Sukses

Rupiah Perkasa Usai Ekonomi RI Tumbuh 5% di Kuartal II 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal kedua 2024. Rupiah kembali menguat pada Senin, 5 Agustus 2024 menyusul rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua 2024.

Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali menguat pada Senin, 5 Agustus 2024 menyusul rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua 2024.

Rupiah ditutup menguat 11 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), walaupun sebelumnya sempat menguat 75 point di level 16.189 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.200.

 

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 16.140-16.210," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (5/8/2024).

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal kedua 2024.

Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal kedua 2023, yang sebesar 5,17 Persen. Sementara, secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi RI tercatat 3,79 persen.

Capaian tersebut juga lebih rendah dari pertumbuhan yang tercatat pada semester pertama 2024 sebesar 5,08 persen, dan 5,11 persen di kuartal I.

"Sementara itu, ekonomi Indonesia berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp. 5.536,5 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp. 3.231 triliun. Jika dilihat dari sumber pertumbuhan pada kuartal kedua 2024, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar," Ibrahim menyoroti.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga ditumpang oleh lapangan usaha konstruksi dengan sumber pertumbuhan 0,67 persen, perdagangan dengan sumber pertumbuhan 0,63 persen, serta informasi dan komunikasi dengan sumber pertumbuhan 0,5 persen.

Sementara itu di AS, serangkaian pembacaan ekonomi yang mengecewakan, terutama pada aktivitas manufaktur dan pasar tenaga kerja, mendorong kekhawatiran bahwa negara ekonomi terbesar di dunia itu melambat lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Prospek ekonomi yang lebih lemah juga membuat para pedagang memperkirakan potensi pemotongan suku bunga yang lebih dalam oleh Federal Reserve, yang baru-baru ini mengisyaratkan bahwa pemotongan suku bunga pada bulan September mungkin terjadi," ungkap Ibrahim.

CME Fedwatch menunjukkan, The Fed diperkirakan berpotensi memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September dan dapat mengakhiri tahun dengan suku bunga turun sebesar 100 basis poin.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

2 dari 3 halaman

Aliran Modal Asing Masuk Indonesia Sentuh Rp 10,27 Triliun pada Awal Agustus 2024

Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir masuk pada awal Agustus 2024. Dihitung sejak awal 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menuturkan, berdasarkan data transaksi 29 Juli – 1 Agustus 2024, nonresiden tercatat net beli Rp 10,27 triliun.

"Nonresiden tercatat net beli Rp 10,27 triliun terdiri dari beli neto Rp 5,77 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 2,19 triliun di SRBI dan beli neto Rp 2,31 triliun di saham.,” kata Erwin dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (4/8/2024).

Erwin menambahkan, selama 2024, berdasarkan data setelmen hingga 1 Agustus  2024, nonresiden tercatat jual neto Rp 28,04 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 2,20 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp173,32 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Erwin.

Adapun Premi CDS Indonesia 5 tahun per 1 Agustus 2024 sebesar 75,81 bps, naik dibandingkan 26 Juli 2024 sebesar 72,95 bps.

Sedangkan Rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.230 per dolar AS dan Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,87%.

 

3 dari 3 halaman

Sri Mulyani: Aliran Modal Masuk Indonesia Bakal Seret pada Semester II 2024

Sebelumnya, Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati menuturkan, semester II 2024 aliran modal yang akan masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia relatif terbatas.

Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kondisi geopolitik yang terjadi belum menunjukkan tanda-tanda mereda, adanya siklus Pemilu di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, rencana penurunan suku bunga yang dilakukan Fed Fund Rate, hingga US Treasury yang yield-nya masih bertahan tinggi.

"Maka kita melihat aliran modal yang akan masuk ke negara-negara berkembang dan emerging, termasuk Indonesia menjadi relatif terbatas," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Dia menuturkan, situasi tersebutlah yang menjadi pembahasan dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Karena hal ini membutuhkan respons kebijakan dari KSSK, baik dari sisi fiskal di Kementerian Keuangan, moneter di Bank Indonesia, OJK dari sisi pengawasan dan regulasi sektor keuangan, dan LPS sebagai lembaga penjamin simpanan.