulai dari jalan tol, pelabuhan, dan jalur kereta api dengan mengusung konsep green, sustainable, dan circular economy.
Kawasan Industri Terpadu Batang menghadirkan solusi terintegrasi di atas lahan seluas 4.300 hektare yang mengakomodasi kebutuhan industri global yang mengadopsi teknologi tinggi, termasuk juga industri padat karya.
Sampai saat ini nilai investasi yang masuk ke KITB sudah mencapai Rp 14,8 triliun dari utilisasi lahan seluas 271 hektare. Adapun investasi yang masuk berasal dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa.
Selain itu, KITB juga memiliki fasilitas Waste-Water Treatment Plan (WWTP), dan Sewage Treatment Plant (SWTP) dan infrastruktur terpadu yang ramah lingkungan, fasilitas hunian bersertifikasi Greenship Neighborhood, serta bisnis model yang berkelanjutan dan berdaya saing dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal.
Tak Jadi Cabut, LG Tetap Investasi Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia memastikan konsorsium LG Energy Solutions tetap akan terus melakukan produksi baterai kendaraan listrik dI Indonesia.
Sebelumnya, pada awal 2023, LGES sempat dikabarkan terancam batal untuk ikut dalam proyek baterai kendaraan listrik tersebut. Namun, saat ini, proses negosiasi terkait siapa yang akan terlibat langsung di Indonesia telah selesai dibicarakan.
"Sudah hampir habis (selesai negosiasinya) LG konsorsiumnya sudah beres nggak ada yang berubah LG itu," ujar dia saat ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Dia menyebut, saat mandeknya negosiasi antara LGES dan pihak Indonesia yang diwakili Antam waktu itu, karena ada bahasan yang cukup alot. Hanya saja, hingga saat ini, Bahlil telah memastikan kalau rencana itu tetap berjalan dan LGES tak jadi mundur.
Bahkan, dalam waktu dekat, dia menyebut akan ada pertemuan dengan BUMN yang juga ikut menggarap baterai kendaraan listrik. Dalam hal ini merujuk pada MIND ID dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang bakal menjalin kerja sama.
"Waktu itu untuk LG disetop sedikit karena masih negosiasi, negosiasinya udah selesai, suratnya udah dikasih ke kami dan kami sudah mau start mungkin pertengahan bulan ini sudah mulai rapat-rapat dengan BUMN untuk segera diselesaikan," jelasnya.
Advertisement
Proses Produksi Baterai Kendaraan Listrik
Pertemuan itu nantinya akan membahas mengenai penghitungan nilai keekonomian dari proses penambangan hingga memproduksi baterai kendaraan listrik.
"Terkait dengan harga dari tambang, berapa nilai valuasinya itu aja, yang lainnya udah selesai kok udah lebih maju lah, mereka kan tahun depan kan sudah memproduksi baterai cell 10 giga (gigawatt) pertama, jadi menurut saya sih akan jauh lebih cepat proses tahapan berikutnya," paparnya.