Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga emas dunia merosot karena aksi ambil untung terjadi setelah harga emas batangan melonjak lebih dari 1% di awal sesi perdagangan di tengah harapan penurunan suku bunga didukung oleh data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (3/8/2024), harga emas dunia di pasar spot turun 0,5% menjadi USD 2.432,19 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup turun 0,4% menjadi USD 2.4769,8.
Baca Juga
Namun, harga emas naik 1,8% minggu ini karena meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketegangan Timur Tengah dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) membuat logam tersebut lebih menarik bagi investor.
Advertisement
“Pada level ini kami mengantisipasi adanya kemunduran dan aksi ambil untung, tetapi pada dasarnya ada lebih banyak potensi kenaikan daripada risiko penurunan,” kata Kepala Operasi Allegiance Gold, Alex Ebkarian..
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS 10-tahun turun ke level terendah sejak Desember dan dolar AS mencapai level terendah sejak Maret setelah data menunjukkan bahwa pengusaha menambahkan lebih sedikit pekerjaan pada bulan Juli daripada yang diperkirakan para ekonom, sementara tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3%.
Data tersebut mengikuti komentar dari Ketua Fed Jerome Powell, yang mengatakan pada hari Rabu bahwa suku bunga dapat dipotong paling cepat pada bulan September jika ekonomi AS mengikuti jalur yang diharapkan.
Harga Emas Batangan
Harga emas batangan secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik dan ekonomi, dan suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang dalam memegang aset tersebut.
“Pasar saat ini memperhitungkan peluang lebih dari 70% untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Fed pada pertemuan FOMC bulan September,” kata Analis Pasar Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Senada dengan harga emas, harga perak spot turun 0,2% menjadi USD 28,49 per ons, harga platinum stabil di USD 959,16 dan harga paladium turun 1,7% menjadi USD 889,86. Baik harga perak maupun platinum mencatat keuntungan mingguan.
Harga Emas Turun Tipis Setelah Dolar AS Perkasa
Sebelumnya, Harga emas melemah tipis pada perdagangan Kamis, 1 Agustus 2024 seiring kenaikan dolar Amerika Serikat (AS) atau dolar AS setelah emas batangan mencapai level tertinggi dalam dua minggu pada awal sesi perdagangan.
Hal ini karena harapan penurunan suku bunga pada September 2024 dan permintaan aset safe haven sehingga fokus beralih ke data penggajian nonpertanian AS yang rilis Jumat waktu setempat.
Mengutip CNBC, Jumat (2/8/2024), harga emas spot turun sekitar 0,4 persen menjadi USD 2.438,32 per ounce pada pukul 18.03 GMT, setelah mencapai level tertinggi sejak 18 Juli 2024 pada awal sesi perdagangan. Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,3 persen menjadi USD 2.480,8.
Dolar AS menguat hingga 0,3 persen setelah jatuh pada hari sebelumnya seiring bank sentral terus mengguncang pasar uang. Di sisi lain, harga perak di pasar spot turun 2,4 persen menjadi USD 28,33. Harga platinum merosot 1,3 persen menjadi USD 963,05, dan palladium tergelincir 2,2 persen menjadi USD 904,71.
Sementara itu, bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga pada pertemuan Rabu, 31 Juli 2024. Ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, suku bunga dapat dipangkas paling cepat pada September jika ekonomi AS mengikuti jalur yang diharapkan.
“Pasar sepenuhnya berpandangan kita akan alami pemangkasan suku bunga pada September, dan ada beberapa orang di pasar yang membicarakan kemungkinan pemangkasan suku bunga 50 basis poin dari the Federal Reserve,” ujar Head of Commodity Strategiest TD Securities, Bart Melek.
Advertisement
Pembelian Emas Masih Lesu di Asia
Emas batangan yang secara tradisional dikenal sebagai lindung nilai yang disukai terhadap risiko geopolitik dan ekonomi cenderung tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah. Pelaku pasar kini menanti laporan penggajian AS pada Jumat pekan ini untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang jalur kebijakan the Fed.
Pada saat yang sama, pembelian bank sentral dan permintaan fisik di Asia masih lesu. “Jadi saat ini pasar emas tidak berjalan dengan baik tetapi pada titik tertentu, kami menduga hal itu akan terjadi,” Melek menambahkan.
Di sisi lain, dalam sebuah catatan, Analis Citi menyebutkan, permintaan emas bank sentral akan tetap tinggi pada 2024-2025 meski baru-baru ini tidak ada pembelian dari bank sentral China yang dilaporkan pada Mei dan Juni 2024.
Bank sentral China, pembeli emas terbesar pada 2023, menahan diri dari pembelian emas untuk cadangannya selama dua bulan berturut-turut.