Sukses

Kementerian ESDM Buka 500 Kuota Konversi Gratis ke Motor Listrik, Apa Syaratnya?

Kepala Biro Kementerian Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono menuturkan, program konversi gratis akan dilaksanakan secara bertahap.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan konversi sepeda motor Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi sepeda motor listrik secara gratis. 

Program ini dapat diikuti oleh masyarakat umum yang bertempat tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), dan dilakukan secara bertahap mulai 1 Agustus 2024.  "Program konversi gratis akan dilaksanakan secara bertahap. Konversi gratis tahap 1 akan dimulai pada tanggal 1 Agustus 2024 hingga kuota terpenuhi, yaitu sebanyak 500 unit sepeda motor," jelas Kepala Biro Kementerian Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Agus mengatakan, Kementerian ESDM akan menanggung biaya konversi sepeda motor sebesar Rp 16 juta per unit. Biaya ini tidak termasuk biaya cek fisik, biaya perubahan surat kendaraan, dan biaya rekondisi kendaraan di luar pekerjaan konversi. 

"Jadi yang akan digratiskan adalah biaya konversi sepeda motor sebesar Rp 16 juta per unit," imbuhnya. 

Kegiatan konversi gratis ini, lanjut Agus, dilaksanakan atas kerja sama dan dukungan badan usaha sektor pertambangan di bawah bimbingan teknis Kementerian ESDM, sebagai wujud kepedulian pada program konversi dalam bentuk pemberian dana Corporate Social Responsibility (CSR). 

"Sebagai wujud kepedulian, badan usaha tambang di bawah pembinaan teknis Kementerian ESDM menyatakan dukungan atas Program Konversi ini dalam bentuk pemberian dana CSR bagi masyarakat umum yang berdomisili di Jabodetabek," ungkapnya. 

Bagi masyarakat yang berminat dapat melakukan pendaftaran melalui platform digital Program Konversi Sepeda Motor Listrik pada tautan ebtke.esdm.go.id/konversi, atau daftar langsung melalui Bengkel Konversi Mitra Kementerian ESDM.

 

2 dari 5 halaman

Syarat Umum

Berikut persyaratan umum keikutsertaan konversi gratis motor listrik:

1. Masyarakat umum yang memiliki sepeda motor dan berdomisili sesuai KTP di wilayah Jabodetabek (diutamakan bagi pemilik kendaraan yang aktif berkendara keluar masuk provinsi DKI Jakarta)

2. Nama yang tertera pada KTP harus sama dengan nama yang tertera pada surat registrasi kendaraan (STNK dan BPKB)

3. Surat kepemilikan lengkap dan telah melunasi pajak kendaraan

4. Melampirkan dokumen/formulir hasil cek fisik awal dari Samsat Kepolisian terdekat

Proses pendaftaran dan konversi ke motor listrik dibuka pada beberapa Bengkel Konversi Mitra ESDM, antara lain:

1. PT. Tri Mentari Niaga (BRT Elektirc)

2. PT. Mitrametal Perkasa (MMP)

3. PT. Saikono Otoparts Indonesia (Bengkel SOI)

4. PT. Roda Elektrik Asia (Elders)

5. PT. Nagara Sains Konversi (Nagara)

6. PT. Bintang Mas Lestari (ATR)

7. PT. Cogindo Dayabersama (Cogindo)

8. PT. Electric Vehicle Trimotorindo (Trimotorindo)

9. PT. Teco Multiguna Elektro (Teco)

10. PT. Gotric Asia Sentosa (Gotric)

11. PT. Semesta Motor Indonesia (Motoriz)

12. PT. Tomara Jaya Perkasa (Tomora)

3 dari 5 halaman

Minat Pemakaian Motor Listrik Kalah Jauh dari Sepeda Listrik, Ini Alasannya

Sebelumnya, Founder & CEO Tangkas Motor Listrik Agung Pamungkas menyoroti produk sepeda listrik yang jauh lebih diminati masyarakat ketimbang motor listrik, dengan jumlah pemakai hingga 75 persen lebih banyak untuk sepeda listrik.  

Menurut pria yang juga dikenal dengan sapaan Don Papank ini, ada banyak alasan kenapa sepeda listrik lebih disukai daripada motor listrik. Mulai dari kemudahan administrasi hingga harga yang jauh lebih terjangkau. 

"Sepeda listrik bisa 75-85 persen (lebih banyak penggunanya dari motor listrik). Dan sepeda listrik makin dibuat seperti mirip motor, tanpa kewajiban STNK dan uji tipe kendaraan, dengan harga bisa cuma 35 persen dari harga motor listrik," ungkapnya kepada Liputan6.com, Sabtu (6/7/2024).

Don Papank mengatakan, maraknya sepeda listrik tanpa wajib STNK dan surat uji tipe membuat masyarakat cenderung memilih sepeda listrik dibanding motor listrik.

"Padahal bentuk sepeda listrik makin kesini makin mirip dengan motor listrik. Namun sepeda-sepeda ini tidak memiliki kelengkapan STNK dan tidak ada surat lolos uji tipe, namun dijual dengan harga setengah dari motor listrik," keluhnya. 

"Hal ini pasti juga menggerus penjualan motor listrik yang didukung oleh pemerintah," kata Don Papank. 

Ia lantas meminta pemerintah segera menertibkan hal ini. Apalagi menurutnya sepeda-sepeda listrik semakin banyak beredar di jalan raya.

Selain itu, ia menambahkan, lantaran sepeda listrik tidak punya kewajiban pemakaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bahkan tidak perlu menyertakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam pembeliannya, banyak produsen juga lebih memilih menjual sepeda listrik. 

"Hal ini sangat bertentangan dengan arah program pemerintah dalam rencana besar subsidi motor listrik untuk kurangi subsidi BBM. Bila ingin subsidi motor listrik makin terserap, maka tertibkan sepeda listrik. Sepeda listrik sebaiknya juga ber-STNK," pintanya. 

 

4 dari 5 halaman

Pengguna Sepeda dan Motor Listrik di Indonesia Mayoritas Emak-Emak

Sebelumnya, data Korlantas Polri mencatat jumlah sepeda motor di Indonesia per Februari 2024 berjumlah 134.181.607, mendominasi total populasi kendaraan di Indonesia dengan jumlah 160.652.675 unit.

Sedangkan motor listrik dalam negeri didata nyaris mencapai 75 ribu menurut data terbaru Asosiasi Industri Sepeda motor Listrik Indonesia (Aismoli).

Berdasarkan penelitian terbaru Populix, ternyata sepeda dan motor listrik lebih diminati oleh kalangan gender perempuan ketimbang laki-laki, terutama yang berkeseharian sebagai ibu rumah tangga.

"Jadi sepeda listrik ini ternyata sangat disukai terutama oleh ibu-ibu, jadi boleh dibilang ini sebagai alat commute di neighborhood masing-masing, di dekat rumah," kata Timothy Astandu, CEO Populix, pada konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan beberapa hari lalu.

Hal itu terlihat dari data preferensi penggunaan kendaraan. Dalam kategori sepeda listrik, tujuan utama penggunaannya adalah untuk belanja kebutuhan sehari-hari (79 persen), antar-jemput teman atau keluarga (62 persen), mengunjungi teman atau keluarga (58 persen), mengirim barang (23 persen), dan bekerja (13 persen).

Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsumen merasa bahwa jarak tempuh sepeda listrik yang ideal adalah 12,32 km. Sementara untuk membelinya, para konsumen berekspektasi sepeda listriknya dijual dengan harga Rp 4,7 juta.

Sementara kebiasaan penggunaannya, mayoritas pengguna sepeda listrik sebanyak 43 persen menggunakan sepedanya setiap hari.

Sebanyak 45 persen menggunakannya untuk menempuh jarak 5-10 km, sementara selisih tipis lainnya di 44 persen menggunakannya di jarak 1-5 km.

 

5 dari 5 halaman

Pengguna Motor Listrik Juga Masih Dominan Perempuan

"Sepeda motor (listrik) juga ternyata banyak sekali yang perempuan. Karena perempuan itu mungkin lebih ke ibu rumah tangga (demografisnya) kan, jadi dia oke nih kalau dekat-dekat doang," kata Timothy.

Responden pengguna motor listrik memiliki tujuan utama untuk belanja kebutuhan sehari-hari (72 persen), mengunjungi teman atau keluarga (57 persen), antar-jemput teman atau keluarga (57 persen), bekerja (47 persen), dan perjalanan dalam kota (46 persen).

"Untuk yang kerjanya jauh, belum dominan untuk motor listrik. Itu menjadi salah satu yang harus di-solve problem-nya," imbuh Timothy.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsumen merasa bahwa jarak tempuh sepeda listrik yang ideal adalah 12,32 km, sementara untuk motor listrik sebesar 74,93 km, yang menurut para responden ideal di harga motor listrik Rp 18 juta.

Preferensinya bergeser tak terlalu jauh di pengguna motor listrik, sebanyak 50 persen pengguna menggunakannya setiap hari.

Sedangkan mayoritas 44 persen responden menggunakan motor listriknya untuk menempuh 5-10 km. Sementara untuk jarak yang lebih jauh, 10-25 km eksistensinya mulai terlihat banyak menjadi 23 persen. 

Â