Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati, mengatakan memasuki kuartal III-2024 tekanan ketidakpastian global dan risiko geopolitik sudah mulai mengalami penurunan.
Namun, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mewaspadai hal tersebut, lantaran pada awal Agustus 2024 ini kondisi geopolitik mulai ada peningkatan lagi.
Baca Juga
"Seiring dengan ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik yang masih tinggi. Kalau kita lihat memasuki triwulan ketiga 2024, tekanan yang terpantau mulai sedikit merendah, namun Minggu ini melihat kondisi geopolitik ada uptick (peningkatan) lagi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024).
Advertisement
Oleh karena itu, KSSK yang terdiri dari Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus melakukan koordinasi untuk meningkatkan kewaspadaan seiring dengan masih sangat dinamisnya kondisi ekonomi global dan nasional.
"Berbagai faktor risiko yang berkembang tetap perlu untuk kita cermati dan diantisipasi oleh kami berempat, yaitu saya Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan," ujar dia.
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan, ketidakpastian pasar keuangan global juga masih tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang memang relatif stabil, tetapi lemah.
"Tetap rendah, lemah dalam hal ini. Jadi tahun 2024 kita semuanya melihat dan memahami semua outlook yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah stabil tapi itu di level yang lemah," tutur dia.
Proyeksi Ekonomi Lebih Lemah
Berdasarkan laporan yang terbaru dari World Economic Outlook pada periode Juli 2024 oleh International Monetary Fund atau IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh 3,2% pada 2024.
Dia menuturkan, proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan 2023 yang sebesar 3,3%, padahal 2023 IMF meramal tahun tersebut merupakan tahun yang gelap.
"Ini artinya apa? 3,2% itu lebih lemah 3,3% yang tumbuh tahun 2023. Mungkin teman-teman media ingat tahun lalu oleh Managing Director IMF Kristalina sudah dianggap sebagai tahun yang gelap. Jadi kalau tahun 2024 ini outlooknya 3,2% ini berarti pertumbuhan ekonomi dunia masih stagnan lemah, dan bahkan lebih lemah dibandingkan tahun lalu," pungkasnya.
Advertisement
Jokowi Bersyukur Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh 5% saat Global Melambat
Sebelumnya, menjelang masa-masa akhir pemerintahannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memuji kinerja perekonomian Indonesia yang bertahan kuat di tengah gejolak geopolitik di berbagai negara.
Dalam Penyampaikan LHP LKPP BPK RI pada Senin (8/7/2024), Jokowi kembali menyoroti situasi dunia yang dalam beberapa tahun terakhir dibayangi gejolak geopolitik, perang dagang yang semakin memanas, juga perubahan iklim.
"Kita lihat pertumbuhan ekonomi global juga melambat tahun ini, diperkirakan hanya tumbuh 3,2% dan bahkan krisis ekonomi melanda beberapa kawasan," ungkap Jokowi dalam kegiatan BPK yang disiarkan pada Senin, 8 Juli 2024.
"Alhamdulillah patut kita syukuri ekonomi dan politik Indonesia sangat stabil. Ekonomi tetap tumbuh di atas 5%. Di kuartal pertama tahun ini tumbuh 5,11% inflasi tetap terjaga karena BI dan Kementerian Dalam Negeri setiap hari Senin selalu bertemu dengan para daerah untuk menjaga inflasi di setiap daerah," ujarnya.
Selain itu, Jokowi juga memuji pelaksanaan pemilu beberapa waktu lalu yang juga berjalan dengan baik. Menurut dia, sederet kemajuan tersebut dapat menjadi modal dasar bagi Indonesia untuk terus tumbuh lebih tinggi dan kompetitif.
"Kita harus lincah cepat dan taktis mampu memanfaatkan peluang sekecil apapun, mampu ,memanfaatkan peluang yang sekarang ini sangat sempit. Oleh karena itu akuntabilitas dan fleksibilitas harus dijalankan secara seimbang dan tidak boleh terbelenggu pada rumusan prosedur yang berorientasi pada proses," pungkas Presiden Jokowi.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Ditarget 5,6 Persen
Sebelumnya, Badan Anggaran DPR RI dan pemerintah menyetujui target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3-5,6 persen pada 2025 dalam Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan RI, Menteri PPN/ Kepala Bappenas Ri, dan Gubernur Bank Indonesia, Kamis (4/7/2024).
Target tersebut tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2025, dengan tema "Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan" pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2025.
"Sasaran pembangunan RKP 2025 pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3-5,6 persen," kata Panja RKP dan Prioritas Anggaran 2025 Andi Akmal Pasludin.
Kemudian, Badan Anggaran juga menetapkan penurunan tingkat kemiskinan dikisaran 7-8 persen. Angka tersebut naik dari sasaran sebelumnya yang diajukan pemerintah yakni 6-7 persen.
Selanjutnya, untuk Rasio Gini ditetapkan sebesar 0,379-0,382 dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,5-5 persen. Berikut ini rincian lengkap sasaran pembangunan RKP 2025:
- Pertumbuhan Ekonomi 5,3-5,6 persen
- Rasio Gini 0,379-0,382
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,5-5,0 persen
- Indeks Modal Manusia (IMM) 0,56
- Tingkat Kemiskinan 7,0-8,0 persen
- Penurunan Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca 38,6 persen
- Nilai Tukar Petani (NTP) nilainya 115-120
- Nilai Tukar Nelayan (NTN) nilainya 105-108
Advertisement