Sukses

Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,05% di Kuartal II-2024, Ini Pendorongnya

Kebijakan moneter turut menopang kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II 2024 salah satunya kebijakan menahan suku bunga di level 6,25 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5% pada kuartalII 2024. Tercatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen di kuartal II-2024. Angka ini jika dihitung secara tahunan atau year on year (yoy).

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2024 bila dibandingkan dengan triwulan II 2023 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,05 persen," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Moh. Edy Mahmud dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8)

Dia menyampaikan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku (ADHB) pada kuartal II 2024 mencapai Rp 5.536,5 triliun. Sedangkan berdasarkan dasar harga konstan (ADHK) nilainya mencapai Rp 3.231,0 triliun.

Lebih lanjut, pertumbuhan ini ditopang oleh aktivitas ekonomi domestik yang tetap kuat di tengah ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Ini ditandai dengan perekonomian Indonesia tetap tumbuh stabil sebesar 5,08 persen pada semester I 2024.

Kemudian, daya beli masyarakat terjaga yang ditunjukkan oleh peningkatan indeks penjualan ritel yang tumbuh 1,14 persen secara yoy. Sejalan dengan hal tersebut penjualan domestik sepeda motor sebesar 4,21 persen yoy.

"Mobilitas masyarakat juga meningkat diindikasikan oleh peningkatan jumlah penumpang untuk seluruh moda transportasi," lanjutnya.

Terakhir, kebijakan moneter juga turut menopang kinerja perekonomian di triwulan II 2024 salah satunya kebijakan menahan suku bunga di level 6,25 persen. Hal ini berdampak pada laju pengendalian harga (inflasi) yang masih terjaga.

2 dari 3 halaman

S&P Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjaga di 5%

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P) kembali mengafirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat BBB, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024. 

S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid, ketahanan eksternal dan beban utang Pemerintah yang terjaga, didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.

 Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, merespons keputusan S&P tersebut dengan menyatakan Afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB oleh S&P memperkuat keyakinan lembaga pemeringkat utama seperti Fitch dan Moody's yang terlebih dahulu memberikan afirmasi atas rating Indonesia pada awal tahun ini.

"Afirmasi ini juga mencerminkan kepercayaan dunia internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia yang baik, serta keyakinan terhadap langkah-langkah sinergi kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia," kata Perry dikutip Rabu (31/7/2024).

Perry menegaskan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di tengah tantangan ketidakpastian global.

Diketahui, S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5,0%.

Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja Pemerintah dan investasi swasta yang meningkat.

Sementara, S&P memandang ketahanan sektor eksternal akan tetap terjaga pada jangka menengah. Kinerja sektor eksternal tersebut didukung oleh prakiraan kenaikan ekspor sejalan dengan implementasi kebijakan hilirisasi di tengah pelemahan harga komoditas.

3 dari 3 halaman

Apresiasi Komitmen Pemerintah

Lebih lanjut, S&P juga mengapresiasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk menjaga inflasi yang terjaga sejak tahun 2010. S&P memproyeksikan inflasi pada tahun 2024-2025 akan berada pada kisaran target 2,5%+1%, masing-masing sebesar 2,8% dan 3,0%.

Selain itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter.    

Pada sektor fiskal, S&P memandang Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3% dari PDB. Secara umum, S&P meyakini Pemerintahan baru akan memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan guna menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan keuangan yang signifikan.

S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023.

 Â