Sukses

Petronas Indonesia Bangun Rumah Pintar di Sekitar WK Ketapang

Ide pembentukan fasilitas Rumah Pintar tercetus sejak masa pandemi covid-19 pada 2020-2021.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Petronas Indonesia membangun fasilitas Rumah Pintar di sekitar wilayah operasi Ketapang, Madura, Jawa Timur. 

VP of SCM and Business Support Petronas Indonesia Hendrayana E Halim menceritakan, ide pembentukan fasilitas Rumah Pintar tercetus sejak masa pandemi covid-19 pada 2020-2021. Pelaksanaan konstruksi dimulai sejak 2022, untuk tuntas pada November 2023, dan baru bisa diresmikan pada 17 Juli 2024.

Hendrayana mengatakan, pembangunan Rumah Pintar sejalan dengan aspirasi pemerintah daerah untuk meningkatkan tingkat literasi atau melek huruf serta partisipasi sekolah dari masyarakat setempat. 

"Rumah Pintar ini akan berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan wadah untuk stimulasi ekonomi daerah melalui beberapa program atau fasilitas seperti perpustakaan, lokakarya Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM), serta program pemberdayaan perempuan," ujarnya dalam acara kunjungan lapangan SKK Migas-Petronas Indonesia di Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Selasa, 30 Juli 2024.

Keberadaan Rumah Pintar turut diapresiasi Plh Camat Sokobanah, Najjamuddin. Ia mengatakan, fasilitas pendidikan tersebutsangat dibutuhkan oleh masyarakat daerah Sampang. 

"Itu karena Rumah Pintar menjadi wadah pembelajaran dan fasilitas literasi masyarakat yang menjadi salah satu program pemerintah setempat," ungkap dia. 

Selain Rumah Pintar, Petronas Indonesia juga mendukung pembangunan Taman Merdeka Ketapang yang menjadi pusat kegiatan dan rekreasi masyarakat Ketapang. 

Taman Merdeka Ketapang sendiri telah selesai dibangun pada 2022, dengan tujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan rekreasi yang dapat menstimulasi ekonomi daerah. 

Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas Nyimas Fauziah Rikani yang turut hadir pada kesempatan tersebut menyampaikan, program pemberdayaan masyarakat (PPM) yang dilakukan Petronas Indonesia merupakan salah satu bentuk multiplier effect dari keberadaan industri migas di Tanah Air. 

"Kami berharap melalui Rumah Pintar dan Taman Merdeka Ketapang, keberadaan industri migas dapat dirasakan langsung manfaatnya bagi masyarakat di sekitar wilayah kerja," kata Nyimas.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Usai Masela, Petronas Incar Potensi Blok Migas Lain di Indonesia Timur

Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama Petronas Masela telah sukses mengakuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited di Blok Masela, Maluku. Tak hanya Blok Masela, Petronas juga pasang mata terhadap potensi eksplorasi lain di wilayah Indonesia Timur.

Presiden Direktur Petronas Indonesia Yuzaini Bin Md Yusof menuturkan, pihaknya masih meyakini dengan potensi besar di wilayah Indonesia Timur.

Menurut dia, data IHS 2023 menunjukkan jumlah pemboran eksplorasi di Indonesia Timur jauh lebih sedikit dibandingkan di Indonesia Barat. Namun secara volume, temuan cadangan di Indonesia timur lebih besar.

"Sumurnya sedikit di timur tapi temuan volumenya lebih besar. Dominan memang gas. Asap Kido Merah contohnya, sementara beberapa temuan-temuan kecil ada di indonesia bagian barat," ujar Yuzaini di acara IPA Convex 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (27/7/2023).

Namun, untuk kembangkan Indonesia timur perlu banyak inisiatif. Salah satunya dari sisi penyediaan infrastruktur.

 

 

3 dari 4 halaman

Akses Pasar

"Akses market juga penting, infrastruktur di timur berbeda dengan di Indonesia bagian barat. Kalau di barat sudah ada bahkan tersambung ke Singapura, ada juga ke Pulau Jawa. Sementara di timur sedikit infrastruktur, hanya dihubungkan oleh LNG. Sementara market juga belum ada, belum banyak industri di sana (Indonesia timur)," paparnya.

Selain itu, ketersediaan data dan penggunaan teknologi juga menjadi kunci keberhasilan eksplorasi terutama di bagian Timur. Seperti yang dilakukan Petronas di sumur Hidayah, Yuzaini menjelaskan teknologi menjadi kunci penting dalam perburuan cadangan migas di Indonesia bagian Timur.

"Paling penting lihat data dan teknologi, Hidayah discovery, sebelum drill dieksekusi, kita lakukan eksplorasi dan selesaikan seismik dengan teknologi terbaru. Teknologi ini terus berkembang, itu kuncinya. Kami percaya diri dengan potensi di Indonesia bagian timur, itulah kenapa kami di sana," pungkas Yuzaini.

4 dari 4 halaman

SKK Migas: Industri Hulu Migas Belum Sunset

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Industri Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menolak anggapan industri hulu migas tengah memasuki fase terbenam atau sunset.

Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menyatakan, saat ini kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction) hingga fabrikasi sedang banyak-banyaknya.  "Itu menunjukkan bahwa industri hulu migas itu tidak sunset. Kita sekarang lagi susah-susahnya nyari siapapun itu untuk mendukung agresivitas hulu migas yang saat ini lagi kita kerjakan," ujar Wahju di Kantor SKK Migas, dikutip Sabtu (20/7/2024).

"Ya semoga saja kondisi kayak begini masih bertahan sampai 2030 seperti yang kita rencanakan di dalam LTP (long term plan)," dia menambahkan. 

Sebagai contoh dari sisi proyek, Wahju melanjutkan, kenaikan kapasitas gas alam cair (LNG) masih akan sangat naik. Terutama dari Qatar dan Amerika Serikat yang bakal melesat di kurun waktu 2026-2028.

"CCUS kapasitasnya juga akan naik di tahun itu. Implikasinya apa? Implikasinya saat ini peralatan-peralatan itu sedang dibangun. Sehingga nanti onstreamnya di situ gede-gedean. Nah itu sekarang kita bersaing," ungkapnya. 

Bahkan, Wahju mengaku kesulitan untuk mencari juru las (welder). Sebagai contoh, ia menyebut banyak tukang las yang digembleng di salah satu Wilayah Kerja (WK) di Papua kini sudah hengkang mencari pekerjaan di tempat lain. 

"Contohnya begini. Tangguh itu untuk menyiapkan proyeknya, dia training orang-orang Papua untuk menjadi welder. Sekarang mereka itu di-hire pada lari ke Batam. Karena memang fabrikasi kan banyak di Batam," ungkapnya. 

"Di sisi lain itu good news, karena ternyata apa yang di-training dari penduduk lokal itu juga di-accept, berstandar untuk bisa dipakai di Batam. Tapi di sisi lain, Tangguh juga suffering karena mereka pergi," kata Wahju. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.