Sukses

Luhut Incar Afrika Jadi Pasar Kendaraan Listrik Made In Indonesia

Indonesia sudah memiliki berbagai kerja sama dengan negara-negara di Afrika. Salah satunya adalah kerja sama Pertamina dengan Kenya, serta potensi kerja sama listrik dengan PLN.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah mempersiapkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai hilir. Bahkan, Indonesia sudah mempersiapkan pasar ekspor dari komponen kendaraan listrik.  

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, benua Afrika menjadi salah satu target ekspor produk baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dari Indonesia.

“Populasi di Afrika akan berlipat ganda pada 2045. Ini akan menjadi pasar yang besar,” ujar Luhut di acara International Battery Summit, dikutip dari Antara Senin (29/7/2024). Oleh karena itu, Indonesia dengan gencar mengajak negara-negara di benua Afrika untuk bekerja sama.

Dalam rangka membangun kerja sama tersebut, kata Luhut, ia sempat berkunjung ke Afrika untuk menjalin komunikasi terkait industri kendaraan listrik.

 

“Mereka melihat Indonesia sebagai negara yang dapat membantu mereka terkait kendaraan listrik ini,” kata Luhut.

 

Lebih lanjut, pada September mendatang, Luhut mengatakan akan membahas lebih jauh terkait rencana kerja sama di bidang EV dengan negara-negara Afrika dalam Indonesia-Africa Forum.

“Kami akan dengan senang hati membangun kolaborasi bersama mereka, khususnya Kenya dan Afrika Selatan,” ucapnya.

Luhut menjelaskan, pada dasarnya, Indonesia sudah memiliki berbagai kerja sama dengan negara-negara di Afrika. Salah satunya adalah kerja sama Pertamina dengan Kenya, serta potensi kerja sama listrik dengan PLN.

“Pertamina dengan PLN di Afrika Selatan juga sudah dikerjakan, dan kita juga ajak World Bank dengan Afrika, nanti kita lihat,” ucap Luhut.

 

2 dari 4 halaman

Potensi Kobalt

Lebih lanjut, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa Afrika memiliki potensi kobalt yang lebih baik apabila dibandingkan dengan Indonesia.

“Walaupun kita punya kobalt, tapi tidak sebanyak di Afrika. Karena kobalt kita kan nempel di nikel,” ujar Agus.

Oleh karena itu, menurut Agus, selain menyasar benua Afrika sebagai pasar baterai EV, kerja sama dengan negara-negara Afrika juga bisa memanfaatkan potensi kobalt yang ada di sana.

“Kalau ini (potensi kobalt) bisa dikerjasamakan,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Pabrik Baterai Kendaraan Listrik LG Mulai Dibangun di Batang September 2024

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membagikan perkembangan terbaru terkait investasi konsorsium LG Energy Solution (LG) untuk pembangunan pabrik prekursor atau katoda yang menjadi bagian dari ekosistem baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.

Bahlil menjelaskan feasibility study selesai di Agustus dan akan mulai dibangun pada September. Menurutnya hadirnya pembangunan pabrik katoda LG di Batang menjadi integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai kendaraan listrik. Di mana, akan ada prekursor smelter untuk pengembangan baterai cell di Maluku Utara. Kemudian, ada baterai sel juga di Karawang.

“Jadi kalau untuk baterai Cell LG itu prekursor smelternya itu ada di Maluku Utara, katoda-nya ada di batang, kemudian baterai cell-nya ada di Karawang jadi jangan semua di Maluku nanti pemerataan tidak pas,” kata Bahlil di acara peresmian Kawasan Industri Terpadu Batang, dikutip Sabtu (27/7/2024).

Adapun Bahlil menargetkan Kawasan Industri Terpadu Batang menjadi lokasi relokasi pabrik asal China yang hengkang akibat perang dagang. Dia mengatakan sejak terjadinya perang dagang antara AS dengan China, belum ada investor asing yang memindahkan pabriknya ke Indonesia.

4 dari 4 halaman

Kawasan Industri Terpadu Batang

Seperti diketahui, Kawasan Industri Terpadu Batang telah disiapkan dengan infrastruktur dasar dan utilitas yang lengkap, serta didukung dengan konektivitas terlengkap, mulai dari jalan tol, pelabuhan, dan jalur kereta api dengan mengusung konsep green, sustainable, dan circular economy.

Kawasan Industri Terpadu Batang menghadirkan solusi terintegrasi di atas lahan seluas 4.300 hektare yang mengakomodasi kebutuhan industri global yang mengadopsi teknologi tinggi, termasuk juga industri padat karya.

Sampai saat ini nilai investasi yang masuk ke KITB sudah mencapai Rp 14,8 triliun dari utilisasi lahan seluas 271 hektare. Adapun investasi yang masuk berasal dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa.

Selain itu, KITB juga memiliki fasilitas Waste-Water Treatment Plan (WWTP), dan Sewage Treatment Plant (SWTP) dan infrastruktur terpadu yang ramah lingkungan, fasilitas hunian bersertifikasi Greenship Neighborhood, serta bisnis model yang berkelanjutan dan berdaya saing dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal.