Liputan6.com, Jakarta - Petronas Carigali Ketapang II Ltd terus menggenjot produksi kondensat di fasilitas onshore receiving facillities (ORF) Bukit Tua di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Itu merupakan pendapatan tambahan di luar produksi minyak dan gas bumi (migas).
Vice President of Production Operatons Petronas Indonesia Wimbuh Nawa Nugroho menuturkan, kondensat didapat lewat pengaturan operasi di ORF Bukit Tua.
"Sebenarnya kondensat bukan produk utama, tetapi ini adalah cara kita untuk mengoptinalisasi produk. Jadi gas kita karena itu kandungannya bisa menghasilkan kondensat," kata Wimbuh di ORF Bukit Tua, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu (31/7/2024).
Advertisement
Menurut dia, produksi kondensat tidak terlalu besar di kisaran 120-150 barel per hari. Hasil produksi kemudian ditampung di storage dengan kapasitas sekitar 400 barel.
"Kemudian untuk frekuensi lifting dilakukan tiap hari, karena secara quantity enggak besar dibandingkan minyak, yang 8-9 ribu barel (per hari/BOPD). Kalau kondensat 150 lah paling besar," jelasnya.
Wimbuh mengatakan, kondensat produksi Petronas ini kemudian dijual kepada beberapa pembeli di kawasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, semisal digunakan untuk pelarut industri xar.
"Ada dua pembeli yang kita punya, itu memang untuk suplai industri yang sifatnya tidak terlalu besar yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah," imbuh dia.
Pada akhir tahun lalu, Petronas melalui anak usaha Petronas Carigali Ketapang II Ltd telah mengantongi perpanjangan kontrak bagi hasil, atau production sharing contract (PSC) di Wilayah Kerja (WK) Ketapang. Dengan komposisi hak partisipasi (PI) yang sama dari PSC sebelumnya, 77,6 persen.
Blok Ketapang produksi minyak dan gas, dengan hasil produksi 8-9 ribu BOPD minyak dan 40 mmscfd gas bumi. Hasil produksi pada salah satu lapangan, yakni Bukit Tua kemudian disalurkan melalui pipa ke fasilitas ORF di kawasan Manyar, Kabupaten Gresik.
"Kalau kita di Ketapang, operasi kita kurang lebih jarak dari Gresik sekitar 110 km. Produksi pertama kita di tahun 2015. Jadi ini sudah masuk di dalam fase extension," tutur Wimbuh.
Petronas Indonesia Bangun Rumah Pintar di Sekitar WK Ketapang
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Petronas Indonesia membangun fasilitas Rumah Pintar di sekitar wilayah operasi Ketapang, Madura, Jawa Timur.
VP of SCM and Business Support Petronas Indonesia Hendrayana E Halim menceritakan, ide pembentukan fasilitas Rumah Pintar tercetus sejak masa pandemi covid-19 pada 2020-2021. Pelaksanaan konstruksi dimulai sejak 2022, untuk tuntas pada November 2023, dan baru bisa diresmikan pada 17 Juli 2024.
Hendrayana mengatakan, pembangunan Rumah Pintar sejalan dengan aspirasi pemerintah daerah untuk meningkatkan tingkat literasi atau melek huruf serta partisipasi sekolah dari masyarakat setempat.
"Rumah Pintar ini akan berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan wadah untuk stimulasi ekonomi daerah melalui beberapa program atau fasilitas seperti perpustakaan, lokakarya Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM), serta program pemberdayaan perempuan," ujarnya dalam acara kunjungan lapangan SKK Migas-Petronas Indonesia di Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Selasa, 30 Juli 2024.
Keberadaan Rumah Pintar turut diapresiasi Plh Camat Sokobanah, Najjamuddin. Ia mengatakan, fasilitas pendidikan tersebutsangat dibutuhkan oleh masyarakat daerah Sampang.
"Itu karena Rumah Pintar menjadi wadah pembelajaran dan fasilitas literasi masyarakat yang menjadi salah satu program pemerintah setempat," ungkap dia.
Advertisement
Taman Merdeka
Selain Rumah Pintar, Petronas Indonesia juga mendukung pembangunan Taman Merdeka Ketapang yang menjadi pusat kegiatan dan rekreasi masyarakat Ketapang.
Taman Merdeka Ketapang sendiri telah selesai dibangun pada 2022, dengan tujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan rekreasi yang dapat menstimulasi ekonomi daerah.
Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas Nyimas Fauziah Rikani yang turut hadir pada kesempatan tersebut menyampaikan, program pemberdayaan masyarakat (PPM) yang dilakukan Petronas Indonesia merupakan salah satu bentuk multiplier effect dari keberadaan industri migas di Tanah Air.
"Kami berharap melalui Rumah Pintar dan Taman Merdeka Ketapang, keberadaan industri migas dapat dirasakan langsung manfaatnya bagi masyarakat di sekitar wilayah kerja," kata Nyimas.
SKK Migas: Industri Hulu Migas Belum Sunset
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Industri Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menolak anggapan industri hulu migas tengah memasuki fase terbenam atau sunset.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menyatakan, saat ini kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction) hingga fabrikasi sedang banyak-banyaknya. "Itu menunjukkan bahwa industri hulu migas itu tidak sunset. Kita sekarang lagi susah-susahnya nyari siapapun itu untuk mendukung agresivitas hulu migas yang saat ini lagi kita kerjakan," ujar Wahju di Kantor SKK Migas, dikutip Sabtu (20/7/2024).
"Ya semoga saja kondisi kayak begini masih bertahan sampai 2030 seperti yang kita rencanakan di dalam LTP (long term plan)," dia menambahkan.
Sebagai contoh dari sisi proyek, Wahju melanjutkan, kenaikan kapasitas gas alam cair (LNG) masih akan sangat naik. Terutama dari Qatar dan Amerika Serikat yang bakal melesat di kurun waktu 2026-2028.
"CCUS kapasitasnya juga akan naik di tahun itu. Implikasinya apa? Implikasinya saat ini peralatan-peralatan itu sedang dibangun. Sehingga nanti onstreamnya di situ gede-gedean. Nah itu sekarang kita bersaing," ungkapnya.
Bahkan, Wahju mengaku kesulitan untuk mencari juru las (welder). Sebagai contoh, ia menyebut banyak tukang las yang digembleng di salah satu Wilayah Kerja (WK) di Papua kini sudah hengkang mencari pekerjaan di tempat lain.
"Contohnya begini. Tangguh itu untuk menyiapkan proyeknya, dia training orang-orang Papua untuk menjadi welder. Sekarang mereka itu di-hire pada lari ke Batam. Karena memang fabrikasi kan banyak di Batam," ungkapnya.
"Di sisi lain itu good news, karena ternyata apa yang di-training dari penduduk lokal itu juga di-accept, berstandar untuk bisa dipakai di Batam. Tapi di sisi lain, Tangguh juga suffering karena mereka pergi," kata Wahju.
Advertisement