Sukses

Harga Minyak Dunia Anjlok Parah

Harga minyak mentah AS turun hampir 3% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga minyak anjlok setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lemah memunculkan kekhawatiran baru bahwa resesi mungkin akan segera terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS turun hampir 3% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga minyak anjlok setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lemah memunculkan kekhawatiran baru bahwa resesi mungkin akan segera terjadi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (3/8/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate  untuk kontrak September turun USD 2,79 atau 3,66% menjadi USD 76,81 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Oktober turun USD 2,71 atau 3,41% menjadi USD 76,81 per barel.

Harga minyak WTI turun 4,7% dalam seminggu, sementara harga minyak Brent yang menjadi patokan global turun 5,3% dalam sepekan meskipun ketegangan meningkat di Timur Tengah.

AS menambah 114.000 lapangan kerja pada bulan Juli, jauh lebih sedikit dari 185.000 yang diantisipasi oleh para ekonom. Tingkat pengangguran pun naik menjadi 4,3%.

“Pertumbuhan ekonomi yang lemah di negara-negara ekonomi utama dapat menghambat permintaan minyak meskipun ada peningkatan ketegangan di Timur Tengah yang dapat memengaruhi pasokan,” kata Analis Panmure Liberum, Ashley Kelty.

Data ekonomi dari importir minyak utama  China  dan survei yang menunjukkan  aktivitas manufaktur yang lebih lemah  di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat meningkatkan risiko lesunya ekspansi ekonomi global yang akan membebani konsumsi minyak.

Turunnya aktivitas manufaktur di Tiongkok juga  menghambat harga energi, menambah kekhawatiran tentang permintaan masa depan setelah data bulan Juni menunjukkan impor dan aktivitas kilang di Tiongkok lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Impor Minyak Mentah

Data LSEG Oil Research menunjukan jika impor minyak mentah Asia pada bulan Juli turun ke level terendah dalam dua tahun usai melemahnya permintaan di China dan India.

Sementara itu, pertemuan OPEC+ pada hari Kamis mempertahankan kebijakan produksi minyak kelompok tersebut tidak berubah, termasuk rencana untuk mulai menghentikan satu lapisan pemotongan produksi mulai Oktober.

Para investor minyak juga memantau perkembangan di Timur Tengah, tempat terbunuhnya sejumlah pemimpin senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah yang berafiliasi dengan Iran, yang memicu ketakutan bahwa kawasan itu mungkin berada di ambang perang habis-habisan, yang mengancam akan mengganggu pasokan.

Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran mengatakan konfliknya dengan Israel telah memasuki fase baru dan berjanji untuk menanggapi setelah komandan militer tertingginya tewas dalam serangan Israel.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Anjlok 2%, Ini Penyebabnya

Harga minyak mentah berjangka turun dua persen pada Kamis, 1 Agustus 2024 seiring kecemasan tentang ekonomi Amerika Serikat (AS) atau ekonomi AS di tengah ketegangan yang memanas di Timur Tengah.

Sektor manufaktur mengalami kontraksi pada Juli 2024, menunjukkan kontraksi empat bulan berturut-turut dan klaim pengangguran melonjak pekan lalu, sehingga mendorong kekhawatiran ekonomi AS dapat resesi. Demikian mengutip dari CNBC, Jumat (2/8/2024).

Berikut penutupan harga energi pada perdagangan Kamis pekan ini:

  • Harga West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September tercatat USD 76,31 per barel, turun USD 1,6 atau 2,05 persen. Sejak awal tahun, harga minyak AS menguat 6,5 persen.
  • Harga minyak Brent untuk kontrak Oktober tercatat USD 79,52 per barel, turun USD 1,32 atau 1,63 persen. Sejak awal tahun, harga minyak acuan global naik 3,2 persen.
  • Harga bensin RBOB untuk kontrak September tercatat USD 2,39 per gallon, turun empat sen atau 1,82 persen. Sejak awal tahun, harga bensin melonjak 14 persen.
  • Harga gas alam untuk kontrak September 2024 tercatat USD 1,96 ribu kaki kubik, turun 6 sen atau 3,34 persen. Sejak awal tahun, harga gas alam terpangkas 21,7 persen.

Harga minyak mentah reli pada perdagangan Rabu pekan ini setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran meningkatkan risiko perang di Timur Tengah.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai tanggaapn atas pembunuhan Haniyeh. Tiga pejabat Iran mengatakan, hal itu kepada the New York Times.

Khamenei memerintahkan serangan langsung pada pertemuan darurat dewan keamanan nasional Iran pada Rabu pagi ini setelah pemimpin Hamas dibunuh, pejabat mengatakan hal itu kepada Times.

 

3 dari 3 halaman

Sentimen di Timur Tengah

Adapun pejabat tinggi Iran dijadwalkan bertemu pada Kamis pekan ini dengan perwakilan dari Houthi Yaman, Hizbullah Lebanon dan kelompok militan di Irak.Sumber mengatakan hal tersebut kepada Reuters.

"Pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh semalam di Teheran membuat konflik ini naik ke tangga eskalasi dan mendekatkan kawasan itu ke perang yang lebih luas," ujar Head of Global Commodity Strategy RBC Capital Markets, kepada klien dalam sebuah catatan.

Iran dan Israel saling serang secara langsung pada April, yang mendorong harga minyak ke titik tertinggi tahun ini, tetapi musuh tersebut akhirnya menarik diri dari perang skala penuh.

"Pada saat artikel ini ditulis, kami tidak yakin apakah dinamika penahanan yang sama akan berlaku, terutama mengingat bahwa bab saat ini melibatkan Hamas, Hizbullah, serta Iran," tulis Croft.

"Paling tidak, pembicaraan gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung tampaknya sangat terancam," ia menambahkan.

Video Terkini