Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Penguatan rupiah ini usai rilis data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS.
Pada Senin (29/7/2024), rupiah dibuka naik 15 poin atau 0,09 persen menjadi 16.286 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.301 per dolar AS.Â
Baca Juga
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, dolar AS diperdagangkan sedikit melemah di tengah perubahan moderat pada harga PCE.
Advertisement
"Indikator inflasi yang digunakan oleh Fed dalam menentukan kebijakan moneternya yakni PCE Price Index, menurun secara moderat di bulan Juni, sejalan dengan ekspektasi konsensus," kata Josua Pardede dikutip dari Antara.
Indeks Harga PCE melambat menjadi 2,5 persen secara year on year (yoy) dari 2,6 persen yoy, sedangkan Indeks Harga PCE Inti tidak berubah pada level 2,6 persen yoy, sedikit di atas ekspektasi 2,5 persen yoy.
Data tersebut meningkatkan keyakinan investor bahwa bank sentral AS atau The Fed akan menurunkan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) setidaknya dua kali pada 2024. Data lainnya juga memberikan sinyal bahwa kondisi ekonomi AS sudah mulai melambat.
Personal Income AS di bulan Juni 2014 turun ke level 0,2 persen month to month (mtm) dari 0,4 persen mtm, dan Personal Spending AS juga melambat ke level 0,3 persen mtm dari 0,4 persen mtm. Data-data tersebut mendukung pelemahan dolar AS.
Saat ini Investor menantikan keputusan moneter dari bank sentral utama pada pekan ini, yaitu The Fed, Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BoE).
Josua memprediksi nilai tukar rupiah akan berada di kisaran 16.225 per dolar AS sampai dengan 16.325 per dolar AS hari ini.
BI Prediksi Rupiah Bakal Perkasa dari Dolar AS, Efek Era Suku Bunga Tinggi Tamat
Bank Indonesia mengaku optimis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.
"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, ditulis Selasa (23/7/2024).
Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.
Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.
Â
Advertisement
Pro Market
Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.
"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.Â