Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup menguat pada perdagangan Rabu 31 Juli 2024. Penguatan rupiah ini karena pelaku pasar tengah menjauh dari dolar AS di tengah penantian rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS.
Rupiah ditutup menguat 40 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu sore (31/7/2024), walaupun sebelumnya sempat menguat 45 poin. Rupiah ditutup di level 16.260 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 16.300 per dolar AS.
Baca Juga
“Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 16.210 - Rp.16.280,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (31/7/2024).
Advertisement
Ibrahim menyebut, pedagang menjauh dari dolar sebelum penutupan rapat The Fed. Bank sentral Amerika Serikat itu kini secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.
“Namun, fokus akan tertuju pada sinyal potensial pemangkasan suku bunga, menyusul beberapa pembacaan inflasi yang lemah dan komentar dovish dari pejabat The Fed. Konsensus umum sebagian besar mendukung pemangkasan 25 basis poin pada bulan September,” paparnya.
Sementara itu, di Asia, data PMI menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok menyusut selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juli, sementara pertumbuhan nonmanufaktur melambat.
Data tersebut muncul setelah pertemuan Politbiro Tiongkok yang menunjukkan pemerintah menjanjikan lebih banyak langkah stimulus, terutama yang ditujukan untuk meningkatkan sentimen konsumen.
“Komentar dari Politbiro dan pembacaan PMI yang lemah meningkatkan harapan untuk lebih banyak langkah stimulus, meskipun analis memperingatkan bahwa pelaksanaan Beijing harus diperhatikan untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk,” imbuh Ibrahim.
BI Prediksi Rupiah Bakal Perkasa dari Dolar AS, Efek Era Suku Bunga Tinggi Tamat
Sebelumnya, Bank Indonesia mengaku optimis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.
BACA JUGA: Rupiah Langsung Anjlok Usai AS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi, Bisa Tahan Sampai Berapa?"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, ditulis Selasa (23/7/2024).
Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.
Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.
Advertisement
Kebijakan Moneter BI
Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.
"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.