Sukses

Perang Israel Meluas, Harga Minyak Justru Turun 2%

Harga minyak Brent untuk kontrak September ditutup USD 79,78 per barel, turun USD 1,35 atau 1,66%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga minyak yang menjadi patokan global ini naik 3,6%.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka AS turun hampir 2% pada perdagangan hari Senin karena para pelaku pasar tampak tidak terpengaruh oleh risiko perang yang meluas antara Israel dan milisi Hizbullah yang didukung Iran.

Sebuah roket yang ditembakkan dari Lebanon menewaskan 12 anak di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada hari Sabtu. Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan itu. Milisi tersebut membantah bertanggung jawab.

Kabinet Israel telah mengizinkan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memutuskan bagaimana dan kapan menanggapi serangan roket tersebut.

Mengutip CNBC, Selasa (30/7/2024), berikut ini harga energi pada penutupan perdagangan Senin:

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September ditutup USD 75,81 per barel, turun USD 1,35 atau 1,75%. Sepanjang tahun ini, harga minyak AS ini h naik 5,8%.

Harga minyak Brent untuk kontrak September ditutup USD 79,78 per barel, turun USD 1,35 atau 1,66%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga minyak yang menjadi patokan global ini naik 3,6%.

Harga bensin untuk kontrak Agustus dipatok USD 2,41 per galon, turun 4 sen atau 1,84%. Tahun ini, harga bensin sudah naik 14,9%.

Harga gas alam kontrak Agustus USD 1,90 per seribu kaki kubik, turun 9 sen, atau 4,94%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas turun 24,1%.

 

2 dari 3 halaman

Ketegangan Timur Tengah

Ketegangan Timur Tengah mendorong harga minyak naik pada musim semi ketika Israel dan Iran hampir berperang, tetapi reaksi pasar terhadap peristiwa di kawasan itu telah diredam sejak saat itu karena tidak adanya gangguan pasokan minyak yang sebenarnya.

"Pasar minyak sebagian besar telah memudarkan cerita perang Timur Tengah setelah baku tembak antara Iran dan Israel pada bulan April gagal memicu konflik yang lebih luas atau membahayakan pasokan energi secara material," jelas kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets Helima Croft

Namun, Croft memperingatkan bahwa konfrontasi langsung antara Israel dan Hizbullah dapat menjadi katalisator yang membawa anggota OPEC Iran ke dalam perang karena pentingnya milisi tersebut bagi kepentingan regional Teheran.

"Israel mungkin memang menahan diri, seperti yang dilakukannya pada bulan April, dan memilih pembalasan yang lebih terukur yang tampak serius tetapi tidak membuka medan perang lainnya," tulis Croft.

 

3 dari 3 halaman

Masalah Pengungsi

Namun, serangan lintas batas yang terjadi hampir setiap hari dan jumlah pengungsi internal di dalam Israel.

"Tampaknya lebih jelas mengarah pada konflik yang lebih parah atau, paling tidak, peningkatan risiko eskalasi melalui salah perhitungaan," analis tersebut memperingatkan.